NovelToon NovelToon
Echoes Of Furry

Echoes Of Furry

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Anak Kembar / Keluarga / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Sweety Pearl

Terlahir dari keluarga yang serba berkecukupan bahkan tanpa kekurangan adalah impian dari seluruh anak yang ada di dunia, sebuah keberuntungan yang didapatkan 5 anak kembar keluarga Jiang.

Keluarganya merupakan pemilik perusahaan besar yang bergerak dalam industri perumahan dan juga perdagangan secara global. Memiliki koneksi dengan beberapa perusahaan besar dan beberapa negara mambuat perusahaan tersebut sangat maju.

Tapi dibalik segala kejayaan perusahaan keluarga Jiang tersebut, banyak rahasia kelam yang terselubung dibaliknya, perlahan satu-persatu rahasia tersebut mulai terkuak saat yang tertua dari Jiang Twins belajar mengambil alih perusahaan.

Sang tertua menelusuri perlahan segala celah rahasia lalu menceritakan semua informasi yang didapatinya kepada keempat kembarannya yang lain. Banyak kejutan-kejutan yang membuat mereka berlima hampir beberapa kali berpisah atau berpencar saat bersama-sama menguak berbagai rahasia tersebut.

tertarik dengan ceritanya? Yuk mampir!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sweety Pearl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perjalanan Keluar Kota.

❁ Happy Reading ❁

Berpamitan telah selesai dan sekarang Paman Jiang menuntun anak-anak Zianjiaxi keluar melalui pintu darurat yang ada di belakang, setelah anak-anak pergi para orang tua membereskan sedikit sedikit sisa kekacauan akibat pesta perayaan yang berantakan tadi.

Dari pintu belakang ada sebuah mobil besar seperti minibus berwarna hitam yang sudah menunggu kedatangan mereka, pintu otomatis terbuka dan mereka naik satu persatu dengan Paman Jiang yang terakhir naik.

"Kalian anak-anak Zianjiaxi?" tanya seorang wanita yang duduk di kursi sopir sambil menurunkan kacamatanya sedikit.

"Wah Bibi Helena, sudah lama tidak bertemu denganmu." Daxia berteriak semangat saat melihat wajah istri dari Paman Jiang tersebut dan langsung berjalan menghampirinya lalu memeluknya.

"Iya ini adalah anak-anak Zianjiaxi termasuk dengan keponakan kita lima orang," jelas Paman Jiang menatap istrinya, Bibi Helena mengangguk mengerti sambil membalas pelukan Daxia.

Daxia melepaskan pelukannya dengan Bibi dan duduk di kursi kosong di sebelahnya, Paman Ren memilih duduk di belakang kursi Bibi untuk sambil menemaninya menyetir dan melihat peta.

"Malam ini kita langsung mau pulang ke Guanyang District?" tanya Bibi Helena bersiap menginjak gas.

Paman Ren sempat melirik ke deretan kursi anak-anak Zianjiaxi sudah pada bersiap untuk tidur dengan berbaring di masing-masing dua kursi.

"Langsung pulang saja, mereka pasti kaget dan mungkin ada yang sakit kepala jadi tidak apa jika kita langsung pulang sementara di jalan itu jadi waktu mereka beristirahat,"

Bibi Helena mengangguk dan langsung menginjak gas dengan kecepatan sedang melaju keluar dari area kantor Paman Ren, karena jam sudah menjelang tengah malam kantuk sudah mulai menyerang dan satu-persatu dari mereka mulai tidur.

Selama perjalanan Paman Ren terus mengintip keluar jendela memantau keadaan jalanan sekitar, setiap bangunan tinggi yang minibus mereka lewati seperti ada orang-orang yang bergelantungan dari satu bangunan ke bangunan lain yang seolah mengikuti mereka.

Dari bawah kursi tempatnya duduk Paman Ren mengambil sebuah pistol type MSG yang sudah diisi peluru hingga penuh, kuncinya dibuka dan sekarang pistol tersebut sudah siap digunakan.

Belum ada melihat pergerakan yang terlalu mencurigakan selain diikuti Paman Ren hanya mengeluarkan ujung pistol sedikit menggerakkannya ke segala arah bersiap untuk ditembakkan.

"Entah Trance Explotion atau apapun yang mengikuti anak-anak Zianjiaxi ini," celetuk Paman Ren tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun.

Bibi Helena memencet beberapa tombol di bagian Head Unit yang lalu menampakkan rekaman langsung dari kamera yang berada di bagian belakang mobil, ada dua motor sport berwarna hitam pekat yang mengikuti minibus suara dari mesinnya sangat halus bahkan nyaris tidak kedengaran.

"Kita dibuntutin gak tau siapa di belakang," ucap Bibi Helena dengan suaranya yang lirih.

"Bisa berusaha mengebut tidak? Kalau tidak bisa biar aku saja yang menyetir dan kau pergi membereskan mereka," tawar Paman Jiang mempertimbangkan.

Beberapa menit berpikir Bibi Helena langsung menyalakan mode auto pilot untuk sesaat lalu mengeluarkan tongkat baseball yang keluar dari dalam dashboard saat dia menginjak tombol di dekat lututnya.

"Biarkan kali ini aku beraksi." ucap Bibi Helena berjalan dengan perlahan berusaha sesenyap mungkin menuju ke kursi paling belakang yang di mana ada Fangxi dan Guotin tidur di sana.

Kaca belakang yang bisa diangkat tersebut Bibi Helena angkat hingga sepenuhnya terbuka, angin-angin yang masuk membuat Fangxi dan Guotin mengerang merasakan kedinginan.

Paman Ren berdoa berkali-kali sambil melihat di spion depan istrinya bersiap melayangkan pukulan, dengan sekali ayunan tongkat Bibi Helena berhasil menumbangkan dua pengendara motor tersebut untuk sesaat tidak ada kendaran yang mengikuti mereka dari belakang.

Setelah menutup kembali kaca belakang dengan santai Bibi duduk di tempat Paman Ren tadi lalu memangku pistol MSG di pahanya, kepalanya menyembul keluar melihat ke atas bangunan yang masih banyak orang mengikuti.

"Ambilkan aku peredam dan peluru bius dalam tas ku," pintanya, Paman Ren mengambil tas istrinya dalam laci dashboard dan mencari barang yang dipintanya.

Saat mendapatkan apa yang dipintanya Bibi Helena langsung memasang peredam lalu mengganti isi sebagian peluru biasa denga peluru bius, kepalanya langsung memfokuskan target ke atas bangunan yang nantinya orang-orang tersebut lewati.

Satu persatu tembakan berhasil diloloskan dan sebagian orang-orang yang mengikuti mereka berkurang, hanya tertinggal dua orang dan langsung dihabiskan semua.

Meletakkan pistol di dekat kakinya Bibi Helena mengambil laptop di dalam tasnya mengetik dengan cepat mencari sebuah alat yang takutnya kemungkinan adalah pelacak, dan benar saja ada pelacak yang ditemukan di bawah minibus mereka.

Bibi Helena berdiri di dekat Paman Ren menunjukkan layar laptopnya. "Ada pelacak di bawah kendaraan ini, sebaiknya kita turun nggak langsung di rumah turun sedikit jauh dan tinggalkan minibus di sana. Besok paginya baru kita ambil minibus,"

Paman Ren mengangguk setuju. "Aku akan menitipkan minibus di rumah temanku nanti dari rumahnya kita sebaiknya mencari kendaraan umum saja,"

...****************...

Paginya, anak-anak Zianjiaxi bangun lebih awal. Saat matahari sama sekali belum muncul Paman Ren sudah membangunkan mereka semua untuk sarapan.

Karena tidak ada satupun yang pernah bangun sepagi ini jadinya mereka ada yang masih merenung di atas kasur membenahi perasaan, Guotin yang kadang bangun awal saja tidak biasanya bangun di saat matahari belum muncul seperti ini.

Jiayi turun duluan menuruni tangga dengan matanya yang masih sedikit mengantuk, di depannya adalah jendela yang mengarah ke taman mini di luar samar-samar ia melihat seperti ada seseorang yang mengintip dari luar sana.

Matanya mungkin masih mengantuk tapi pandangannya sama sekali tidak salah lihat, benar-benar ada seseorang yang menggunakan setelan jas kantoran panjang dalaman putih serta menggunakan kacamata yang melihat ke dalam rumah, sepertinya orang tersebut sama sekali tidak menyadari keberadaan Jiayi.

Saat didekati orang tersebut berbalik pergi dengan segera Jiayi yang matanya sudah jelas langsung berlari menuju pintu depan dan mengejar pria itu yang berlari melompati pagar, Jiayi tidak bisa mengejar karena dia tidak bisa melompati pagar setinggi itu.

Bibi Helena yang sedang lewat membawa secangkir minumannya terheran melihat Jiayi yang berdiri sepagi ini di luar, langsung dihampirinya gadis tersebut. "Ada apa denganmu keluar sepagi ini Jiayi?"

Mendengar ucapan tersebut Jiayi sedikit kaget reflek menoleh lalu mengusap dadanya pelan. "Ada seseorang yang menggunakan setelan jas kantoran mengintip keadaan di dalam rumah, waktu aku kejar dia langsung keluar melompat pagar,"

Tiba-tiba minuman yang ada di dalam mulut Bibi Helena muncrat sedikit dan lagi-lagi Jiayi terkaget yang kedua kalinya.

"Temankan Bibi ke dalam, ayo Jiayi." dengan cepat Bibi langsung mencengkram tangannya berlari kecil masuk ke dalam rumah.

Paman Jiang yang kebetulan lewat terheran melihat keduanya lalu Bibi Helena menyempatkan memberikan cangkir minumannya kepada suaminya kemudian meneruskan menarik Jiayi entah kemana.

Masuk ke dalam ruangan yang ada di dekat dapur Jiayi awalnya mengira itu merupakan gudang bahan makanan tapi saat dibuka itu adalah ruangan yang di dalamnya banyak komputer, melirik ke dinding ada banyak senjata yang kebanyakan pistol dipajang.

Tangan Bibi Helena mengetik dengan cepat membuka rekaman CCTV dan benar ucapan Jiayi, pergerakannya diperhatikan dengan teliti bahkan rekamannya beberapa kali diulang-ulang.

"Ada apa, Helena?" tanya Paman Jiang berdiri bersandar ke pintu memegang sebuah buku.

"Sepertinya komplotan Xiejing baru saja menghampiri rumah kita, Jiayi tadi melihat ada seseorang yang memantau dalam rumah lalu pergi keluar dengan melompat tembok," jelas Bibi Helena mengumpulkan beberapa klip rekaman video.

"Apa? Bagaimana bisa mereka mengetahui kediaman rumah kita." wajah Paman Jiang sangat kaget langsung menghampiri dan melihat cuplikan rekaman. "Xiejing tidak mungkin jauh-jauh dari Jepang memantau pergerakan kita di sini,"

"Tapi bukti rekaman ini menunjukkan memang dia salah satu anak buah Xiejing, aku mengenal wajah pria ini." bantah Bibi Helena lalu membuka ponselnya menunjukkan rangkuman file miliknya yang menyimpan banyak wajah pria.

"ITU APAAN COK ...."

"SUMPAH GAK LUCU BANGET PAGI-PAGI  BEGINI MAU NGEBANGUNIN SAMPAI NGERJAIN BEGINI,"

"QINLING ITU APAA?!"

"BODOH AMAT GUA GAK MAU LIAT BELAKANG,"

Suara teriakan anak-anak Zianjiaxi yang lain mengagetkan mereka bertiga yang didekat dapur, Bibi Helena langsung meninggalkan ruangan begitu saja menghampiri mereka yang menuruni tangga sambil berteriak.

"Bibi Helena." Daxia langsung meloncat dalam pelukannya dengan wajahnya yang merah karena panik.

"Ada apa dengan kalian?" Paman Jiang langsung merangkul Wenhua dan Chengsin sambil mengelus kepalanya.

"Lu pada kenapa sih pagi-pagi begini kayak habis liat setan?" tanya Jiayi mengerutkan dahinya, Changrui berjalan menghampirinya lalu memeluknya meminta ditenangkan.

"Ya masalahnya kita memang liat setan ini," jelas Qinling mengatur nafasnya.

"Jangan bicara aneh-aneh sepagi ini, Qinling." bantah Bibi Helena melebarkan sebelah tangannya untuk menyambut Fangxi.

"Beneran, tadi di kamar atas ada topeng seram gitu ngintip di jendela kamar gak tau topeng apaan pokoknya warna merah, habis dari kamar Changrui Chengsin topengnya ke kamar kita-kita," jelas Daxia.

"Eh kocak Guozi Qianfang mana?" Changrui baru menyadari dua sepupunya tidak ada di antara mereka.

"GUOZI BURUAN KOCAK CEPETAN KABUR," Qianfang berlari di lantai atas membawa selimut menutup kepalanya menuruni tangga dengan heboh.

Guozi baru keluar dari kamar langsung menutup pintu dan berlari tunggang langgang, Paman Jiang menyambut keduanya yang mengatur nafas menenangkan diri.

"Ada topeng warna merah gak tau itu topeng apaan mukanya seram banget tapi .... Habis itu ada kertas yang dilemparkannya gak tau apa artinya," Guozi mengulurkan kertas yang ditemukannya diberikan kepada Paman Jiang.

"Tulisan dialek Kanton," ucap Paman Jiang sesaat membuka kertas tersebut, dia tidak bisa membacanya lalu Guotin maju meminta kertas itu.

"Memang yang terkuat saat ini tapi bukan berarti tidak bisa dilengserkan ...." Guotin menghela nafas datar membacanya lalu menoleh ke saudaranya. "Jiang Twins udah ke berapa kalinya kita dapatkan ini?"

"Keempat sama ini ya gak sih?" tanya Daxia dan keempat saudaranya mengangguk.

❁ See You In The Next Part ❁

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!