MANTAN. Apa yang terbesit di pikiran kalian saat mendengar kata 'MANTAN' ?
Penyesalan? Kenangan? Apapun itu, selogis apapun alasan yang membuat hubungan kamu sama dia berubah menjadi sebatas 'MANTAN' tidak akan mengubah kenyataan kenangan yang telah kalian lewati bersama.
Meskipun ada rasa sakit atas sikapnya atau mungkin saat kehilangannya. Dia pernah ada di garis terdepan yang mengisi hari-harimu yang putih. Mengubahnya menjadi berwarna meski pada akhirnya tinta hitam menghapus warna itu bersama kepergiannya.
Arletta Puteri Aulia, gadis berkulit sawo matang, dengan wajah cantik berhidung mancung itu tidak mempermasalahkan kedekatannya lagi dengan cowok jangkung kakak kelasnya sekaligus teman kecilnya-- Galang Abdi Atmaja. Yang kini berstatus mantan kekasihnya.
Dekat? Iya,
Sayang? Mungkin,
Cemburu? Iya,
Berantem? Sering,
Jalan bareng? Apa lagi itu,
Status? Cuma sebatas mantan.
Apa mereka akan kembali menjalin kasih? Atau mereka lebih nyaman dengan -MANTAN RASA PACAR- julukan itu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asmi SA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 29
Mendekati ujian kelulusan, Galang benar-benar sibuk belajar. Seperti saat ini, Galang tengah fokus dengan buku-buku tebal di depannya.
Ia terkejut saat benda dingin menempel di pipinya. Ia menoleh mendapati Arletta berdiri di sampingnya dengan membawa ice cream cokelat di tangannya.
“Ta, lo di sini. Pulang sama siapa tadi siang?” tanya Galang menghentikan aktifitasnya.
“Gue bareng Raya sama Bian tadi. Kebetulan Raya tadi mau belajar bareng di rumah gue.” Jawab Arletta, Galang hanya mengangguk. Kembali menatap bukunya.
Arletta menengadah melihat jam di dinding kamar Galang. Sudah pukul delapan.
“Lo belajar dari jam berapa? Makan ice creamnya dulu nih. Keburu cair.” Ucapnya mengulurkan ice cream itu.
Galang pun menutup bukunya kembali dan meraih ice cream itu. “Lo bawa apa?” ujarnya melirik kantong kresek lain di tangan Arletta.
“Camilan!” ucap Arletta girang mengangkat kantong itu. Galang terkekeh melihat tingkah Arletta barusan.
“Biar lo ngga jenuh lihat buku terus," ucap Arletta kemudian menaruh camilan itu di atas karpet. Ia pun duduk di sana. Galang menghampiri Arletta dan ikut duduk di sampingnya.
“Lo ngga ada kerjaan ya di rumah?” ujar Galang mengambil salah satu snack dan membukanya.
“Mama sama papa nganter Arfan ke dokter gigi. Gue suntuk, makanya gue ke sini.” Arletta meraih snack yang sudah dibuka Galang dan memakannya.
Bola mata Galang yang memang tajam itu melihat sesuatu yang menarik pandangannya. Benda yang ia cari kemarin-kemarin yang ia pikir hilang itu, ternyata ada pada gadis itu.
“Ta.” Panggilnya, Arletta yang tengah asyik memakan snack itu menoleh, ia hanya bergumam.
“Lo dapet liontin itu dari mana?”
Arletta mengernyit. Ia baru sadar jika liontin itu mencuat keluar dari bajunya. Padahal selama ini tertutup rapi di dalam kaosnya. Arletta meringis memasukkan kembali kalung itu dengan tergesa.
“Dari Bella?” tanya Galang lagi. Arletta mengangguk tersenyum. Galang berdecak, senyum terukir di wajahnya.
“Kenapa lo ngga ngasih langsung aja sih? Pake gengsi segala," cibir Arletta.
“Ngapain, toh kalungnya udah sama pemiliknya sekarang," ucap Galang santai. Namun tidak menurut Arletta. Dia diam dengan mulut penuh oleh camilan.
“Dah gue mau belajar lagi. Kalo lo bosen, boleh pake hape gue buat main game," ujar Galang kembali duduk di kursi belajarnya.
Arletta melirik ponsel Galang di atas kasur. Ia meraihnya ingin memainkan game di ponsel Galang seperti yang di perintah cowok itu barusan.
Nafasnya tercekat melihat foto dirinya terpampang di lockscreen ponsel itu. Ia menatap punggung Galang yang masih fokus dengan bukunya itu lalu tersenyum.
Ia mengedikkan bahunya lalu mulai bermain dengan ponsel Galang. Lama menunggu Galang hingga ia tertidur dengan ponsel Galang yang masih menyala.
Galang meregangkan kedua tangannya yang terasa kaku. Ia menoleh melihat Arletta yang sudah pulas di samping ranjangnya. Ia melirik ponselnya yang masih berada di dalam game.
“Tunggu gue lulus ya, Ta," bisiknya pelan. Ia mengangkat tubuh Arletta ke atas kasurnya lalu menyelimutinya. Setelah membereskan semua camilan dan sampah itu Galang pun keluar dari kamarnya.
***
Arletta membuka matanya dengan pemandangan kamar Galang. “Loh!” ia celingukan. Tidak ada siapapun di sana kecuali dirinya.
Suara ketukan pintu membuatnya turun dari kasur Galang. Wanita itu tersenyum saat melihat Arletta membukakannya pintu.
“Tante maaf, aku ketiduran semalem.” sesal Arletta.
“Nggapapa sayang. Yuk, sarapan.” Ucap Tante Naura lembut. Arlettapun turun dengan dirangkul Tante Naura.
“Semalem mama kamu telfon tante. Tante udah bilang kamu ketiduran,"ucap tante Naura seakan tahu apa yang dipikirkan Arletta sekarang. Arletta menoleh, “ah gitu? Makasih tante. Jadi ngerepotin," ucap Arletta masih dengan senyumnya.
Arletta menoleh tak mendapati Galang di manapun. Ia duduk hanya bersama Tante Naura. Bella pun sudah tak ada di sana.
“Bella sama Galang udah berangkat tante?” tanyanya mengangkat piring saat Naura menaruh nasi di piringnya.
“Udah, mungkin dua puluh menit lalu. Tadi kamu tidurnya pules banget, makanya Galang ngga tega bangunin kamu.”
Arletta hanya mengangguk mengiyakan. Hari ini hari pertama Galang memulai ujian. Sedangkan kelas X dan XI libur. Bella juga sedang menghadapi ujian kelulusan, dan tahun besok akan menjadi adik kelas di sekolahnya.
“Ta. Kamu sama Galang kenapa ngga balikan aja sih?”
Uhukk.. Arletta yang tengah meminum air nya itu tersedak dengan pertanyaan Naura. Naura pun dengan panik memberikan tisu pada Arletta.
“Aduh maaf sayang, kamu keberatan sama pertanyaan tante, ya?”
Arletta masih meredakan tenggorokannya yang masih pedih itu. “ah engga tante. Cuma kaget aja” ucapnya tersenyum.
“Aku aja ngga tau gimana Galang ke aku. Kita lagi nyaman sama kehidupan kita masing-masing tante.” Lanjutnya. Ia kembali menyuap makanannya.
Naura terkekeh. “Ngapain masing-masing kalo bisa sama-sama?” Hampir saja ia tersedak untuk kedua kalinya. Untung saja ia bisa mengontrolnya
“Tante bisa aja sih.” Arletta tampak tersipu malu di depan Naura. Ngga anak ngga ibu sama aja bikin dia salting.
***
Galang memarkirkan motornya di depan rumah Arletta. Tak lama kemudian Arletta keluar rumah dengan kaos putih santai dan celana jeans shortnya.
“Lo yakin pake itu? Dingin Ta.” protes Galang. Arletta mengedikkan bahu. Ia terbiasa dengan pakaiannya itu. Galang melepas jaketnya dan memakaikannya pada Arletta. “Buat lo aja Lang. Gue lagi ngga ngerasa dingin kok.”
Galang mengabaikannya dan tetap memberikan jaketnya itu. Merekapun meninggalkan pelataran rumah Arletta.
Motor itu terparkir di tepi danau. Arletta turun dengan diikuti Galang di belakangnya. Mereka berjalan beriringan ke arah danau.
“Kalo lo bilang bakal ke sini. Gue ngga pake baju beginian.” Protes Arletta. Galang mengacak rambut Arletta. “Kan gue tadi bilang dingin Ta.”
“Lo cuma bilang dingin. Ngga bilang kita mau kemana ish!” kesalnya. Galang terkekeh.
Mereka duduk di tepi danau. Masih sore namun udara sudah mulai terasa dingin di kulit mereka.
“Ujian lo gimana? Lancar semua kan?” tanya Arletta memulai percakapan. Selama satu minggu ini mereka memang menjaga jarak karena Galang yang memang sedang fokus dengan ujiannya. Tadi adalah hari terakhir ujian itu berlangsung.
Galang mengangguk memandang danau itu yang tampak tenang. Serasa penat karena ujian kemarin ikut hilang sekarang. Arletta yang mengikuti arah pandang Galang itu memejamkan mata menghirup udara yang tampak menenangkan itu.
“Lama ya, kita ngga ke sini. Terakhir ke sini waktu lo berantem sama Bian.” ucap Galang terkekeh. Arletta pun terkekeh.
“Di sini tenang banget ya. Bahkan capek abis ngerjain ulanganpun langsung hilang. “ ucap Galang lagi. Mereka terdiam begitu lama. Menikmati angin sore itu yang menyejukkan wajah mereka.
“Apalagi ada lo.” Tambahnya. Arletta membuka matanya yang ternyata Galang sudah menatapnya entah dari kapan.
Galang membenarkan rambut Arletta yang tertiup angin. “Lo cantik. Ngga cocok jadi mantan gue." ucapnya terhenti, Arletta pun terdiam. Apa maksud Galang. "Balik lagi sama gue, ya!” tambah Galang lembut.
Arletta menahan nafasnya mencerna ucapan Galang barusan. Ia menetralkan detak jantungnya yang berpacu dengan cepat. Namun kemudian ia mengangguk.
Senyum terukir di wajah keduanya. Galang meraih Arletta ke dalam pelukannya.
“Thanks Ta.” Ucap Galang mengecup puncak kepala Arletta. Kepala yang selalu ia acak-acak rambutnya.
“Aku sayang kamu, Arletta Puteri Aulia!” teriak Galang kemudian.
“Aku sayang kamu Galang Abdi Atmaja!” Arletta tak mau kalah. Ia ikut teriak di sana.
Mereka sama-sama berteriak di pinggir danau itu. Lalu tertawa bersama. Raut wajah bahagia tergambar di wajah mereka.
Terkadang memang ada cinta yang harus diungkapkan dengan lantang. Ada juga yang harus terpendam begitu dalam. Tergantung bagaimana kita harus menyikapinya.
Jika kamu tidak ingin orang lain merebutnya, kamu harus bisa menyuarakannya dengan lantang. Begitupun sebaliknya. Jika kamu tidak bisa mengungkapkannya dengan terang-terangan. Maka kamu harus siap cintamu direbut orang lain.
tinggal urusan cintanya aja yang masih jauh🤭