Duke Armand sama sekali tak menyangka jika istri yang selama ini dia sakiti dan abaikan adalah penyelamat hidupnya.
Begitu Duke Armand sadar, semuanya sudah terlambat.
Sang istri sudah pergi meninggalkan dirinya bersama anak semata wayangnya dalam penyesalan yang dalam.
Akankah Duke Armand berhasil mendapatkan cinta dan kepercayaan sang istri kembali....
Ataukan dia harus kembali jatuh terperangkap dalam kebohongan wanita yang menjadi cinta pertamanya....
Penasaran....
Ikuti kisahnya dalam cerita baruku ini....
HAPPY READING...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MCI - 30
“Pegilah ibu, Nathan akan menjadi anak baik disini hingga ibu kembali nanti”, ucapnya penuh pengertian.
Dunchess Roselyn mencium pucuk kepala Nathan sambil menangis haru karena anak sekecil ini sudah dipaksa untuk berpikir dewasa dan mengerti kondisi kedua orang tuanya.
“Maafkan ibu Nathan jika tak bisa memberikan keluarga yang lengkap untukmu”, ucapnya berderai air mata.
Nathan mengurai pelukannya dan mengusap air mata sang ibu dengan lembut sambil tersenyum tulus.
“Ibu jangan sedih lagi, jangan nangis. Kita beldua pasti bisa bahagia tanpa ayah, sepelti yang kita lalui selama ini”
“Lebih baik Nathan tak punya ayah jika ayah hanya bisa menyiksa selta menyakiti ibu dan Nathan saja”, ucapnya jujur.
Mendengar ucapan Nathan, tangisan Dunchess Roselyn semakin kencang,begitu juga dengan Jesi dan nenek Ji’en yang ikut menangis karena mereka adalah saksi bagaimana anak kecil itu tumbuh tanpa perhatian dan kasih sayang dari ayahnya yang selama ini lebih perhatian dan mengutamakan kebahagiaan anak orang lain daripada anaknya sendiri.
Para pelayan kastil Heber yang selama ini melihat bagaimana cerianya bocah kecil tersebut merasa terharu mendengar ternyata selama ini Nathan sering disakiti oleh ayahnya sendiri.
Duke Raymond yang menyaksikan perpisahan ibu dan anak tersebut diam-diam mengusap sudut matanya yang berair ketika kembali mengingat cerita sahabatnya mengenai perlakukan Duke Armand terhadap adik dan keponakannya tersebut selama ini.
“Dunchess, sudah waktunya kita pergi”, ucap Zapir mengiterupsi karena waktu semakin siang dan perjalanan yang mereka tempuh masih cukup panjang.
Dunchess Roselyn yang merasa jika sudah waktunya dia pergi pun segera berjalan menuju kereta kuda yang telah disiapkan sang kakak untuk menjemputnya dengan hati sedih, tapi dia kemabli sadar jika semua pengorbanan yang dilakukannya ini adalah demi masa depan dia dan anaknya maka kesedihan dalam hatinya pun berangsur mulai berkurang.
***
Disebuah rumah mewah ditengah hutan belantara, tampak seorang wanita muda terbaring diatas ranjang dengan wajah pucat.
Pelayan pribadinya dengan setia menemaninya dan mengusap peluh yang keluar dari tubuhnya menggunakan handuk kecil yang telah dicelupkan kedalam air hangat.
“Nyonya, cepatlah sadar. Tuan muda membutuhkan anda”, ucap sang pelayan sedih.
Sudah dua hari Dunchess Liona tak sadarkan diri setelah ditemukan oleh Zara di sebuah kandang kuda dalam kondisi mengenaskan.
Zara yang malam itu datang bersama beberapa anggota Dark Eagle langsung membantai habis semua lelaki yang telah melecehkan Dumchess Liona tanpa sisa dan membawa kepala mereka yang rencananya akan mereka persembahkan begitu wanita itu sadar nanti.
Sambil menghela nafas berat, Zara kembali menyeka keringat Dunchess Liona yang muncul di keningnya dengan penuh kelembutan hingga dia menyadari kedua mata majikannya perlahan mulai terbuka.
Mengetahui majikannya telah sadar, Zara beberapakali mengucapkan rasa syukur kepada sang pencipta dengan wajah bahagia.
“Air...”, ucap Dunchess Liona lemah.
Zara pun segera mengisi gelas diatas nakas dengan air dan membantu Dunchess Liona untuk duduk sambil memberikan gelas berisi air putih tersebut kepada majikannya.
Karena tenggorokannya sangat kering, air dalam gelas tersebut langsung tandas.
“Berapa lama aku tak sadarkan diri ?”, tanyanya dengan nada lemah.
“Dua hari nyonya”
“Dan saya pantas dihukum karena terlambat untuk menyelamatkan nyonya”, Zara berlutut dengan kepala menunduk dan siap menerima hukuman dari Dunchess Liona.
Sikap yang selalu dia lakukan ketika melakukan kesalah baik itu sengaja ataupun tak sengaja, jika Dunchess Liona menginginkan maka mau atau tidak mau dia harus menerima hukuman.
Melihat pelayannya berlutut, Dunchess Liona yang masih sangat lemah tak memiliki tenaga segera melambaikan tangannya untuk menyuruh pelayan pribadinya itu pergi karena dia ingin sendiri saat ini.
Meski masih terasa nyeri namun bagian bawah tubuhnya sudah tak sesakit seperti sebelumnya.
Mengingat jika dia telah diperkosa secara beramai-ramai dengan sangat liar membuar darah didalam tubuhnya perlahan mulai mendidih.
Dia bertekad akan membalas semua perbuatan bejat mereka setelah kondisinya benar-benar pulih, termasuk membalas dendam kepada Duke Reinard yang telah mempermalukannya.
“Brengsek mereka semua!”
“Lihat saja, begitu kondisiku pulih, aku akan membalas dendam pada mereka semuanya tanpa terkecuali termasuk kepada sahabat baikku dan keluarganya”, batinnnya penuh dendam.
Karena tubuhnya masih sangat lemah, Dunchess Liona pun kembali menutup mata dan tertidur karena dia masih memerlukan istirahat yang cukup banyak saat ini demi bisa memulihkan kondisinya seperti semula.
***
Di kediaman Lunox,
Kedatangan Dunchess Roselyn disambut haru oleh kedua orang tuanya terutama sang mama yang langsung memeluk anaknya dengan erat.
“Mama sangat merindukanmu sayang. Empat tahun bukanlah waktu yang sebentar”, ucap Evelyn berderai air mata.
“Maafkan anakmu ini mama karena sempat melupakan keberadaan kalian berdua”, ucap Dunchess Roselyn sesenggukan.
Sejak dia hilang ingatan, semua kenangan mengenai keluarganya hilang apalagi sang suami yang mengatakan jika dia tak mengingat keluarganya karena sakit hati akibat diusir dari rumah pun semakin menguatkan niat untuk memutuskan hubungan secara sepihak.
Namun, begitu ingatannya kembali semua kenangan indah bersama keluarganya mulai muncul dan pada akhirnya dia mengetahui semua kebenaran yang telah sang suami sembunyikan darinya.
Melihat anak dan istrinya terus menangis sambil berpelukan, Antonipun pada akhirnya ikut memeluk anak dan istrinya sambil menitikkan air mata haru.
“Sampai kapan kalian berpelukan terus seperti itu ?”, tanya Grand Duke Sebastian jengah.
“Kakak...kenapa sih merusak moment saja”, ucap Dunchess Roselyn sambil mencebikkan mulutnya dengan kesal.
Air mata yang tadi mengucur dengan derasnya tiba-tiba saja lenyap seiring ucapan sang kakak yang menyebalkan.
“Sudah...sudah...ayo kita menuju meja maka karena Roselyn pasti sangat lapar setelah menempuh perjalanan panjang”, ucap Evelyn penuh pengertian.
“Mama memang yang terbaik”, ucap Dunchess Roselyn sambil bergelayut manja dilengan sang mama dan tak lupa menoleh sambil menjulurkan lidahnya kepada sang kakak yang dibalas dengan pelototan dari Grand Duke Sebastian.
Mereka berempat pun segera makan dengan penuh hikmat dan segera beralih keruang keluarga begitu selesai karena selama makan mereka tetap menerapkan aturan etika bangsawan sehingga keempatnya baru bisa bercengkrama bebas setelah makanan yang mereka santap habis dan berpindah tempat.
Didalam ruang keluarga, keceriaan yang selama empat tahun belakangan ini sempat menghilang kini kembali hadir.
“Bagaimana kondisi Nathan, apakah tidak apa dia ditinggal sendiri disana ?”,tanya Antonio sedikit cemas.
“Ada Jesi dan nenek Ji’en yang menjaganya disana, juga ada Duke Raymond yang semakin hari semakin lengket dengan Nathan sehingga papa tak perlu khawatir”, ucap Dunchess Roselyn menjelaskan.
“Nathan lengket dengan Duke Raymond ?”, tanya Antonio terkejut.
Siapa yang tak kenal Duke Raymond, pria dingin dan keji yang jarang sekali tersenyum dan selalu memasang wajah datar serta garang.
Mendengarnya bisa dekat dengan anak kecil, apalagi anak kecil itu adalah Nathan yang Antonio ketahui selama ini sangat sulit untuk bisa akrab dengan orang lain merasa sangat heran.
Antonio yang dulu sempat secara sembunyi-sembunyi bertemu dengan cucunya atas bantuan Jesi sebelum aksi mereka ketahuan Duke Armand yang pada akhirnya melarang Jesi untuk mengasuh Nathan dan menggantikannya dengan nenek Ji’en, merasa kesulitan untuk bisa akrab dengan bocah lelaki yang selalu memasang sikap waspada terhadap orang lain meski dia masih kecil.
Tapi kenapa sekarang, hanya dalam waktu singkat cucunya itu bisa lengket dengan Duke Raymond, membuat Antonio mulai menatap putri bungsunya itu dengan tatapan curiga.
“Ada apa papa, kenapa papa menatapku seperti itu ?”, tanya Dunchess Roselyn pensaran.
Melihat jika saat ini bukan waktu yang pas baginya untuk bertanya, Antonio pun mengalihkan pembicaraan.
“Tidak ada apa-apa, papa hanya kepikiran sesuatu saja”, jawabnya mengelak.
Antonio menghembuskan nafas dengan berat dan dia bertekad akan ikut sang putri ke kastil Heber begitu masalah perceraiannya selesai dan akan mencari jawaban atas pertanyaan yang sedari tadi bergelayut dalam pikirannya.
Sementara itu Duke Armand yang mendapatkan kabar jika sang istri telah kembali ke kediaman orang tuanya bertekad untuk datang menghampiri sebelum keduanya datang memenuhi undangan kepala kuil untuk bermediasi.
"Kurasa saat yang tepat untuk meminta maaf kepada Roselyn dan Nathan. Jika aku menunjukkan ketulusan mungkin istriku akan mencabut keingginannya untuk bercerai dariku", batin Duke Armand optimis.
akhirnya... masa jaya mu tak selamanya abadi Liona 😜
jadi g berlarut kyak sinetron 🙏🙏🙏😚
updatenya semoga selalu sehat thor biar up selaluu
/Smile//Smile//Smile/
Dan harus menghukum nya sprti apa yg dilakukan nya🥺
dan segera bisa menyingkirkan selir baru .. /Smile/