Namaku Kinanti Prayoga
Umur : 10 Tahun
Yatim-piatu.
Aku hidup dari hasil ladang warisan Ayahku, walau tidak besar, tap cukup untukku bertahan hidup.
Aku bertani sayur dan bumbu dapur, Kacang panjang dan terong itulah yang bisa ku tanam, serei, kemangi dan daun selasih itulah tanaman tambahan di kebun ku yang kecil.
Tapi walau kecil, aku bisa menghidupi diriku sendiri, 30 hingga 40 ribu bisa ku hasilkan, dan itu sudah sangat baik.
Di kebun ku juga ada pisang, singkong dan ubi jalar, itu bisa kupakai sebagai tambahan panganku selain beras.
Ayam yang kumiliki juga cukup banyak, jika aku ingin makan, tinggal ambil seekor, cukup aku makan seharian bahkan hingga esok juga.
Aku tak bisa mengeluh, tak ada yang lain warisan dari orangtuaku selain Cincin berwana Hitam.
Ibuku berkata sebelum dia meninggal, bahwa cincin itu warisan turun temurun, jadi aku pakai saja, kebetulan pas di jariku, saat aku mencobanya.
ikuti terus ceritaku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jhon Dhoe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.30. Kekaguman Jonathan
"Apa katamu, 100 triliun untuk pembukaan 9 cabang ! Ucap Jonathan Arlington tercengang.
"Benar Tuan, Direktur Utama, Tuan Wilbur Patty, yang mengatakan nya, pada saat pertemuan Para Direktur Bank se-Indonesia kemarin, Apa Paman anda tidak memberitahukan nya, tanya Frans yang heran, Tuan Muda nya tidak tahu apa-apa.
"Tidak, mereka tidak ada yang memberikan informasi kepadaku, jujur saja, aku belum baca situasi bisinis saat ini, ucap Jonathan Arlington, mengakui kalau dia belum paham apapun.
"Tuan Muda, sebaiknya anda berhati-hati, tugas ini, bisa menjatuhkan anda di hadapan kakek mu, walaupun saat ini, ayah anda sebagai Kepala Keluarga, ada baiknya, jangan pernah menelan bulat-bulat, omongan Paman anda, apalagi sepupu-sepupu anda Tuan Muda, ucap Frans memperingati.
"Terimakasih, Frans ucap Jonathan Arlington dengan lembut.
"Sama-sama Tuan Muda, saya akan cari informasi yang lebih akurat tentang siapa pemilik Ladang dsn RS tersebut.
Rumah Sakit tersebut, sangatlah ekslusif, bayaran nya juga sangat mahal, banyak pasien luar negeri yang datang, dan menurut informasi yang beredar, untuk mendapatkan 1 Pill saja, kita harus membayarnya 10 milyar, untuk patah tulang.
Jika mengeluarkan racun bekas obat-obatan, 2 milyar, ini berita rahasia Tuan, karena pasien dan pengantar nya, setelah sembuh wajib tanda tangan untuk menjaga rahasia pengobatan nya, kecuali, penyakit biasa yang masih dapat di tangani RS biasa.
Sejak di buka, RS milik Kinanti, sangat merahasiakan pengobatan tingkat tingginya, ada yang tulangnya patah, hanya sejam, bisa sehat kembali, namun mereka tetap disuruh datang, 2 x untuk memastikan, dan menjalani berbagai prosedur.
Jonathan Arlington, semakin penasaran dengan kata-kata Frans.
Sementara, Kinanti terus mengikuti indra Pendengarannya, dan akhirnya dia kembali emosi, bahwa ada yang berani membocorkannya.
"Maafkan saya kalau begitu, mulai sekarang, aku kurangi dosisnya, pasien patah Tulang, akan di obati selama 6 bulan, berarti pilnya, buat dengan kualitas 25 % saja, dan tetapi 3 bulan, berarti 9 bulan.
Dengan demikian, lebih hemat bahan, dan lebih cepat waktu pengerjaannya, dan kita coba bekerja sama dengan pihak militer saja.
Kita produksi obat luka bakar dan obat luka luar lainnya, khusus militer, juga obat luka berat karena peluru, wajib pengobatan 6 bulan wajib dan 6 bulan pemulihan.
Bekerjasama dengan Militer, akan terjamin kerahasiaannya, produknya akan eksklusif, sudah di putuskan, batin Kinanti.
"Frans, makanan disini sangat enak, tapi lain kali, jangan di tutup seperti ini, kita membaur saja dengan pelanggan, Perintah Jonathan Arlington.
"Baik Tuan Muda, jawab Frans.
"Berapa semuanya Nona, ucap Frans.
"Untuk makanan, 800 ribu semuanya, menutup restoran, selama 1 jam, 2 juta, jadi 2.8 juta, jawab kasir itu.
"Baik, saya transfer sekarang, jawab Frans dan mengambil struk pembayaran.
Tolong nanti malam jam 8 kami akan kembali ke sini, tapi hanya pesan meja yang tadi, tak perlu tutup seperti saat ini, ucap Frans.
Reservasi, 500 ribu, dan di potong dengan pesanan anda nanti malam, jika kurang dari 500 ribu, maka tetap akan di hitung 500 ribu, jika lebih dari 500, maka Tuan hanya membayar kelebihan dari 500 ribu, ucap Kasir itu.
"Menurut saya itu aturan yang adil, saya bayar sekarang, jawab Frans.
"Baik Tuan, silahkan download aplikasi menu kami, anda tinggal mengisi nomor Meja, dan Pilih menu nya, lalu tekan bayar, jika anda kayak saat ini, tekan deposit, dan scan barcode anda, Maka pesanan anda akan kami siapkan, dan akan ada notifikasi, berapa lama lagi selesai proses nya, jawab kasir itu menjelaskan caranya.
"Ini keren, sama seperti aplikasi yang lain, pintar yang mendirikan Restoran ini, link Frans.
"Aplikasi nya, di buat oleh pemilik Restoran sendiri, ucap Kasir itu
"Boleh kami tau pemilik nya? Tanya Jonathan Arlington yang juga tertarik dengan sistem yang di buat Kinanti.
Pemilik nya, belum tentu sebulan kesini, semuanya serba online, bahkan sayuran, dan stok barang lainnya, pemilik tahu kapan harus diisi, kami hanya menginput, setiap malam sebelum tutup, pada Menu Gudang, setelah itu besok siang barang datang, sesuai yang tercatat, jawab kasir, sengaja membuat Jonathan dan Frans penasaran.
Kinanti dan ketiga sahabatnya, hampir tidak bisa menahan ketawa, Karena orang angkuh dan sombong itu, di bodohi oleh seorang kasir.
Jonathan yang hendak berbalik arah, tak sengaja dia melihat Kinanti, seketika hatinya bergetar.
" Nona, siapa mereka yang duduk di pelataran itu? Tanya Jonathan
"Mereka pelanggan, karena Tuan menutup restorannya, jadi mereka makan di luar, maaf Tuan, mereka langganan bulanan kami, karena mereka magang di daerah sini, ucap Kasir, semakin menambah racun ke Jonathan.
"Oh begitu, terimakasih Nona, jangan lupa pesanan kami, terimakasih, timpal Frans lalu mengajak Tuan Muda nya.
"Ayo Tuan Muda, ingat baik-baik, anda sudah di jodohkan dengan Putri Keluarga Sumaradi.
"Baiklah, ayo kita berkeliling sebelum ke Resort itu, Balas Jonathan Arlington.
"Gadis yang cantik, kenapa hatiku bisa gelisah seperti ini, batin Jonathan.
Setelah Jonathan dan Frans pergi, Kinanti juga kembali kerumah besarnya, yang hanya dia dan keluarga tukang ojek langganannya dulu.
Keluarga itu, hidup layaknya orang kaya, karena memang Kinanti memberikan Fasilitas mewah kepada mereka yang sudah di anggap keluarganya.
Para pelayan sangat menghormati sepasang suami istri itu, karena jika Kinanti tidak ada, mereka berdua adalah bos.
Kinanti memang memerintahkan kepada 4 pelayannya, agar menghormati, suami istri itu, yang di umumkan Kinanti sebagai paman dan bibinya.
Frans membawa Jonathan Arlington berkeliling kota buatan Kinanti, dia membaca sebuah tulisan yang cukup besar, WELCOME TO THE CITY OF BLESSING
"Tuan, Kinan Anugrah Group Company, menguasai sekitar 15 ribu hektar tanah di Daerah sini, Resort tempat kita istirahat adalah miliknya.
Dia juga membantu sistem air bersih sendiri, dan seluruh penerangan disini, semuanya menggunakan pembangkit sendiri.
Anda bisa melihat disana, terdapat danau, buat PLTA, berkekuatan 10 MW, dan PLTS miliknya, berkekuatan 35 MW. Sedangkan untuk Resort sendiri, mereka membangun PLTS, berkekuatan 5 MW, lampu jalan, menggunakan panel Surya mandiri.
Jadi bisa dikatakan, Kota buatan Kinan Anugrah Group Company, layak di sebut kota Mandiri.
Disini, tersedia fasilitas yang cukup lengkap, sekolah, universitas, Supermarket, Hotel, RS, SPBU, Restoran, tempat ibadah dan juga tempat wisata, lanjut Frans menjelaskan.
Frans, pemilik Perusahan ini, sangat brilian, dia mampu mendapatkan tanah sebesar ini, dan melihat peluang yang luar biasa, sungai itu terlihat sangat kecil, tapi setelah di perhatikan, alirannya sangat stabil.
Perumahan disini juga sangat sejuk, kiri kanan Hutan dan didepan terdapat hamparan laut yang begitu mempesona, lihat di bukit itu, ada deretan rumah-rumah besar, coba kita cek kesana, siapa masih ada unit kosong, pandangan nya langsung ke lautan, Perintah Jonathan.
"Saya sudah mengeceknya, disana hanya ada 15 rumah, dan tersisa 1 unit, luas tanahnya 1 hektar, luas bangunan 600 meter persegi untuk tiap lantai, dan itu ada 3 lantai.
