Dihadapkan pada kenyataan bahwa lelaki yang dicintai tidak bertanggung jawab, Alana nekat bunuh diri. Namun, ibu Daffa memohon kepada Gafi, anak tertuanya, untuk menikahi Alana menggantikan adiknya, padahal lelaki itu sudah punya kekasih.
Gafi terpaksa setuju demi menyelamatkan aib keluarga dan anak dalam kandungan Alana. Namun, Gafi membuat persyaratan, yaitu keduanya akan bercerai setelah Alana melahirkan.
Sesuai kesepakatan yang telah dibuat, keduanya pun bercerai. Alana membawa anaknya dan hidup bahagia. Namun, kebahagiaan itu tak bertahan lama. Daffa dan Gafi kembali untuk menagih cinta yang dibuang dahulu.
Persaingan cinta antara dua bersaudara, siapakah yang menjadi pilihan Alana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tiga Puluh
Alana menghentikan langkah kakinya. Dia berbalik menghadap pria yang masih bertahta di hatinya itu. Dia menarik napas dalam. Empat tahun tak bertemu, tak mungkin Gafi tak ada pasangan. Dalam hatinya Alana berkata, jangan lemah. Jangan terbuai lagi bujuk rayu pria manapun. Cukup dua kali kamu terluka karena mencintai pria.
"Mas, aku rasa tak ada yang perlu kita bicarakan. Lagi pula rapat sebentar lagi akan di mulai. Aku mau masuk dulu," jawab Alana.
Setelah mengucapkan itu, Alana segera berjalan masuk sebelum Gafi menahannya lagi. Adele melihat semua itu dengan heran dan penuh tanda tanya.
Alana mengucapkan salam dan memilih duduknya. Entah siapa yang mengatur, dia duduk bersebelahan dengan Gafi.
Rapat segera di mulai. Sutradara menjelaskan bagaimana jalan ceritanya nanti. Biasanya ada sedikit perubahan pada film dibandingkan novel. Mereka lalu meminta pendapat pada Alana sebagai penulis. Dia menyerahkan semua pada tim produksi. Namun, tiba-tiba Gafi angkat bicara.
"Aku sudah membaca novelnya. Aku sebagai investor menginginkan cerita sesuai dengan yang di novel. Tidak ada perubahan. Hanya kalau bisa aku minta, ending dari film pemeran utama yang bernama Celina dan Gavin di pertemukan dan hidup bahagia," ucap Gafi memberikan saran.
Alana memang mengganti namanya menjadi Celina dan Gafi menjadi Gavin. Setelah mengucapkan itu Gafi memandangi Alana dengan tersenyum.
"Kalian kira itu hanya cerita novel, itu kisah hidupku dan Alana," gumam Gafi dalam hatinya.
Alana tak bisa membantah karena yang dia tahu, semua biaya produksi dari film di tanggung Gafi. Tentu saja dia punya hak untuk bersuara.
"Boleh, jika Pak Gafi menginginkan akhir cerita begitu, nanti penulis skenario yang akan menyusunnya menjadi cerita seperti yang Bapak inginkan," ucap Sang Sutradara.
"Ternyata Ibu Alana sangat cantik. Seandainya pemain belum terpilih, Ibu pasti bisa memerankan langsung tokoh Celina nya," ucap produser.
Gafi langsung melirik ke arah produser saat dia mengatakan itu. Sepertinya pria itu tak suka jika Alana di puji.
Setelah dua jam, rapat akhirnya selesai. Alana mengajak putrinya keluar dari ruangan segera, setelah bersalaman dengan semuanya. Saat mau keluar, produser film itu mendekati Alana.
"Bu Alana, ini nomor ponselku. Apakah bisa ibu kirim sinopsis novel Ibu yang lainnya. Siapa tau saya berminat untuk meminangnya lagi," ucap Pria itu.
"Terima kasih, Pak. Nanti saya susun dulu," jawab Alana.
"Apa boleh saya minta nomor ponselnya. Jika nanti saya butuh cerita, akan lebih mudah menghubungi Ibu," ucap pria itu lagi.
Gafi yang melihat dari tempat duduknya, mengepalkan tangan. Dia tak suka wanitanya di dekati. Empat tahun dia dengan sabar mencari keberadaan Alana, tak akan dengan mudahnya pria itu menikung.
"Boleh saja, Pak!" jawab Alana. Dia lalu mengambil satu kartu nama dari dalam tas dan memberikan pada pria itu. Seorang produser bernama Ryan.
"Terima kasih, semoga kerja sama kita berlanjut lagi," ujar Ryan.
"Semoga saja, Pak," balas Alana.
Setelah memberikan kartu nama itu, Alana meninggalkan ruangan dengan menggendong putrinya. Dia sengaja menggendong sang putri agar bisa berjalan cepat.
Alana masuk ke mobil dengan segera. Tak ingin Gafi mengejarnya. Dia langsung melaju menuju rumah. Tanpa dia sadari Gafi mengikuti. Pria itu sengaja keluar gedung dari arah samping agar Alana tak melihatnya. Dia lalu mengikuti mobil Alana.
Gafi semakin mendekati mobil Alana. Takut kehilangan jejak wanita itu. Sampai dua jam perjalanan, barulah tiba di halaman rumah wanita itu.
Dari jarak sekitar lima puluh meter Gafi mengawasi Alana. Tampak dia menggendong putrinya yang tertidur. Setelah lima belas menit barulah Gafi keluar dari persembunyiannya. Dia memberi waktu untuk Lana menidurkan Adele.
Gafi merasakan detak jantungnya berdetak jauh lebih cepat. Tangannya terasa gemetar saat akan mengetuk pintu rumah Alana.
Setelah bisa menguasai dirinya, Gafi mengetuk pintu rumah. Beberapa kali melakukan baru terdengar sahutan dari dalam. Jantungnya terasa mau copot saat mendengar handel pintu di buka.
Gafi tersenyum melihat Alana membukakan pintu. Wanita itu yang terlihat terkejut. Tak menyangka jika tamunya adalah Gafi, mantan suaminya.
"Ada perlu apa, Mas? Apa Mas mengikuti aku?" tanya Alana dengan suara sedikit lantang.
"Tuan rumah yang baik itu mempersilakan tamunya masuk terlebih dahulu, baru ajak mengobrol," jawab Gafi.
Alana tersenyum mendengar ucapan suaminya. Dia yang dulu irit bicara, kenapa sekarang jadi begini.
"Hari sudah hampir malam. Tak enak jika seorang pria bertamu di rumah seorang janda," balas Alana.
"Siapa yang bisa melarang seorang suami berkunjung ke rumah istrinya?" tanya Gafi.
Gafi tidak akan tinggal diam. Dia telah menemui sang pujaan hati, mana bisa dia mundur. Apa pun akan dia lakukan untuk membuat Alana dan putrinya kembali.
"Kamu bukan suamiku lagi, Mas. Hanya mantan. Tak baik berduaan," balas Alana.
Gafi tersenyum melihat wajah Alana. Dia tampak makin cantik, dan dewasa. Tak salah jika Ryan sang produser tertarik dengan wanita itu, ucap Gafi dalam hatinya.
"Siapa yang bilang aku bukan suamimu? Aku ini masih berstatus suami kamu, Alana!" ucap Gafi dengan penuh tekanan.
Tanpa diminta, Gafi masuk. Dia lalu duduk di sofa. Memperhatikan rumah itu, dari sudut ke sudut. Saat melihat foto Adele di dinding, dia tersenyum manis.
"Aku ini papi kamu, Nak. Akan aku lakukan segala cara agar kamu mencintai dan menyayangiku. Kita akan bersama lagi, aku janji akan membawa kamu dan mami kembali ke rumah," gumam Gafi dalam hatinya.
"Mas, keluarlah. Lain kali saja kamu bertamu. Aku tak mau jadi bahan omongan. Lagi pula apa yang Naura katakan jika tau kamu datang ke rumahku," ucap Alana.
"Aku tak peduli dengan Naura! Dan aku tak peduli apa kata tetanggamu. Tak ada yang bisa melarang seorang suami mendatangi rumah istrinya. Aku ini masih sah sebagai suami kamu, Alana. Karena sampai detik ini aku belum mengajukan surat perceraian kita di Pengadilan agama!" balas Gafi dengan penuh penekanan agar Alana paham dengan apa yang dia ucapkan.