Kota Toagi terbagi menjadi lima wilayah, masing-masing dikuasai oleh kekuatan yang berbeda. Di timur, SMA Oyama memegang kendali, dikenal sebagai sarang para berandalan. Di barat, Geng Hakkai memerintah dengan tangan besi. SMA Mishima di selatan dan SMA Tokuji di utara terus-menerus bersaing untuk memperluas pengaruh mereka. Di tengah semua wilayah ini, terdapat daerah netral yang dikuasai oleh Geng Takagawa, menjaga keseimbangan rapuh di kota tersebut.
Kaito Takeda, seorang siswa baru di SMA Oyama, datang dengan ambisi besar. Dia ingin menyatukan sekolah yang terpecah belah ini dan membawa semua berandalan di bawah satu bendera. Namun, untuk mencapai tujuannya, Kaito harus menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam SMA Oyama maupun dari geng-geng lain yang tidak akan menyerahkan wilayah mereka begitu saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pralam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7: Tawaran Aliansi
Pagi Hari di SMA Oyama
Pagi itu, SMA Oyama terlihat lebih sibuk dari biasanya. Kaito dan teman-temannya mulai menyusun strategi untuk menghadapi ancaman yang datang dari SMA Mishima. Mereka tahu bahwa tanpa dukungan tambahan, kemungkinan mereka bertahan akan tipis.
Di dalam aula utama, Kaito berdiri di depan kelompoknya. Dia tampak lebih serius dari biasanya. "Dengar, kita nggak punya banyak waktu. SMA Mishima nyiapin serangan besar ke SMA Oyama. Ini artinya kita harus siap untuk menghadapi mereka kapan pun."
Mokoto yang berdiri di sebelah Kaito mengangguk. "Dan itu berarti kita juga butuh bantuan dari Geng Hakkai. Mereka punya kekuatan yang kita perlukan untuk bertahan."
Taro menatap Kaito dengan penuh keyakinan. "Kalau kita bisa bikin Geng Hakkai gabung sama kita, kita punya kesempatan lebih besar buat ngelawan SMA Mishima. Tapi masalahnya, mereka nggak bakal gampang diajak kerja sama."
Kaito berpikir sejenak sebelum akhirnya berbicara. "Gua bakal coba ngobrol sama pemimpin mereka, Hiroshi. Gua pernah ketemu dia sekali, waktu gua baru masuk SMA Oyama. Dia orang yang sulit ditebak, tapi gua yakin ada sesuatu yang bisa kita tawarin ke dia."
Rika, yang biasanya cemas, kali ini tampak lebih tenang. "Lu yakin bisa yakinin dia, Kaito? Kalau dia nolak, kita bisa jadi target mereka juga."
Kaito tersenyum tipis, menunjukkan kepercayaan diri yang jarang terlihat. "Gua nggak bakal kasih dia pilihan lain selain kerja sama. Lagipula, gua punya sesuatu yang bisa bikin dia mikir dua kali buat nolak."
Hina menatap Kaito dengan rasa khawatir. "Jangan sampe lu terlalu memaksakan diri, Kaito. Ini bukan cuma soal nyari bantuan, tapi juga soal ngejaga SMA Oyama tetap utuh."
Kaito menepuk bahu Hina, memberikan jaminan yang bisa mengurangi sedikit kekhawatirannya. "Tenang aja, Hina. Gua nggak bakal bertindak gegabah. Tapi gua juga nggak bakal nunggu sampe SMA Mishima ngehancurin kita duluan."
Sore Hari, Markas Geng Hakkai
Sore itu, Kaito bersama Mokoto menuju markas Geng Hakkai, yang terletak di barat kota Toagi. Markas mereka adalah sebuah bangunan tua yang sudah diperkuat, tampak lebih seperti benteng daripada sekedar tempat berkumpul. Kaito tahu ini bukan tempat yang bisa dimasuki dengan santai. Di sini, hanya kekuatan yang dihormati.
Ketika mereka tiba, Kaito dan Mokoto disambut oleh sekelompok anggota Geng Hakkai yang tampak tidak terlalu ramah. "Apa urusan lu di sini, brengsek?" salah satu dari mereka berkata dengan nada menantang.
Kaito tidak menunjukkan tanda-tanda takut. Dia menatap pria itu dengan tajam. "Gua mau ketemu Makoto. Bilang sama dia, Kaito Takeda dari SMA Oyama ada di sini. Ini soal penting."
Pria itu menatap Kaito dengan curiga, tapi akhirnya mengangguk dan pergi untuk melaporkan kedatangan mereka. Setelah beberapa saat, pria itu kembali. "Makoto setuju buat ketemu lu. Ikutin gua."
Mereka dibawa masuk ke dalam markas, melewati beberapa lorong gelap yang penuh dengan graffiti dan coretan. Suasana di dalam semakin membuat Kaito sadar bahwa Geng Hakkai bukan lawan yang bisa diremehkan. Tapi itu justru membuatnya semakin mantap dengan keputusannya.
Akhirnya, mereka tiba di sebuah ruangan besar dengan pencahayaan redup. Di tengah ruangan, Makoto duduk di sebuah sofa besar, dikelilingi oleh beberapa orang kepercayaannya. Dia adalah pria berusia sekitar dua puluhan, dengan tatapan dingin dan senyum yang nyaris tak pernah terlihat.
Makoto menatap Kaito dan Mokoto dengan minat yang dingin. "Jadi, Kaito Takeda, murid baru dari SMA Oyama. Apa yang bikin lu berani dateng ke sini, berani nginjek wilayah gua?"
Kaito tidak terintimidasi. Dia menatap Makoto dengan pandangan tajam. "Gua di sini buat nawarin sesuatu yang mungkin lu bakal suka, Makoto. Gua tahu lu nggak suka SMA Mishima, dan gua yakin lu nggak bakal suka kalau mereka berhasil nguasain SMA Oyama."
Makoto tersenyum tipis, tapi tidak dengan kehangatan. "Terus, apa yang gua dapet dari semua ini? Lu pikir gua bakal bantu lu cuma karena SMA Mishima musuh kita? Babi, gua nggak sebaik itu."
Kaito mengangguk, sudah menduga respons itu. "Gua nggak di sini buat minta bantuan gratis. Gua punya sesuatu yang bisa bikin lu untung besar kalau kita kerja sama."
Makoto menaikkan alisnya, sekarang tampak lebih tertarik. "Apa yang lu punya, Takeda?"
Kaito melangkah maju sedikit, mendekat ke arah Makoto. "Informasi. Gua punya informasi penting tentang SMA Mishima. Gua tahu rencana mereka buat nyerang SMA Oyama, dan gua juga tahu titik lemah mereka. Kalau lu gabung sama gua, kita bisa ngehancurin mereka bareng-bareng."
Makoto tertawa kecil, tapi tidak menertawakan Kaito. "Lu punya nyali, gua kasih itu. Tapi gua nggak bakal bantu lu cuma gara-gara informasi. Gua butuh jaminan lebih dari itu."
Kaito tersenyum, sudah menyiapkan jawaban ini. "Gua bisa kasih lu sebagian dari wilayah SMA Oyama kalau kita berhasil. Lu bisa dapetin lebih banyak pengaruh di timur kota, dan gua bakal pastiin SMA Mishima nggak bakal ngeganggu bisnis lu lagi."
Makoto menatap Kaito dengan mata tajam, mempertimbangkan tawaran itu. Setelah beberapa detik hening yang terasa sangat lama, akhirnya dia berbicara. "Lu punya kesepakatan, Kaito. Tapi ingat, kalau lu ngerusak ini, gua sendiri yang bakal ngehancurin lu. Jangan main-main sama gua, brengsek."
Kaito mengangguk tegas. "Gua nggak bakal ngecewain lu. Kita mulai dari sini, dan gua bakal pastiin SMA Mishima jatuh."
Makoto berdiri, memberikan isyarat kepada anak buahnya. "Siapin orang-orang kita. Kalau ini berhasil, kita bakal kuasain lebih banyak dari yang kita bayangkan."
Dengan kesepakatan ini, Kaito tahu bahwa langkah besar berikutnya telah dimulai. Aliansi yang terbentuk ini bukan hanya soal kekuatan, tapi juga tentang kepercayaan yang sangat rapuh. Tapi Kaito tidak punya pilihan lain; untuk menguasai SMA Oyama, dia harus berani mengambil risiko terbesar. Dan kali ini, dia siap menghadapi semua kemungkinan, dengan dukungan Geng Hakkai di sisinya.