Monika terpaksa menikah dengan Herman, pria itu selalu dingin dan cuek tidak peduli. Tidak ada cinta dalam rumah tangga mereka, yang ada hanya keterpaksaan.
Setelah pernikahan, begitu banyak cobaan yang Monika hadapi. Suami yang selalu dingin dan mertua yang tidak menerima kehadiran nya, bahkan usaha mereka untuk menyingkirkan Monika dari hidup Herman.
Sebelum nya Monika sempat menolak keras saat Herman datang untuk melamarnya. Alasan pernikahan mereka bukan cuma karena malam yang pernah mereka habiskan bersama tanpa di sengaja, tetapi juga karena Adik Monika sendiri.
Ternyata, tanpa Monika ketahui, selama ini dia sudah menyakiti sang adik dan bahkan hampir membunuhnya. Adiknya itu adalah wanita yang sangat Herman cintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jumli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari ini 2 (Sah)
"Mama?"
Monika kaget melihat kehadiran Salma, dia segera berlari mendekat dan memeluk Ibunya itu.
"Terimakasih sudah datang, Ma."
Kebahagiaan Monika tidak bisa di utarakan dengan kata-kata, sebelumnya dia pikir akan menikah tanpa kehadiran Salma.
"Iya Nak. Mama akan lebih merasa bersalah jika tidak hadir hari ini."
Kali ini Monika tersenyum penuh ketulusan, Ia lalu menatap Surya dengan lembut dan teduh. Pasti Pria baya itulah yang sudah membawakan Salma untuk nya hari ini.
"Terimakasih, Pa. Monika harap Papa dan Mama kembali baikan."
Surya tersenyum dan mengaminkan perkataan Monika dalam hati, sedangkan Salma hanya terdiam dengan senyuman untuk putrinya. Dia tidak mungkin kembali lagi pada Surya seperti dulu, mereka sudah lama berakhir.
"Papa keluar dulu ya. Sepertinya Herman sudah mau datang."
Kedua wanita beda usia itu membiarkan Surya keluar. Kebetulan Herman telah muncul di temani Mang Ujang.
Pria itu hanya datang berdua saja tanpa siapapun lagi.
"Herman, kalian cuma berdua?" tanya Surya tidak melihat siapa pun lagi yang ikut serta dengan calon menantunya itu.
"Maaf Tuan. Saya di tugaskan oleh orang tuan Aden Herman untuk menemani. Karena pernikahan ini dadakan sehingga mereka tidak bisa melakukan penerbangan ke sini."
Ujang yang memang di perintahkan oleh Kurniawan untuk mengawal anaknya itu angkat suara mewakili Herman.
Surya mengangguk dan memaklumi alasan tersebut, mereka berdua pun di persilahkan untuk masuk dan menunggu penghulu yang sudah di perjalanan.
Drrttt....
"Mang, kamu masuk duluan. Saya mau angkat telepon dulu," kata Herman yang membuat kedua langkah pria baya itu terhenti. Mereka mendengar ponsel Herman berdering.
Pria itu pun akhirnya menjauh dari sana dan membiarkan Ujang pergi mengikuti Surya.
"Ya, Mom?" tanya Herman dengan layar telepon yang di letakkan di telinga.
"Herman, kenapa pernikahan kalian begitu mendadak? Mommy ingin menyaksikan kamu menikah dengan Ananda!"
Suara Mia terdengar kesal dengan sedikit bentakan untuk anak nya itu.
Pagi ini mereka yang berada di Amerika di kagetkan dengan Herman yang katanya akan menikah hari ini juga. Mau melakukan penerbangan pun juga percuma, pasti sudah tidak bisa menyaksikan acara sakral itu.
"Kalian tunggu saja di situ. Lagi pula setelah menikah kami akan langsung ke Amerika," jelas Herman namun Mia yang ada di sebrang tetap mengendus kesal dengan berita ini.
"Herman. Bisakah Mama bicara dengan Ananda sebentar? Mama mau minta maaf karena tidak bisa datang," pinta Mia. Dari suaranya sudah mulai melembut. Dia seakan sudah tidak sabar untuk berbicara dengan Ananda.
"Nanti saja, kami sedang sibuk."
Dengan enteng nya Herman berkata seperti itu, seakan tidak ada rasa takut sama sekali.
"Tapi Herman. Bagaimana Mommy akan bertemu dengan nya nanti. Dia pasti akan membenci Mommy karena tidak pernah berbicara padanya."
Suara Mia terdengar jelas rasa sedih dan bersalah.
"Mom, penghulu sudah datang. Sudah ya."
Panggilan itu langsung terputus sepihak dari Herman, padahal Mia masih ingin ngotot berbicara dengan Ananda.
Herman juga langsung me mode pesawat ponselnya agar Mia tidak menggangu acara yang akan segera berlangsung. Pria itu langsung menuju tempat di mana akad mereka akan di langsungkan.
"Itu dia mempelai prianya," ujar Mang Ujang dan mengarahkan Herman duduk di depan Surya dan penghulu.
"Bi, tolong panggilkan Monika ya," kata Surya pada Ijah yang juga telah duduk ingin menyaksikan.
"Baik, Tuan."
Tidak berselang lama Monika dan Salma pun muncul berdampingan. Wanita yang sebentar lagi akan menjadi Istri Herman itu merasakan gemuruh di dadanya.
Entah mengapa perasaan nya mengatakan kehidupannya setelah hari ini akan berbeda dari hari-hari yang pernah Monika lalui. Mata Monika melihat Herman yang saat ini menatap dirinya tanpa ekspresi. Dada wanita itu berdegup kencang di setiap langkah nya.
'Ya Tuhan, Kuatkan hamba mu ini agar bisa menjalani semua ujian dari-Mu dengan penuh kesabaran dan ke ikhlasan' batin Monika beriringan dengan suara lantang Herman yang melafalkan ijab kabul dengan sangat baik.
"Sah!"
Wali dan saksi bersahutan telah meng sah kan pernikahan Herman dan Monika. Sepasang pengantin tidak menunjukkan ekspresi wajah yang membahagiakan ataupun menyedihkan, terutama pada Monika sendiri.
Tidak ada air mata yang keluar, Monika sudah ikhlas dan menganggap pilihan ini sebagai bentuk pembayaran atas apa yang diri nya perbuat sendiri.
Semoga saat kepergian nya di Amerika nanti, tidak ada lagi Monika-Monika atau sejenis Della-Dilla yang mengganggu rumah tangga Adiknya, Ananda. Monika sungguh mengharapkan agar Tuhan mengabulkan ke inginnya yang satu itu.
________________
"Mang Ujang, jangan katakan apapun pada Deddy atas apa yang menurut mu salah hari ini."
Sebelum keluar dari mobil, Herman memperingati Ujang yang memang berniat akan langsung menghubungi Kurniawan setelah memasukkan mobil di garasi. Namun ternyata Herman malah memperingatkan dirinya seperti itu.
"Apa tidak sebaiknya di beritahu saja, Den."
Ujang sebetulnya kaget saat tahu mempelai wanita berbeda dari yang Ujang ketahui.
Pria itu pernah bertemu dengan Ananda saat majikannya belum pindah sekeluarga.
"Itu akan menjadi urusan ku. Lagi pula tidak lama lagi kami akan langsung ke Amerika. Kamu tidak perlu membeberkan apapun," suara dingin Herman seakan mengancam Ujang kalau sampai melanggar perkataan nya.
"Baik, Den."
Herman pun keluar di ikuti Monika, wanita itu kurang mengerti dengan apa yang kedua pria tadi bahas dalam mobil. Apa yang di Maksud kesalahan hari ini? Wanita itu bertanya-tanya di sepanjang jalannya.
"Monika, istirahat dan bersiaplah. Dua hari lagi kita akan pergi ke Amerika," kata Herman yang saat ini sudah berganti pakaian.
"Kenapa tidak sekarang saja?" ujar Monika.
Dirinya tidak butuh istirahat dan juga sudah dari semalam menyiapkan dirinya.
"Ada yang perlu ku urus dan selesaikan pekerjaan di Kantor."
Herman bahkan berbicara tanpa melihat Monika. Pria itu fokus memperbaiki penampilannya di depan cermin, setelah itu meninggalkan Monika seorang diri dalam kamar Herman yang sekarang telah menjadi kamar Monika juga.
Jika Mario masih menganggap dirinya, dan pria itu adalah kekasih Monika seperti sebelumnya. Pasti Monika tidak akan membiarkan Herman pergi begitu saja. Wanita itu hanya memandangi punggung Herman yang berangsur menghilang.
"Sabar Monika. Kalian menikah untuk kebahagiaan Ananda, tidak lebih dari itu," kata Monika
perempuan itu tersenyum mengingat apa yang diri nya lakukan hari ini. Semua demi sang Adik yang telah Monika sakiti dengan brutal.
Mulai sekarang dia akan belajar bersabar dan menerima hasil dari perbuatannya. Perempuan itu lalu menuju koper yang tadi Ujang bawakan. Monika hendak melakukan apa yang Herman perintahkan tadi, yaitu istirahat. Sebelum itu Monika mau menyegarkan diri nya dulu.
.
.
.
Semoga berkenan memberikan dukungan kepada penulis berupa like 👍 kalian
Author sangat mengharapkan nya 🤗
Sebelum nya terimakasih pada teman-teman semua 🙏 🙏 🙏
🌹🦈🦈 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔𝚖𝚞,,,,𝚜𝚎𝚖𝚊𝚗𝚐𝚊𝚝 💪