Bitcoin World Domination

Pagi ini Carla akan mengundurkan diri sebagai guru dan mengosongkan rumah sewaan yg dia tinggali, jadi Val berinisiatif untuk menemaninya.

Dengan pakaian rapi dan juga mobil mewah yg di pinjam dari Ilvy, Val dengan mantap menjemput Carla di depan rumahnya.

"Pagi Bu Carla." Sapa Val saat Carla keluar dari rumahnya dan tanpa peringatan, Val memeluk Carla sebelum mencium bibirnya.

"Jangan lakukan hal mesum di tempat umum." Bisik Carla sambil mencubit tangan Val dengan lembut.

"Berarti jika tidak di tempat umum maka baik baik saja." Balas Val dengan nada godaan, tapi Carla tidak menjawab dan hanya memberi tamparan di bahu Val.

"Ayo cepat, ibu bisa telat untuk menghadap jika kamu terus membicarakan hal hal ini."

"Baik Bu." Val mempersilahkan Carla masuk ke dalam mobil dengan sopan sebelum dia dan mulai menjalankan mobilnya.

"Ini mobil Ilvy, apa dia tidak akan marah?" tanya Carla.

"Ilvy menyetujui hubungan kita."

"Jangan bercanda, lalu bagaimana dengannya?"

Val memasang wajah rumit sebelum menjawab. "Apa Bu Carla keberatan hidup bersama ku dan Ilvy?"

Carla melebarkan matanya sebelum berkata. "Maksud mu..."

Val mengangguk. "Kita bertiga hidup bersama dan pergi dari negara ini bersama sama. Mengenai biaya Bu Carla tidak perlu cemas, Aku dan Ilvy akan mengatur masalah keuangan, ibu mengatur urusan rumah tangga."

"Val...." Entah kenapa mata Carla tiba tiba mulai berkaca kaca yg membuat Val sedikit cemas. "Apa Bu Carla tidak setuju."

"Kenapa ibu tidak setuju, jika itu bersama mu maka semua baik baik saja. Ibu juga bisa bekerja untuk menambah penghasilan."

"Bu Carla tidak perlu cemas masalah uang karena ada hal yg lebih penting dari uang yg harus kita lakukan."

"Apa itu?"

Val terdiam sejenak sebelum berkata. "Sebenarnya..." Perlahan Val mulai menceritakan rahasia yg dia miliki dan rencana masa depan yg sudah dia rencanakan bersama Ilvy.

"Val, maaf..." Carla berusaha menghapus air mata yg membasahi pipinya yg membuat Val merasa bersalah karena telah menceritakan semua rahasianya.

"Bu..."

Carla menggelengkan kepalanya sambil menangkap tangan Valerio yg mencoba menenangkannya. "Fokuslah menyetir, jangan sia siakan kesempatan hidup mu lagi, ibu juga masih ingin hidup lama bersama mu."

Val tersenyum sambil memberi anggukan ringan pada Carla.

"Terima kasih sudah menceritakan semuanya, ibu berjanji akan mendukung mu semaksimal mungkin."

"Bu Carla ada di sisi ku sudah cukup, desahan Bu Carla sudah mampu membuat hari hari ku terasa di surga."

"Bagaimana dengan Ilvy?" Carla memberi tatapan sinis pada Val.

"Dia seperti kucing liar, bukan mendesah tapi mencakar. Untung saja aku punya penyembuhan yg abnormal, jika tidak maka Bu Carla akan melihat banyak luka cakar di punggung ku."

Carla membuka mulut sebelum menutupnya kembali karena tidak tahu apa yg harus dia katakan.

Hingga akhirnya mereka sampai di sekolah. "Tunggu di sini, ibu tidak akan lama."

"Baik Bu."

Val bersandar santai di pintu mobil sambil menunggu Carla. Tapi selang beberapa saat, Val melihat adiknya Vicky datang bersama Ayu yg merupakan mantan kekasihnya.

Val menduga bahwa Vicky datang untuk mengantar Ayu ke sekolah sebelum dia berangkat ke sekolahnya sendiri. Tapi sepertinya Vicky belum menyadari keberadaan Val jadi Val juga mengabaikan mereka.

"Oi Val, buset gaya mu." Tapi sayangnya salah satu teman Val yg lain langsung menyapanya dengan suara lantang yg menarik perhatian semua orang. Namanya adalah Agus, pria bermuka dua yg baik di depan dan suka menikung pacar temannya sendiri. Dia juga salah satu orang yg sering menggunakan Ayu sebagai bantal guling di ranjangnya.

"Biasa ja bangke." Balas Val dengan acuh tak acuh.

"Ha ha ha.." Agus memeluk bahu Val sambil meraba raba pakaian yg Val kenakan. Merasakan maksud Agus, Val merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebungkus rokok.

"Ambil semua" Agus terkejut mendengar kata kata Val sebelum tersenyum lebar. "Dah kaya bro, mobil ini punya mu?"

Val menggelengkan kepala. "Mobil perusahaan."

"Dah kerja, pantes sante kamu pas keluar sekolah" Tanya Agus dengan penuh kejutan sambil menyalakan rokoknya.

Val hanya mengangkat bahu sebagai jawaban tapi Vicky dan Ayu segera menghampiri Val. "Val, kamu sudah menjual rumah ibu dan memakan hasilnya sendiri. Setidaknya berikan aku laptop tua ibu yg sudah tak berguna, bukankah kamu bisa membeli yg lebih bagus lagi."

Val memberi tatapan mengejek pada Vicky sebelum berkata. "Kamu bahkan tidak hadir saat kremasi ibu kita, aku yakin kamu dan keluarga ayah bersorak gembira atas kematian ibu."

"Val jangan seperti itu, Vicky selalu merindukan ibunya dan sangat peduli pada mu." Ayu tiba tiba menengahi mereka berdua.

"Siapa kamu?"

Ayu tertegun sejenak sebelum menjawab. "Kamu memutuskan hubungan kita secara sepihak dan sekarang sikap mu begitu kasar pada ku. Apa kamu terkena sihir dari wanita lain atau apa, sebaiknya kita pergi ke orang pintar untuk memeriksanya."

"Benar Val, pasti ada yg salah dengan mu. Kamu juga tidak pernah berdoa pada leluhur kita, mereka pasti marah pada mu." Tambah Vicky yg membuat Val hampir tertawa terbahak bahak.

"Berkaca sedikit, apa menurut mu aku tidak tahu apa yg sudah kamu lakukan di belakang ku selama ini. Aku bahkan tidak berani menyentuh mu lebih jauh karena takut tertular penyakit kelamin."

Kali ini ayu benar benar syok sambil menutup mulutnya, tapi Val belum selesai dan mengalihkan perhatiannya pada Vicky. "Harta ibu sesungguhnya ada di dalam laptop itu, apa menurut mu aku tidak tahu. Nilainya bahkan 10 kali lipat dari harga rumah ibu yaitu 20 miliar."

"Kamu..." Vicky terlihat sangat marah dan wajahnya mulai memerah. Tapi Agus segera menahan Vicky agar tidak melakukan hal hal yg di luar batas.

"Jangan main main, Val mantan murid di sekolah ini dan kamu dari sekolah lain. Jangan sampai murid murid di sekolah ini ikut menghajar mu." Kata Agus memberi peringatan pada Vicky yg membuatnya mengurungkan niatnya untuk bergegas ke arah Val.

Saat itu teman teman Val yg lain juga mulai berkumpul dan memberi tatapan mengancam pada Vicky yg langsung menciutkan nyalinya.

"Ngapain anak sekolah lain datang ke sekolah kita."

"Beraninya murid sekolah lain bikin ribut di sekolah kita, apa mereka menganggap remeh sekolah kita."

"Hajar saja dulu, baru tanya."

Mendengar berbagai kata kata mengancam teman teman Val, Vicky bergegas kembali ke motornya dan pergi dari sekolah itu.

"Val, sorry karena sudah menipu mu." Kata Agus sambil menepuk bahu Val.

"Jika wanita itu memang setia, bahkan jika dewa menggodanya dia tidak akan mau."

Agus langsung tersenyum. "Sepertinya aku harus memeriksakan Otong ku ke dokter."

Semua murid yg berkumpul langsung tertawa terbahak bahak kecuali Ayu yg masih terdiam dengan wajah sedih.

"Apa yg kalian tertawaan." Suara Carla terdengar dan semua murid langsung mengalihkan perhatiannya pada Carla.

"Oohh Bu Guru, semakin hari ibu semakin cantik dan seksi." Goda Agus tapi Carla memberi tatapan tajam sambil merampas rokok di tangan Agus lalu membuangnya di tanah dan menginjaknya dengan sepatunya.

"Pertama jangan merokok di sekolah, kedua aku bukan lagi guru kalian karena aku sudah berhenti dan ketiga jangan menggoda ku karena aku sudah memiliki kekasih. Apa kamu paham." kata Carla dengan tegas yg membuat semua orang mengangguk.

"Apa sudah selesai?" Tanya Val sambil memeluk pinggang Carla yg di balas dengan anggukan ringan.

"Kemana kita sekarang?" Tanya Carla.

"Bukankah mengemas barang barang."

"Tidak banyak yg perlu dikemas."

"Ayo ke bioskop."

"Ide bagus."

Val dan Carla masuk kedalam mobil dan perlahan memutar mobil untuk keluar dari sekolah. Semua murid hanya bisa menatap heran pada Val dan Carla kecuali Agus yg tiba tiba berteriak kesal. "Brengsek kamu Val, Bu Carla adalah cinta sejati ku. Dari semua wanita kenapa kamu mencuri ratu tercantik sekolah ini."

Semua orang kembali tertawa mendengar ocehan Agus, bahkan Carla dan Val juga ikut tertawa mendengarnya. Tentu saja kecuali ayu yg mulai meneteskan air mata sambil menatap kepergian Val dari sekolah.