NovelToon NovelToon
Inspace

Inspace

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: camey smith

Dalam keheningan hidup yang terasa hampa, Thomas menemukan pelariannya dalam pekerjaan. Setiap hari menjadi serangkaian tugas yang harus diselesaikan, sebuah upaya untuk mengisi kekosongan yang menganga dalam dirinya. Namun, takdir memiliki rencana lain untuknya. Tanpa peringatan, ia dihadapkan pada sebuah perubahan yang tak terduga: pernikahan dengan Cecilia, seorang wanita misterius yang belum pernah ia temui sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon camey smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Create A Baby

Malam itu, setelah hari yang penuh dengan emosi dan renungan, langit di atas resort berubah menjadi kanvas yang gelap, dihiasi dengan bintang-bintang yang berkelap-kelip seperti permata yang tersebar. Setelah kembali dari petualangan memancing yang penuh emosi, Thomas dan Cecilia menemukan diri mereka dalam keheningan.

Cahaya remang-remang dari lampu samping tempat tidur menciptakan suasana yang tenang dan intim, sebuah kontras yang nyata dari ketegangan yang mereka rasakan di siang hari. Mereka—lebih tepatnya Thomas menutup diri dari kegembiraan yang masih berlangsung di resort. Kabarnya ada pesta dansa yang digelar, tapi Thomas sama sekali tidak tertarik untuk bergabung.

Cecilia duduk di tepi tempat tidur, kakinya menyentuh lantai yang dingin, sementara Thomas berdiri di balkon, memandangi laut yang gelap. Mereka berdua merenung, terbenam dalam pikiran masing-masing.

Thomas mendekati Cecilia dengan tatapan yang penuh tekad. “Kau tahu alasanku menikahimu, kan?” katanya dengan suara rendah. “Kita akan melakukannya malam ini,” lanjutnya seolah-olah mengumumkan rencana besar.

Cecilia menoleh dengan ekspresi polos. “Melakukan apa?” tanyanya seolah-olah benar-benar tidak mengerti atau mungkin hanya tidak ingin mengerti.

“Menciptakan bayi,” jawab Thomas, seolah-olah itu adalah misi yang paling alami di dunia.

Cecilia dengan gerakan yang cepat mengambil bantal dan memeluknya dengan erat. "Apa kau tahu cara menciptakan seorang bayi?" tanya Cecilia yang mulai bergidik ngeri dengan arah pembicaraan Thomas. "Aku tidak tahu soal itu, bagaimana kalau kita konsultasi pada Fabio dan juga Helena?"

“Berhenti melibatkan mereka. Hanya kita disini.” Tegas Thomas. Ia cukup merasa terganggu oleh ancaman yang dilayangkan Mateo pada Fabio—juga banyak kekacauan terjadi gara-gara mereka ikut dalam acara bulan madu dadakan itu.

Cecilia menawarkan sebuah ide yang mungkin saja bisa menjadi jembatan untuk menyeberangi sungai kepanikan yang mengalir dalam dirinya. "Bagaimana kalau kita berdansa? Sebagai pemanasan. Kita memang membutuhkan pemanasan bukan?" ucapnya dengan nada yang mencoba menyembunyikan gugup yang sebenarnya.

Thomas menangkap sinyal yang diberikan Cecilia dan secercah harapan menyala dalam benaknya. Mungkin ini adalah cara untuk memulai sesuatu tanpa harus langsung terjun ke dalamnya. "Itu ide yang bagus," jawabnya, sambil memberikan senyum yang paling tidak manis yang bisa ia persembahkan. “Tapi kau harus berjanji, kita akan melakukannya setelah dansa selesai.” Tambahnya mengajukan syarat.

“Janji.” Jawab Cecilia—tapi kepalanya menggeleng samar.

Dengan langkah yang masih ragu, Thomas dan Cecilia mulai mempersiapkan diri untuk menuju lantai dansa. Cecilia melirik ke arah lemari pakaian, memilih gaun yang akan membalut dirinya dengan keanggunan dan kenyamanan. Ia memilih sebuah gaun berwarna pastel yang lembut dan ringan—membawanya ke toilet dan melanjutkan persiapan disana.

Sementara itu, Thomas mengambil langkah ke arah rak sepatu, memilih sepasang sepatu mengilap yang menurutnya paling cocok untuk acara dansa diluar rencana itu.

Mereka berdua kemudian masing-masing berdiri di depan cermin. Cecilia menyisir rambutnya yang terurai, membiarkan rambutnya terbang bebas agar menghalangi pandangannya dengan Thomas saat mereka berdansa. Thomas dengan hati-hati memastikan bahwa segala sesuatu terlihat rapi dan teratur.

Di tengah keraguan dan perasaan yang kurang baik, Thomas menemukan dirinya berdiri di tepi lantai dansa. Cahaya lembut dari lampu gantung kristal menciptakan kilauan yang menawan di sekeliling ruangan, dan musik yang merdu mengalun, mengundang para tamu untuk berdansa.

Cecilia dengan senyum yang tidak bisa ditolak, menarik tangan Thomas. "Ayo, untuk satu lagu saja." Pintanya.

Thomas meskipun hatinya masih diliputi kegelisahan, tidak bisa menahan diri dari keinginan Cecilia. Ia menghela napas, mengangguk, dan membiarkan dirinya dibawa ke tengah keramaian.

Cecilia dengan hati yang berdebar, perlahan-lahan mendekatkan tangannya ke arah Thomas. Tangannya bergetar sedikit, seolah-olah memperhitungkan setiap inci yang mendekat. Kecanggungan itu masih menggelayut di udara, tebal dan nyata, membuat setiap gerakan terasa seperti melawan arus.

Thomas yang merasakan keraguan yang sama, memberikan isyarat yang menenangkan dengan matanya, mengajak Cecilia untuk melepaskan segala keraguan. Dengan lembut, ia mengangkat tangannya, membuka jalan bagi Cecilia untuk meletakkan tangannya di atasnya. Mereka berdua saling memandang, mencari keberanian dalam diam yang berbicara lebih banyak daripada kata-kata.

Akhirnya dengan napas yang tertahan, Cecilia membiarkan tangannya beristirahat di atas tangan Thomas. Sentuhan itu, meski ragu, adalah janji untuk mencoba, untuk melangkah bersama meski langkah pertama terasa berat.

Thomas dan Cecilia mulai mengambil langkah pertama mereka di lantai dansa. Awalnya, kaki mereka seolah berbicara dalam bahasa yang berbeda, langkah yang canggung dan tidak sinkron menciptakan irama yang kikuk.

Seiring berjalannya waktu, Thomas merasakan beban pikirannya mulai terangkat. Senyum merekah di wajahnya, sebuah tawa ringan terdengar ketika Cecilia, dengan kepolosan yang menggemaskan, secara tidak sengaja menginjak kakinya. Itu bukan sakit, melainkan sentuhan yang membebaskan, yang mengatakan bahwa segala sesuatu akan baik-baik saja.

Dengan setiap tawa yang terlepas, setiap pandangan yang bertukar, mereka menemukan ritme bersama. Musik bukan lagi sekadar latar, melainkan pemandu yang membawa mereka melintasi sungai kecanggungan yang mungkin akan membawa mereka menuju gurun keakraban

Dalam sekejap, suasana yang baru saja terasa intim dan pribadi terganggu oleh kedatangan Fabio dan Helena. Mereka muncul dengan canda dan gelak yang khas, mengisi ruangan dengan energi yang berbeda, sebuah kontras yang mencolok dengan ketenangan yang baru saja dibangun oleh Thomas dan Cecilia.

Thomas yang mata dan telinganya terlatih untuk mengenali kehadiran mereka, segera merasakan perubahan atmosfer. Dengan refleks yang cepat, ia menarik Cecilia ke samping, berbisik dengan nada yang mendesak namun lembut "Ayo, kita pergi dari sini."

“Kenapa? Tapi kita belum selesai.” Cecilia merajuk.

“Ada sesuatu yang tidak beres disini, kau bisa berada dalam bahaya.” Kata Thomas. Cecilia yang masih terbungkus dalam hangatnya tarian akhirnya mengangguk, mempercayai insting Thomas.

Mereka berdua, dengan langkah yang serba cepat namun tetap anggun, melintasi kerumunan, meninggalkan lantai dansa yang telah menjadi saksi bisu momen kebersamaan mereka. Mereka melewati Fabio dan Helena tanpa terlihat, menyelinap keluar dari pesta yang gemerlap, menuju kebebasan malam yang menjanjikan kesunyian.

Setelah berhasil meloloskan diri dari Fabio dan Helena, Thomas dan Cecilia menemukan diri mereka di koridor yang sunyi, jauh dari keramaian pesta. Di sana, terlepas dari pandangan semua orang, mereka berdua melepaskan tawa yang telah terpendam.

Cecilia memulai dengan tawa kecil yang tertahan, namun segera berkembang menjadi gelak tawa yang lepas dan tulus. Thomas yang terinfeksi oleh kegembiraan Cecilia, tidak bisa menahan diri untuk tidak ikut tertawa. Tawa mereka bergema di dinding-dinding koridor, mengisi ruang dengan suara kelegaan yang tak terkira.

Mereka berdua saling memandang, mata mereka bersinar dengan cahaya yang berbeda, sebuah cahaya yang lahir dari keintiman yang tak terduga.

Dengan langkah yang mantap, Thomas memandang Cecilia, matanya berbicara lebih dari sekadar kata-kata. "Sudah selesai dengan acara dansanya," katanya, suaranya rendah namun penuh dengan kepastian. "Sekarang giliranku menagih janjimu." Tidak ada ruang untuk penolakan, hanya sebuah undangan yang tak terucapkan untuk melanjutkan malam yang telah mereka mulai dengan tarian.

Cecilia terkejut dengan perubahan cepat dalam suasana, menemukan dirinya hanya bisa pasrah mengikuti Thomas kembali ke kamar mereka. Langkah mereka seirama, sebuah harmoni yang telah mereka temukan di lantai dansa kini membawa mereka kembali ke ruang yang lebih pribadi.

Mereka memasuki kamar, pintu tertutup di belakang mereka, dan dunia luar pun terkunci. Di sini, di antara dinding-dinding yang menjadi saksi bisu, mereka berdua akan menciptakan bayi untuk Mateo.

1
Leo6urlss
Camila bener bener lu yeeee 🤣🤣
Leo6urlss
Wkwk andai menikah semudah itu pasti gw udh punya anak 5
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!