NovelToon NovelToon
Dunia Itu Sempit

Dunia Itu Sempit

Status: sedang berlangsung
Genre:Dokter Genius
Popularitas:43.2k
Nilai: 5
Nama Author: Windersone

Lima tahun lalu mereka menikah, lima tahun lalu mereka juga bercerai. Divi Taslim, pria itu tidak tahu ibunya telah menekan istrinya–Shanum Azizah meninggalkannya. Kepergian wanita itu meninggalkan luka di hati Divi.

Ternyata, dunia begitu sempit, mereka kembali bertemu setelah lima tahun lamanya. Bukan hanya sekedar bertemu, mereka partner kerja di salah satu rumah sakit.

Bagaimana ceritanya? Mari ke DIS!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windersone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tanyakan pada Mamamu

💐💐💐

Karena kejadian semalam, Shanum merasa canggung untuk bertemu Divi. Sejak memasuki rumah sakit, wanita itu berusaha menghindari keberadaan Divi dengan mata jeli sejak tadi memperhatikan sekitaran saat dirinya berada di koridor, toilet, lobi, maupun kantin rumah sakit. Namun, ketakutan untuk bertemu itu malah terjadi dan mereka bertemu di kamar Elis, bocah yang dirawat Shanum. 

Setelah memasuki kamar itu, Shanum langsung berhadapan dengan Divi yang lebih dulu sudah berada di sana. Ekspresi kaget perawat cantik itu perlahan berubah menjadi senyuman untuk menutupi sikapnya. Shanum mendekati Divi dengan senyuman cengengesan dan mata menatap pria itu dengan langkah yang tidak diperhatikan sampai menyandung mainan Elis dan hampir membuatnya terjatuh. Divi bergegas memeluk Shanum, menyatukan dada mereka secara spontan dan membuat Shanum melebarkan mata menatap Divi yang diam membisu dalam rasa kagetnya merasa dada sang mantan istri menempel di dadanya.

Sejenak mereka diam masih saling menatap.

“Hehehe … terima kasih.” Shanum melepaskan pelukan Divi. 

“Suster Shanum pacar dokter ya?” tanya Elis dengan polosnya. 

Divi dan Shanum mengarahkan pandangan kepada Elis. 

“Ehh … jangan begitu,” tegur sang ibu dari anak itu dengan senyuman, ia juga sudah mendengar berita mengenai mereka. 

“Bukan, Sayang. Kamu udah diperiksa? Mari suster periksa.” Shanum mendekati infus, memeriksanya dengan kaku karena gugup berada di dekat Divi. 

Pria berprofesi sebagai dokter itu tersenyum ringan melihat sikap Shanum. Divi merilekskan tubuh sambil melangkah mundur, bersandar di dinding dengan kedua tangan menyilang di dada dan masih menatap Shanum.

Perlahan Shanum menoleh ke kiri dan tersenyum kepada Divi dengan kepala dianggukkan. Mengingat kejadian semalam, Shanum merasa ingin membenamkan kepalanya di lautan.

“Mengapa aku sekaku ini?” tanya Shanum, dalam hati. 

“Oh iya, suster pergi dulu. Ada urusan penting.” Shanum bergegas keluar dari kamar itu karena tidak tahan dengan suasana yang dirasakan cukup mencengkamkan. 

Divi ikut keluar dari kamar itu mengikuti jejak Shanum sampai memasuki lift yang sama. 

“Dokter. Mengapa mengikutiku?” tanya Shanum, masih bertingkah ramah. 

Divi melangkah mendekati Shanum. Wanita itu melangkah mundur sampai membenturkan badan di dinding lift dan meneguk liur saat melihat tatapan Divi yang cukup mengguncang jiwanya. Divi mengangkat dagu Shanum, lalu mendaratkan stetoskopnya di dada Shanum. 

“Lima menit lagi di sini, kamu akan serangan jantung. Jantungmu berdetak begitu cepat. Kenapa? Kamu tidak memperhatikan pola makanmu atau ….” Divi tersenyum sumringah.

“Cukup!” Shanum mendorong pelan Divi ke depan dan memperlihatkan wajah kesal. “Di mana-mana ada kamu. Jangan menggangguku lagi. Kita sudah berakhir lima tahun yang lalu dan aku tidak mau hubungan lima tahun itu terulang kembali,” ucap Shanum, masih kesal. 

“Tidak mau?” tanya Divi. “Baik.” Divi mendekati Shanum dan memburu bibir wanita itu dengan ganas. 

Shanum berusaha menjauhkan badan mantan sang suami dengan mendorong dadanya. 

“Le … pas,” ucap Shanum dengan suara berat setelah bibirnya berbicara dari pria itu. 

Divi kembali melanjutkan aksinya dengan kedua tangan mendaratkan di kedua rahang wanita itu. 

Pintu lift terbuka, tiga perawat berdiri di luar lift dan di hadapan mereka ada Milka dalam balutan jas putih. Mereka semua kaget melihat penampakan di dalam lift itu yang menyuguhkan pemandangan cukup panas. 

“Divi,” lirih Shanum dengan mata mengarah ke belakang, menatap mereka dengan wajah kaget. 

Divi berdiam melihat ekspresi Shanum dan sadar dengan tingkah wanita itu. Perlahan Divi menoleh ke belakang dengan napas masih berdesu kencang, memperhatikan mereka, terutama Milka. 

Milka yang sejak tadi mencengkeram menahan amarah meninggalkan posisinya dengan hentakan kaki marah. Shanum menundukkan pandangan dan keluar dari lift, berjalan melewati mereka dengan perasaan malu. 

“Kenapa kalian berkumpul?” tanya Divi, santai dengan sikapnya, tidak seperti Shanum. 

“Kami ingin ke ruangan dokter untuk membawa dokter Milka. Mulai hari ini dokter Milka akan bekerja di sini,” terang salah satu perawat. 

“Bekerja di sini?” tanya Divi, sedikit kaget karena belum mendengar hal itu dari Milka sendiri. 

Selain itu, Milka beberapa tahun terakhir berhenti bekerja keluar dari profesinya dan menjalin bisnis. Hal itu yang membuat Divi tidak menduga akan hal itu. 

“Iya. Tadi Buk Medina juga ada. Tapi beliau baru saja pergi,” terang perawat itu, lagi. 

“Kalian kembali bekerja,” suruh Divi dan melanjutkan kaki melangkah, meninggalkan keberadaan mereka untuk mencari Milka, berbicara dengan wanita itu. 

Divi mencari Milka hingga keluar dari gedung rumah sakit. Bukannya menemukan wanita itu, Divi malah melihat Medina sedang berdiri berhadapan dengan Shanum, mereka tampak berdebat. 

“Aku tidak pernah ingin mengganggunya. Jadi, tidak perlu khawatir, aku tidak akan membuat hubungan mereka hancur,” ucap Shanum. 

“Ma …!” panggil Divi sambil menghampiri mereka yang berdiri di halaman rumah sakit. 

Divi berdiri di samping mereka, pria itu menatap mereka bergantian dengan dahi sedikit mengerut karena bingung. Shanum memalingkan muka saat Divi menatapnya, wanita itu hendak meninggalkan posisinya, tetapi Divi meraih tangannya, menahannya agar tetap berada di posisinya. 

“Apa yang kalian bahas?” tanya Divi. 

“Tanyakan pada mamamu.” Shanum melepaskan tangan Divi dari tangannya dan melanjutkan kakinya berjalan meninggalkan mereka. 

“Ma. Apa yang Mama bilang sama Shanum. Ma … jangan mengganggunya. Aku sudah tau semuanya, kalau Mama yang menjadi penyebab dari perpisahan kami. Mama tidak pernah memperlakukannya dengan baik dan Mama sengaja memfitnahnya dengan pria itu. Aku berharap Mama sadar dan bisa baik padanya, tetapi … kenapa Mama masih begini?” tanya Divi dengan kemarahan yang sejak semalam diredam olehnya, lebih tepatnya setelah mendengar rekaman suara di ponsel Shanum. 

Pria itu sudah mendengar perkataan Medina yang direkam oleh Shanum. Ponsel Shanum yang kehabisan baterai, yang dijumpainya terjatuh dari saku baju wanita itu dicas oleh Divi. Ketika mengotak-atik ponsel itu, aplikasi rekaman suara yang seharusnya tidak dibuka olehnya malah terbuka, seakan Tuhan sudah merestui untuk Divi mengetahui semua perbuatan ibunya.

“Wanita itu memberitahumu? Dia berbohong,” bantah Medina. 

Divi mengambil ponsel dari saku kemejanya dan memutar rekaman suara itu yang sempat dikirim olehnya ke ponselnya secara diam-diam. 

“Dengarkan baik-baik. Rekaman suara ini sudah menjelaskan kalau Mama sudah mengintimidasinya selama ini. Aku tau kalau Mama tidak menyukainya sejak awal, tetapi aku tidak menduga kalau Mama akan memperlakukannya begitu jahat. Sayangnya si bodoh itu tidak pernah menceritakannya padaku apa yang sudah terjadi padanya saat aku bekerja. Mama tau kenapa? Dia masih menghargai Mama sebagai ibu mertuanya,” tenang Divi, berusaha membuat Medina sadar. “Sekarang Mama malah mendorong Milka padaku sampai Mama membiarkan wanita itu bekerja di sini. Mama kan yang sudah memberikan ide agar Milka bekerja di sini?” Divi menduga sejak awal ibunya itu dalang dari kehadiran Milka di rumah sakit. 

“Jadi dia merekam itu semua dan memberikannya padamu. Memang wanita licik,” cecar Medina. 

“Dia bukan licik, tapi tidak mau bodoh. Aku ingatkan Mama untuk berhenti ikut campur dengan urusanku dengan orang-orang yang aku cintai. Mama boleh memberikan saran, tetapi tidak menjalankannya,” pesan Divi dan berjalan masuk ke rumah sakit. “Aneh, bukan aku yang menceraikan istriku, tapi malah mamaku,” celoteh Divi dalam langkahnya. 

1
Yuli Purwati
lanjut....
Mariyam Iyam
lanjut
Mas Tista
Luar biasa
Bungatiem
sahnum seneng banget tabrakan dah
aca
namanya Denis apa. riza seh
Ig: Mywindersone: Denis, Kak ... salah tulis.
total 1 replies
S. M yanie
semangat kak
LISA
Siapa y dia
LISA
Apakah Divi mau kembali pd Shanum
LISA
Ceritanya menarik nih
LISA
Aq mampir Kak
Anita Jenius
5 like buatmu ya kak. semangat terus.
Ig: Mywindersone: Terima kasih.🥰
total 1 replies
Anonymous
👍🏼
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!