Kejadian pada masa lalu diramalkan akan kembali terjadi tidak lama lagi. Tuan kegelapan dari lautan terdalam merencanakan sesuatu. Enam sisi alam dunia mitologi sedang dalam bahaya besar. Dari seratus buku komik yang adalah gerbang penyebrangan antara dunia Mythopia dan dunia manusia tidak lagi banyak yang tersisa. Tapi dari sekian banyak kadidat, hanya satu yang paling berpeluang menyelamatkan Mythtopia dari ramalan akan kehancuran tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fredyanto Wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 10: Welcome To Mythtopia!(Part 3)
Menyingkirkan juntaian gantung tanaman rambat yang menutupi pintu dan lubang kunci pintu, "Tunggu sebentar ya! Biar aku!" Harper mengambil sebuah kunci dari balik rambut kuda unicorn kecilnya. Kunci emas dengan batu ruby. Dia lalu membuka pintunya, dan mereka masuk.
Delphine memimpin. Dan Harper menyusul yang lain dari belakang.
Walaupun disebut sebagai pintu rahasia dan hanya golongan kaum seperti Harper saja yang dapat membukanya, tapi di dalam sana mereka tidak langsung menyebrang ke tempat yang dimaksud.
Mereka harus melalui lif terlebih dahulu. Tapi bukan lif seperti yang ada di gedung-gedung perkotaan. Melainkan menggunakan makhluk hidup.
Sosoknya, adalah pohon yang menempel menjadi satu dengan ruangan di dalamnya. Seisih ruangan dipenuhi daun-daun, tanaman rambat, dan akar-akar dari pohon yang dimaksud. Atau lebih tepatnya, dinding di sana terbuat dari tubuh pohon.
Pohon yang memiliki mata, hidung dan mulut. Dan dia tampak berjanggut yang membuatnya terlihat tua. Ya walaupun umurnya memang sudah ratusan tahun dan tidak terhitung lagi. Jadi Ya! Memang tua.
Sebelum itu mereka harus menahan emosi dari tawaan dan senyuman yang seakan meledek dari buah-buah yang menggantung di berbagai sudut ruangan.
"Hiraukan mereka!" ucap pelan Asha. Mendekatkan mulutnya ke samping telinga Abigail. Melody juga mendengarnya.
Sesampainya mereka di atas lif yang sederhana_ hanya terbuat dari ranting, bagian dari pohon lainnya, dan tanaman rambat... ,"Aah! Kalian tiba akhirnya!" Ucap pohon berbentuk wajah kakek tua yang berada di samping lif ala zaman batu.
Yang namanya adalah Eternal.
Dia sendiri yang memperkenalkan diri. "Dan kau pasti Melody, ya kan?! Kau mirip seperti Ibumu... ," Ucapnya lagi.
"Shh!" Delphine mengangkat jari telunjuk ke depan mulut. "Jangan sekarang!"
"Maaf...,"
"Bawa saja kami ke atas. Waktu semakin sempit, " Lanjut Delphine. Meminta si pohon berwajah untuk mengangkat mereka semua naik.
"Baiklah," Akar-akar pohon yang adalah tangannya pun mulai bergerak memanjang ke atas dan berfungsi sebagai katrol. Dia lalu perlahan mengangkat mereka semua.
"Kumohon jangan banyak bergerak. Aku sudah terlalu tua untuk pekerjaan ini!" Selip Eternal di tengah dia sedang mengangkat mereka ke atas. Mungkin karena tenaganya yang terlalu kuat seperti dahulu. Itulah kenapa dia mengangkat mereka dengan perlahan.
Takut jika nanti mereka malah sampai terjatuh karena dia yang sudah tidak cukup kuat untuk mengangkat mereka sekaligus.
Asha bisa saja terbang ke atas sana. Tapi dia berusaha mengirit sihir dari debu pixie pada sayapnya. Keahlian yang dilakukannya barusan cukup memakan banyak sihirnya.
...----------------...
Ditengah lif terus mengangkat mereka, Delphine sambil menjelaskan kenapa tempat mereka harus tersembunyi di balik bukit_ yang nyatanya seluruhnya diselimuti sihir sampai langit-langit. Seperti kubah tapi tidak oleh terlihat. Itu karena untuk menghindari mereka dari incaran makhuk-makhluk luar yang tidak bersahabat.
Seperti salah satunya kaum laba-laba Arachne. Mereka biasa berkeliaran di daerah hutan di sekitar Mythtopia_ Bagian dari Mythtopia yang berada di sisi luar. Atau disebut sebagai...
The Dark Realm!
"Semua makhluk bersatu! Enam sisi alam harus dilindungi. Untuk Sang perkasa Icarus, dan demi Mythtopia!" Ucap Harper. Kalimat darinya membuat Melody dan Abigail terpancing. Mereka merasa tidak asing dengan kalimat itu.
Harper mengaku. Pesan itu memang dia yang mengirimnya. Dan dari pesan itu juga menjelaskan banyak hal yang harus dilakukan mereka semua. Termasuk Melody dan juga Abigail. Mereka akan terlibat sesuatu.
Sesuatu yang berbahaya.
Itu akan dijelaskan ketika mereka sudah bertemu dengan Bastet. Pemimpin yang menjaga enam alam Mythtopia dan sekaligus menjadi Ketua kelas dari akademi Mythtopia.
Ya! Akademi!
Dan pada akhirnya mereka sampai di atas sana. Berjalan keluar melalui lorong gua, lalu terlihatlah pemandangan yang tidak akan pernah bisa dilihat oleh orang-orang kota seperti Melody dan Abigail.
"Selamat datang, di Mythtopia!" Delphine membenturkan mantap bawah tongkat trisulanya ke dataran tebing. Rambutnya terhempas lembut angin.
Udara yang segar. Dia menghirupnya dalam-dalam.
Delphine tidak pernah bosan memandang pemandangan itu. Melody dan Abigail yang baru pertama kali melihat pemandangan itu juga terpaku memandang luasnya daerah Mythtopia sambil menikmati hembusan angin yang sejuk.
Hamparan dataran alam luas seperti layaknya kota dalam dunia fantasi pada umumnya. Begitu indah. Sekitarnya ada enam daerah atau wilayah yang berbeda-beda. Itulah yang disebut enam sisi alam. Six Realms!
Yang pertama ada alam Mermaid dan Merman di kedalaman laut, yang kedua adalah alam Peri di daerah alam dan rumah pohon, yang ketiga adalah alam Penyihir, keempat yang tempatnya menjulang tinggi karena itu adalah istana_ adalah alam Bangsawan, lalu yang kelima adalah alam Leprechaun yang penuh dengan pabrik pengerajin, dan yang terakhir adalah alam bawah atau Underground. Tempat berkumpulnya makhluk-mahkluk mitologi di luar dari kaum-kaum alam lainnya_ yang kebanyakan cukup menyeramkan dan mungkin berbahaya. Tapi tenang saja. Mereka tidak sebahaya seperti yang berada di Dark Realm luar sana. Atau disebut alam ke delapan.
Sisi positifnya... di alam Underground lebih banyak macam-macam menampung murid dengan berkeahlian berbeda dari alam-alam lainnya. Spesial.
Dan di tengah-tengah yang berpusat menghubungkan diantara keenam alam tadi adalah akademi yang dimaksud. Seperti istana...hanya saja jauh lebih menjulang tinggi dibandingkan alam bagsawan, dan hampir seluruhnya terbuat dari kristal yang membuatnya terlihat cantik. Menara utamanya juga seperti hampir mencakar langit.
Disanalah tujuan utama mereka.
"Sayang sekali jika tempat ini akan hancur," Ucap Harper, meraba lembut sebelah lengan tangannya. Tersirat ada rasa gelisah di wajahnya.
"Itu tidak akan terjadi! Ayo!" Pandangannya berubah serius. Delphine lalu meneruskan langkah mereka. Membawa Melody dan Abigail untuk langsung menemui Bastet dan yang lainnya_ turun menuruni tangga tebing.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Characters Involved:
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...