NovelToon NovelToon
TERBAKAR PESONA ZARA

TERBAKAR PESONA ZARA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Teen School/College / Mengubah Takdir / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Telo Ungu

"Kenapa selalu gue yang harus ngertiin dia? Gue pacar elo Marvin! Lo sadar itu ga sih? Gue capek! Gue muak!" ucap Ranu pada kekasihnya dengan nada marah.

"Maafin gue, Ranu. Gue ga maksud buat ngerebut Kara dari elo" Zara menatap takut takut pada Ranu.

"Diem! Gue ga butuh omongan sampah elo ya" Ucap Ranu dengan nada tinggi.
.
.
.

"Shit! Mati aja elo sini Zara!" hardik Fatiyah setelah membaca ending cerita pendek tersebut.

Fatiyah mati terpanggang setelah membakar cerpen yang dia maki maki karena ending yang tak dia sukai. Dia tidak terima, tokoh kesayangannya, Ranu harus mati mengenaskan di akhir cerita. Tapi, siapa sangka kalau Fatiyah yang harusnya pergi ke alam baka malah merasuki tubuh Zara. Tokoh yang paling dia benci. Bagaimana kelanjutan kisahnya. Kita lihat saja. Apakah Fatiyah bisa menyelamatkan tokoh favoritnya dan mengubah takdir Ranu? Apakah dia malah terseret alur novel seperti yang seharusnya?

sorry guys, harus revisi judul dan cover soalnya bib...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Telo Ungu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lima

Malam tiba, pintu kamar Fatiyah dibuka oleh pembantu. "Non, bangun. Non Zara. Ayo Siap siap. Nyonya tadi nyuruh saya buat bantu non" panggil pembantu tersebut sambil menepuk pipi anak majikannya pelan.

Fatiyah mengucek matanya pelan. Dia juga menggeliat dan menguap lebar. Terlihat wajahnya khas bangun tidur, nyawa belum terkumpul, dan rambut kusut seperti singa. Bibi pembantu yang melihat tingkah anak majikannya menggeleng kepalanya heran. Biasanya anak majikannya ini selalu bersikap anggun dan rapi.

Entah kenapa tadi tidurnya sangat tidak elit. Kakinya diletakkan di atas bantal. Kepalanya berada dipinggir kasur hampir terjatuh. Belum lagi mulutnya terbuka sedikit. Pikir bibi pembantu, mungkin anak majikannya ini benar benar lelah seharian ini. Makanya tidurnya aneh begitu.

"Ayo non, mandi cepat. Tamu nyonya hampir tiba. Non mau saya mandikan atau mandi sendiri?" tanyanya.

"Mandi sendiri bi" jawab Fatiyah sekenanya.

Bibi mengangguk. "Yasudah. Bibi bantu siapkan bajunya. Non cepetan mandi jangan tidur lagi di bath up. Nanti nyonya marah lagi. Bibi ga mau nona ditampar lagi sama nyonya"

Fatiyah hanya bisa mengacungkan jempolnya ke depan sebagai jawaban. Dia benar benar belum bisa berpikir dengan benar. Rasanya, jiwa Fatiyah belum masuk dengan benar ke dalam tubuh Zara.

Fatiyah berdiri dan menyeret kakinya ke dalam kamar mandi. Dia kembali membersihkan badannya dengan baik. Beberapa menit berlalu. Fatiyah keluar dari kamar mandi dengan wajah segar dan mata melek.

Dia berjalan ke arah kasur dan mengambil baju yang sudah disiapkan oleh pembantunya. Sepertinya bibi sudah keluar dari kamarnya. Terlihat kamar ini kosong melompong tanpa hawa hawa kehidupan selain Fatiyah sendiri.

Fatiyah duduk di depan meja rias setelah mengenakan bajunya. Ia memandang wajah cantik milih Zara. "Benar benar wajah polos lugu ya elo Zara. Pantesan, siapapun yang lihat wajah elo yang nangis pasti terpanggil jiwa jiwa leader ingin melindungi. Oke, sekarang kita tutupi dosa dosa akibat tampolan maut ibu tiri" Fatiyah memegang kedua pipinya.

Ia mulai munutupi memar memar di tubuhnya menggunakan foundation dan consiller. Memoles pipinya dengan bedak tipis tipis. Tak lupa memakai lip blam di bibirnya.

Fatiyah juga mengepang rambutnya ke sisi kanan. Tak lupa menyematkan jepitan jepitan gemoy di rambutnya. "Aduh, gue jadi gemes sendiri. Berasa kayak lagi dandanin anak kecil. Zara, Zara, elo itu gemesin sebenernya. Cuma otak elo aja yang agak tolol ngelakuin hal hal di luar BMKG cuma buat gagalin punya bapak tiri. Menurut gue ya Zara, elo dukung itu ibu elo jadi gundik. Elo porotin duit bokapnya Marvin buat nyekolahin elo kuliah di luar negeri. Biar sukses. Terus elo cepuin deh ke bini sahnya. Kan enak elo udah kabur ke luar negeri dulu. Ibu elo yang kena azab. Azab gundik mati tersedak tas Hermes hahaha"

Fatiyah terus berbicara sendiri di depan cermin. Seakan akan dia berbicara langsung pada sosok Zara. Padahal dia hanya berhadapan pada cermin.

TOK

TOK

"Non, nyonya menyuruh anda segera turun. Tamu nyonya sudah datang" suara seseorang di balik pintu.

Fatiyah beranjak dari tempatnya dan membuka pintu. Disana terlihat ada maid yang membungkuk memberi salam. "Sudah ditunggu di meja makan non" ucapnya.

Fatiyah mengangguk. Ia mengikuti langkah maid yang membawanya ke meja makan. Disana terlihat ibunya Zara begitu ceria dan bercengkrama dengan sosok laki laki paru baya yang hanya menatap ibunya Zara datar. Bisa dibilang, ibunya Zara terlihat excited sendiri.

"Ma" panggil Fatiyah pelan.

Mona menoleh ke arah Fatiyah. Dia memasang senyum termanisnya pada Fatiyah. "Ini dia sayang, anakku Zara. Beri salam sama om Gala" Mona memperkenalkan anaknya pada kekasihnya tersebut.

Fatiyah mengerjapkan mata. Lalu, tersenyum canggung sambil menghampiri Gala. Dia mengulurkan tangan untuk Salim. Tapi, Gala hanya menatapnya dengan raut bingung. "Tangannya om, mau salim" ucap Fatiyah sekenanya.

Gala tersenyum tipis. Ia mengulurkan punggung tangannya kepada Fatiyah. Selanjutnya, Fatiyah dengan khitmad membawa punggung tangan Gala ke keningnya. "Ini Zara om. Salam kenal" ujar Fatiyah memberi salam perkenalan pada sugar Daddy ibunya.

"Saya Gala. Jadi, ini anakmu, Mona" Gala melirik Fatiyah sejenak dan kembali menikmati makanannya.

Fatiyah menyusul duduk disamping Mamanya.

 "Iya mas. Ini anakku satu satunya. Namanya Zara. Dia sekolah di Pelita Bangsa lho" sahut Mona dengan nada yang bersemangat mempromosikan anaknya.

"Pelita bangsa? Bukannya itu sekolah Marvin. Kamu kenal Marvin, Zara?" tanya Gala tertarik pada topik Zara yang ternyata satu sekolah dengan anaknya.

Fatiyah menundukkan kepalanya menatap piring yang masih kosong di depannya. Ia merasa canggung dan tak nyaman harus berhadapan dengan papa Marvin yang terlihat dingin, datar, dan dominan. Belum lagi mamanya yang sedari tadi juga menatapnya tajam.

"Zara cuma sebatas kenal biasa om. Memang om Gala siapanya Marvin?" tanya Fatiyah pelan. Dia mendongakkan kepalanya hingga matanya tak sengaja berhadapan dengan mata biru milik Gala yang menatapnya intens.

"Saya papanya" ujar Gala dengan nada datar.

Tangan Gala masih fokus menyendok makanannya dengan elegan. Gala menatap Zara dengan rasa ingin tahu. Sebab, Gala tahu tak mungkin anaknya bisa dekat dengan perempuan lain selain Ranu. Kalau sampai Zara bilang kenal biasa. Itu berarti Zara sudah masuk ke tahap objek yang menyenangkan bagi anaknya.

"Oh om Gala itu papanya Marvin ternyata. Aku baru tahu. Sudah berapa lama om jadi papanya Marvin? Aku ga pernah lihat om soalnya. Biasanya lihat mama Marvin pas pengambilan raport" tanya Fatiyah sekenanya.

"Zara!" panggil Mona memperingatkan anaknya. Mona mendelik tak suka mendengar pertanyaan Fatiyah. Mona takut, Gala akan tersinggung dengan pertanyaan anaknya itu.

Gala terkekeh geli mendengar pertanyaan Fatiyah. Baik Mona dan Fatiyah sama sama terkejut melihat Gala yang tertawa terkekeh kekeh.

"Dari lahir, Zara. Saya papanya Marvin dari lahir. Kalau kamu penasaran kenapa saya tidak pernah terlihat bersama Marvin, kenapa tidak tanya pada mamamu langsung?" balasnya pada Fatiyah.

Mona mengelus punggung tangan Gala pelan. "Maaf ya sayang, dia memang begitu anaknya" ucap Mona melirik Zara dengan tatapan sinis. Dia tertawa canggung untuk menutupi suasana yang tak nyaman.

"Maaf om, aku suka penasaran kek Dora" Fatiyah menunjukkan tawa karirnya. Ah, tanya Fatiyah benar benar ingin pergi dari sini. Dia tak terlalu suka berhadapan dengan papanya Marvin ini.

"Zara!"

"haha iya, iya ma. Bercanda doang kok. Oh iya om. Kapan kapan ajak Marvin ya main ke sini. Saya itu teman sekelas sama Marvin sebenarnya" Fatiyah mulai membuka topik pembicaraan supaya suasana lebih cair.

"Zara, cukup. Berhenti bicara dan mulai makan" Mona mengkode maid untuk melayani Fatiyah. Makan kesukaan Zara dihidangkan dengan baik di depan mata Fatiyah.

Maid menghidangkan prawn busque. Fatiyah mulai memakannya secara perlahan dengan table manner yang baik.

1
Nur Adam
lnjut
Cicih Sutiasih
aku mampir😊
Telo Ungu: terima kasih sudah mampir. love love
total 1 replies
Ayari Khana
Keren parah!
Telo Ungu: wow, terima kasih kak
total 1 replies
bea ofialda
Aku suka banget tokoh utamanya, terasa sangat hidup. ❤️
Telo Ungu: terima kasih komentarnya kak.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!