Lima tahun lalu, Liliane Lakovelli kehilangan segalanya ketika Kian Marchetti—pria yang dicintainya—menembak mati ayahnya. Dikhianati, ia melarikan diri ke Jepang, mengganti identitas, dan diam-diam membesarkan putra mereka, Kin.
Kini, takdir mempertemukan mereka kembali. Kian tak menyadari bahwa wanita di balik restoran Italia yang menarik perhatiannya adalah Liliane. Namun, pertemuan mereka bukan hanya tentang cinta yang tersisa, tetapi juga dendam dan rahasia kelam yang belum terungkap.
Saat kebenaran terkuak, masa lalu menuntut balas. Di antara cinta dan bahaya, Kian dan Liliane harus memilih: saling menghancurkan atau bertahan bersama dalam permainan yang bisa membinasakan mereka berdua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caesarikai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Yakuza
Kian berbaring di sofa ruang tamu rumah tradisional Jepang milik Takeshi. Anak buah Takeshi baru saja selesai membantu menjahit lukanya. Kain kimono yang dikenakannya terasa asing di tubuhnya, tapi jauh lebih nyaman dibanding kaos dan jaketnya yang penuh darah.
Takeshi duduk di kursi seberangnya, menyeduh teh dengan tenang.
Kian menghela napas, menatap pria itu dengan curiga. "Jadi, apa yang kau mau? Jangan bilang ini hanya karena kemurahan hatimu."
Takeshi mengangkat alis, menatapnya sebentar lalu tersenyum tipis. "Kau masih pintar membaca situasi, Marchetti muda."
Dia meletakkan cangkir tehnya, lalu menatap Kian dengan tajam. "Aku tidak tahu siapa yang mencoba membunuhmu. Tapi aku tahu satu hal—kehadiranmu di sini membuat banyak orang tidak nyaman."
Kian menyipitkan mata, mencoba menangkap maksud di balik kata-kata itu. "Kau menyuruhku pergi?"
Suara dengusan pelan terdengar, lalu Takeshi menyilangkan tangan di dada. "Jika aku ingin kau pergi, kau tidak akan ada di sini sekarang."
Kian diam sebentar, meresapi kata-kata itu. Takeshi mungkin tidak menyukainya, tapi… pria itu tidak melihatnya sebagai ancaman. Atau mungkin, Takeshi punya tujuan lain?
Saat itu, ponsel Kian bergetar. Adam menghubunginya.
Kian mengangkat telepon, suaranya masih sedikit serak. "Adam, aku masih hidup. Jemput aku."
Sebelum menutup telepon, Takeshi berbicara pelan—tapi nadanya tegas. Seraya berdiri, ia berjalan ke arah jendela besar yang menghadap taman batu. "Kau bisa pergi, Marchetti. Tapi ingat ini—Jepang bukan Italia. Dan kali ini, kau bukan satu-satunya pemain di atas papan catur."
Kian menyeringai samar, merasakan tantangan dalam kata-kata itu. Selama berinteraksi dengan Takeshi, Kian mulai menyadari bahwa pria tua itu tidak seperti pebisnis biasa. Ada aura mengintimidasi yang mengingatkannya pada dunia yang selama ini ia kenal di Italia—dunia mafia. Ia juga mulai menyadari ada sesuatu yang sengaja disembunyikan darinya.
Takeshi pergi masuk ke dalam, karena ingin ke kamar mandi. Sementara Kian masih di ruang tamu. Kedua matanya mengedar, meneliti ruang tamu di rumah ini yang tidak mencerminkan rumah seorang billionaire. Rumah ini terlalu sederhana untuk seseorang seperti Kaneshiro Takeshi.
Namun, kedua matanya terhenti pada sebuah foto yang terpajang di dinding. Kian menebak itu adalah foto keluarga Takeshi.
Terlihat seorang pria dan wanita yang usianya masih cukup muda. Sang pria nampak seperti Takeshi, hanya saja dengan usia yang lebih muda.
Di tengah-tengah pasangan itu terdapat seorang gadis cantik. Wajahnya terlihat khas sekali. Dalam sekelebat saja, Kian dapat merasa familiar oleh wajah gadis di foto tersebut, tetapi Kian tak dapat menemukan siapakah pemilik wajah gadis itu.
Kian baru akan mendekati foto itu, meski dengan tertatih. Namun, seorang pengawal Takeshi menghentikannya.
"Maaf, Tuan. Tetapi pengawalmu sudah menunggu di depan." Ucapnya dengan membungkukkan badannya hormat.
Benar saja, tak lama terlihat Adam dan seorang pengawalnya yang lain datang menghampirinya. "Signore!" pekik Adam yang terkejut melihat penampilan Kian yang jauh dari kata normal. Keturunan Marchetti itu terluka cukup parah dan mengenakan kimono khas Jepang. Adam tak menyangka akan ada hal seperti ini dalam hidup Kian.
"Ya, jangan menertawaiku!" ucap Kian merasa kesal, karena mengetahui Adam sedang meledeknya.
Namun, Adam menyangkalnya. "Tidak, Signore. Mari kubantu," ujarnya sembari membantu memapah tubuh Kian bersama dengan seorang pengawal Kian yang lain.
Takeshi datang menghampiri mereka. Kian yang lebih dulu menyadarinya segera berbicara. "Terimakasih atas pertolonganmu, Tuan Kaneshiro ..." ucap Kian tulus.
"Ya, aku tak berharap kau datang untuk kedua kalinya dengan kondisi yang sama." Balas Takeshi dengan nada yang tak ramah.
Mendengar itu Kian tersenyum kecut. Meski baru mengenal Takeshi selama dua hari ini, namun Kian sudah mengetahui bagaimana karakter pria tua itu.
Usai Kian dan rombongannya pergi dari kediaman Takeshi, Kian segera menanyakan pada Adam tentang latar belakang Takeshi.
"Apakah Takeshi memiliki anak?" tanya Kian pada Adam yang duduk di samping kemudi.
Adam melihat Kian dari kaca tengah mobil. Tuannya itu sedang menatap ke luar jendela. "Ya, hanya seorang putri."
"Dimanakah keberadaannya sekarang?" tanya Kian tanpa sadar.
"Ya?" Adam mengernyit, terkejut mendapat pertanyaan Kian yang tiba-tiba.
"Dimana keberadaannya? Apakah ia menikah dengan seorang yakuza juga?" Kian mengulangi serta menambah pertanyaannya.
"Signore tau Takeshi adalah yakuza, meski penampilannya tidak seperti yakuza pada umumnya?" tanya Adam dengan berhati-hati, takut menyinggung Kian.
Kemudian hanya dehaman yang terdengar dari mulut Kian. "Hm."
"Kaneshiro Morina, putri tunggal Takeshi. Hasil pernikahannya dengan Nakahara Hana. Ia dilahirkan empat puluh tujuh tahun yang lalu di Osaka. Namun, pada usia sembilan belas tahun, Morina menghilang. Keberadaannya tak diketahui lagi. Informasi tentangnya juga berhenti pada usia itu." Jelas Adam pada Kian.
Dalam diam, Kian mengernyit. Ini memang bukan ranahnya untuk mencaritahu, tapi Kian merasa amat familiar dengan Kaneshiro Morina itu.
"Apa yang terjadi pada Kaneshiro saat itu?" tanya Kian lagi.
Adam terdiam sesaat, sebelum akhirnya menjawab dengan suara yang terdengar penuh keraguan. "Kagutsuchi-gumi, nama klan yang dipimpin oleh keluarga Kaneshiro. Saat itu Takeshi baru saja dilantik menjadi Don¹ atau Oyabun² menggantikan ayahnya, Kaneshiro Takeda. Diketahui terjadi konflik eksternal antara Kagutsuchi dengan salah satu klan mafia Rusia. Mereka menyerang Kagutsuchi dan menyebabkan Morina harus dilarikan ke luar negeri untuk bersembunyi. Setelah itu tak terdengar lagi kabar Morina dan karena hal itu, Takeshi juga menghapus seluruh tato di tubuhnya."
Mendengar penjelasan Adam, Kian menjadi semakin tertarik untuk mencaritahu lebih banyak tentang keluarga Kaneshiro. Namun, pengetahuan mereka terbatas—tidak, lebih tepatnya dibatasi. Kian tahu Takeshi sangat berpengaruh di Jepang, oleh karenanya tak ada informasi buruk tentangnya yang terendus oleh siapapun, termasuk dalam menghilangkan jejak putri tunggalnya.[]
***
¹Don : gelar kehormatan yang diberikan kepada pemimpin atau kepala keluarga kriminal, terutama dalam Mafia Italia dan organisasi kriminal serupa.
²Oyabun (親分) : pemimpin tertinggi dalam klan yakuza, dihormati seperti seorang ayah oleh anggota di bawahnya.
seruny......
nyesel klo g baca karya ini