NovelToon NovelToon
Dendam Dokter Aruna

Dendam Dokter Aruna

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Berubah manjadi cantik / Cinta Seiring Waktu / Dokter / Teman lama bertemu kembali / Bad Boy / Enemy to Lovers
Popularitas:3.5M
Nilai: 4.5
Nama Author: Rahma AR

Aruna, gadis pintar, tapi sangat lugu. Selama ini Aruna fokus belajar dan.belajar. Perpus adalah tujuannya saat jam istirahat.

Kiano adalah cowo tampan yang digilai banyak cewe. Dia adalah anak gaul yang pertemanannya hanya di kalangan orang orang kaya.

Aruna menjadi korban taruhan Kiano dan teman teman gengnya berupa uang sebesar lima puluh juta jika Kiano berhasil jadi pacarnya dalam deadline yang sudah ditentukan.

Tujuh tahun kemudian mereka bertemu sebagai dokter dan pasien. Kiano menderita asam lambung yang ngga kunjung sembuh. Teman temannya merekomemdasikan Aruna yang sudah menjadi dokter untuk memgobatinya.

Apakah Aruna mau? Yang jelas Aruna masih dendam pada Kiano.dan teman temannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lanjut Reuni

Kiano melihat gedung apartemen yang dimasuki Aruna. Tadinya Kiano ingin mengikuti Aruna sampai basemen. Tapi mengingat kemarahan dalam diri gadis itu, Kiano mengurungkan niatnya.

Kiano memutuskan untuk kembali ke hotelnya yang cukup jauh juga dari apartemen yang ditinggali Aruna. Karena hotel yang disewanya lebih dekat ke area kerjanya. Itupun karena Kiano baru tau tempat tinggal dan tempat dinas Aruna.

Kiano sudah bertekat akan mengambil hati Aruna kembali. Bukan karena Aruna sudah semakin cantik dan seksi seperti bayangannya selama ini. Tapi entahlah. Ada sesuatu yang membuat dia gagal move on dan selalu mengingat Aruna.

Kiano membuang nafasnya. Dia ingat kata kata Regan yang sampai sekarang terus terngjang ngiang di telinganya.

"Dia nangis Kiano. Gue ngerasa jadi orang paling jahat," kata Regan yang mendekatinya setelah Glen, Reno dan Alva pergi.

Kiano bergeming dengan hati serasa dipukul palu dengan keras.

Teringat ekspresi malu malu waktu Aruna meng iya kan mau jadi pacarnya.

Kiano melarikan mobilnya ke hotelnya dengan pikiran bercabang.

Di satu pertigaan, hampir saja Kiano menabrak motor yang menerobos jalur di depannya.

"****!" makinya dengan jantung berdebar kencang. Diliriknya motor itu yang berhasil berkelit dari bemper depan mobilnya tanpa jatuh dan terus melaju pergi.

Kiano menghembuskan nafas lega. Dalam hati Kiano bersyukur pengendara motor ugal ugalan itu selamat. Dirinya ngga bakal apa apa jika mereka bertubrukan. Tapi motor dan pengendaranya itu bisa terpelanting karena melaju dalam kecepatan tinggi jika tadi mengenai mobilnya.

Kiano menepikan mobilnya dan membiarkannya tetap diam sejenak. Dia berulang kali mengambil nafas panjang untuk meredakan debaran cepat jantungnya dan menenangkan perasaannya.

Kemudian Kiano meneguk air mineralnya yabg selalu ready stok di mobil dan melanjutkan perjalanan ke hotelnya.

Setelah sejam lamanya, Kiano sampai di basemen hotelnya. Dengan perlahan dia melangkah memasuki lift bersama beberapa orang gadis, sepertinya tamu tamu hotel juga.

Kiano ngga mempedulikan tatapan memuja pada dirinya. Dia pun ngga menyapa atau membalas senyum para gadis itu. Hingga dia keluar dari lift, Kiano tetap mempertahankan wajah dinginnya.

Senyum miringnya terbit ketika mendapati teman temannya bersandar di depan kamar hotelnya.

"Dari mana aja, bro," sapa Regan masih dengan kedua tangan di saku celananya.

"Abis kencan sama siapa?" sambung Glen tanpa menunggu jawaban Kiano.

"Jalan jalan aja," dustanya sambil menggesekkan kartunya. Kiano ngga mengatakan pada Glen kalo dia akan mengunjungi Aruna. Biar ini menjadi rahasianya dulu.

"Ah, lega rasanya bisa mencium kasur." Arga pun membantingkan tubuhnya di tempat tidur Kiano.

Reno dan Alva pun ikut membaringkan tubuhnya di samping Arga.

Regan hanya tertawa melihat kelakuan teman temannya, meletakkan bokongnya di sofa, dan menaruh kedua kakinya di atas meja di depannya.

"Lo lama banget, pegel kaki gue berdiri tadi," keluh Arga masih memicingkan matanya.

"Kenapa ngga ke kamar Glen." Kiano menatap Glen datar.

"Kamarnya kecil. Gue ngga betah," sambung Reno juga memicingkan matanya dengan nada menghina.

"Bacot Lo. Tadi siapa yang tidur sambil ngorok," dengus Glen sewot.

"Gue tadi hampir nabrak motor," tukas Kiano mengalihkan pembicaraan. Kalo ngga gitu mereka bedua akan adu mulut sampai pagi.

"APAAA?!"

Spontan ketiganya mendudukkan dirinya dan nenatap Kiano setelah mengeluarkan seruan kaget. Regan pun menatap Kiano penuh selidik.

Ngga biasanya Kiano melakukan hal ceroboh. Dia laki laki yang smart. Begitu batin mereka.

"Lo ada masalah?" tanya Regan curiga.

"Kayak bukan Lo aja. Kalo si Glen sudah biasa nabrak sana sini," nyinyir Alva yang hanya ditanggapi seringai mengejek Glen.

"Gue ngantuk," tukas Kiano cepat sebelum yang lainnya berkomentar.

"Lo ngapain juga pergi pergi. Istirahat bro," pungkas Arga sambil membaringkan lagi tubuhnya. Diikuti Reno dan Alva.

"Yang penting Lo selamat," sambung Glen berjalan ke arah kulkas dan meneguk sebotol air mineral.

"Tumben Lo ngga minum beer," cicit Regan heran. Biasanya yang diminun Glen hanyalah minuman alkohol. Air mineral sudah seperti obat buatnya.

"Udah seminggu gue nurutin saran Aruna, asam lambung gue mendingan," kata Glen setelah meneguk abis air mineral dalam botol setengah liter.

"Lo berobat sama Aruna?" cemooh Arga tanpa membuka matanya.

"Ngga dimaki maki Lo?" cecar Reno agak kaget kemudian langsung mendudukkan dirinya.

"Kayak ngga ada dokter lain aja. Di racun tau rasa Lo," cibir Alva ngga mau kalah mengomentari.

Glen tertawa pelan.

"Dijutekin, sih. Diusir malahan," jawabnya santai.

Kiano menatapnya sekilas dengan melengkungkan sedikit bibirnya ke atas. Regan meliriknya dengan perasaan curiga.

"Syukurin Lo," kekeh Reno tanpa dosa. Alva hanya nyegir aja.

"Tapi Lo tetap jadi berobat?" tanya Arga sambil membuka matanya dan menyilangkan kedua tangannya di bawah kepalanya.

"Jadi."

Mereka pun menatap Glen tajam. Kecuali Kiano yang udah mendapatkan cerita itu lebih dulu.

"Aruna mau meriksa Lo?" tanya Regan ikutan menimbrung. Rasa penasaran memenuhi kepalanya.

"Aruna ngga ngasih Lo racun?" Alva masih saja dengan pikiran ngga jelasnya.

"Awalmya gue pikir begitu," kekeh Glen pelan.

Keempat temannya ikut terkekeh.

"Memang harusnya Lo diracun," timpal Reno dalam derai kekehannya.

"Dia ngasih Lo obat yang manjur?" tanya Arga setelah tawa mereka usai.

"Dia ngga ngasih obat. Hanya saran," kata Glen terus terang.

"Dokter kok ngasih saran. Aruna dokter atau guru bp?" sembur Alva heran campur ngga sabar

Glen terkekeh sebentar sebelum menyahut.

"Obat dari dokter gue masih boleh diminum katanya."

Kiano juga mengalami hal yang sama dengan Glen. Bukan obat yang dia dapat, tapi saran. Mungkin juga karena dia menunjukkan obat obatnya.

"Aneh, biasa dokter ngasih obat sendiri, ngga mau pake obat dari dokter lain," cicit Reno heran.

"Whatever lah. Lo merasa lebih baik setelah menuruti saran Aruna?" tanya Regan sekaligus menjabarkan ucapan Glen.

"Iya."

"Tapi cukup gila. Gue makanin tuh makanan bayi ponakan gue," omel Glen dengan raut kesal.

"Memang gila," hina Alva agak bingung.

"Lo disuruh makan makanan bayi dan Lo nurut? Gilaaa," ucap Reno terus ngakak.

"Bisa muntah gue," sambung Alva dengan menampakkan ekspresi mualnya.

Regan hanya menggelengkan kepalanya bersama Arga.

"Ya, ngga bayi banget juga, sih," sangkal Glen.

"Seperti makanan rumah sakit aja kalo kita diopname. Bubur nasinya disaring. Tapi aku malas, jadi aku blender sama daging atau udang."

Alva menggelengkan kepalanya.

"Salut gue, lo bisa nelan yang kayak gitu," komentarnya.

"Kepaksa gue. Dari pada gue diinfus," pungkas Glen masih dengan wajah kesal.

"Lo terlalu suka beer," sindir Regan sinis.

"Iya, udah hampir seminggu gue ngga minum lagi," aku Glen jujur.

"Sekarang obat obat yang gue minum udah bisa optimal," lanjut Glen.

"Syukurlah udah sadar," cela Arga sinis. Akhirnya ada juga yang bisa ngebuka isi otak temannya itu. Dari dulu suka dikasih tau tapi ngga mau mendengar.

"Lo ingat Monika?" tanya Arga mengagetkan.

"Dia jadi model, kan?" cetus Reno menjawab.

"Iya, kata Citra dia sempat ngedrop dan dirawat di rumah sakit tempat Aruna kerja," sambung Arga serius.

"Apa dia diracun sama Aruna?" Masih saja Alva dengan pertanyaan bodohnya.

PLETAK

"Sakit bodoh," maki Alva marah sambil memegang kepalanya yang berdenyut akibat jitakan Reno yang bosan mendengar perkataannya.

"Lo yang bodoh," seru Reno kesal.

"Wajar, kan pertanyaan gue. Apalagi si Monika lebih jahat dari kita," balas Alva dongkol.

"Kata Citra, Aruna juga ngasih saran, ngga ngasih obat. Ya, Monika masih punya obat juga dari dokternya," kata Arga menengahi pertengkaran dua sahabat gebleknya.

"Mendingan juga?" sambar Glen ngga sabar.

"Iya. Makanya dia jadi bisa mentas di hotel gue," sahut Arga tenang.

"Aruna memang dasarnya otaknya sangat pintar, kan," ucap Regan sambil melirik Kiano yang berdiri sambil memejamkan mata.

"Heh, Kiano, kalo tidur tu di kasur," cela Alva pelan sambil menggelengkan kepalanya. Menyadari Kiano udah mimpi dari tadi.

"Sudah, jangan diganggu. Ntar lagi pasti pindah sendiri," larang Regan membuat mereka saling tersenyum miring.

Apa Kiano sudah bertemu Aruna lagi? Anak ini agak aneh kalakuannya, batin Regan sambil mengamati wajah Kiano yang terlelap.

*

*

*

Aruna merasa lega mobil Kiano ngga mengikutinya memasuki basemen. Dari tadi bawaannya tegang terus saat nyetir. Aruna takut Kiano nekat, mencegatnya.

Ngga tau kenapa pikirannya selalu jelek mengenai Kiano.

Aruna melangkahkan kakinya dengan cepat memasuki lift yang terbuka begitu keluar dari mobil.

Untung masih ada beberapa orang bersamanya dan bantu menahan pintu lift untuknya.

"Hai, Aruna," sapa Tamara ceria begitu melihat Aruna yang berjalan menuju unitnya setelah keluar dari lift.

"Tamara," seru Aruna senang dan mempercepat langkahnya mendekati sahabatnya.

Keduanya berpelukan sebentar.

"Lama nunggunya? Kok, ngga bilang kalo mau ke sini?" tanya Aruna sambil menggesekkan kartunya ke pintu.

Tamara tertawa lepas.

"Gue mau bikin kejutan, tapi malah Lo nya ngga pulang pulang."

"Jaman sekarang ngga mempan kejutan, malah bikin kesal," ledek Aruna balas tertawa.

Keduanya pun memasuki kamar Aruna sambil terus tertawa senang. Sejak reuni, baru kali ini Tamara berkunjung ke aparteman Aruna.

1
Hijrah Dwi Rahayu
pelit banget ya u diri sendiri
Woro Wardani
Luar biasa
Hijrah Dwi Rahayu
menuju bucin
Jennifer Jatam
Luar biasa
Jennifer Jatam
Biasa
Ira
ok
Heriyani Lawi
judulnya tdk sesuai dg cerita. kok ga ada balas dendamnya? malah mau2 saja dijodohkn terkesan plin plan, benci tp mau
Alejandra
Karena belum mendapatkan yang tepat, klu udh berasa jungkir balik tu dunia...
Alejandra
Kayaknya ni laki nggak sadar diri dech, kayak Aruna aja yang paling jahat...
Rin Rin
sukaaaa....ceritanya kocak dan sangat mengibur
Hana Nisa Nisa
keren
Hana Nisa Nisa
😄😄😄😄
Rin Rin
seruuuuuu/Facepalm//Facepalm/
Rin Rin
Ya Allah....ngakaaaaak abis. Author the Best.../Good//Good/
nelly nelly
good
Hana Nisa Nisa
😭😭😭😭😭
Hana Nisa Nisa
😄😄😄😄
Karina Damayanti
Lumayan
zia mumtaz
aruna cm dipeluk laki2 aja kiano kata2in,ap kbr dia yg suka celup2 byk perempuan...
Mariaangelina Yuliana
siap" aja kamu kena karate nyonya Alva 🤪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!