NovelToon NovelToon
Kepingan Puzzle

Kepingan Puzzle

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Khabar

"Lima bersaudara dengan kedua orang tuanya adalah sebuah keluarga bahagia tenang dan damai, ibarat puzzle yang sudah sempurna sudah dipecahkan. Namun, insiden yang mengerikan terjadi, keluarga itu menjadi kelam karena ulah oknum yang jahat.
Tiga potongan puzzle hilang di tumpukan puzzle yang berbeda. Aku Glantea Albar berusaha menemukan tiga potongan puzzle itu. Tapi, takdir berkata lain aku tidak pernah menemukan tiga puzzle itu. Aku memutuskan menggantikan puzzle lain yang bentuknya sama dan jelas tidak pernah bisa sama dengan warna dari puzzle sebelum nya."
Kata Glantea di sebuah alat perekam kakinya mengalami patah karena insiden jatuh dari helikopter. setalah itu ada seorang yang membuka gubuk tua dimana dia berada sekarang lalu tiba-tiba dia bangkit tanpa peduli rasa sakit itu menghampiri seseorang dibalik pintu sambil menangis memegangi tangan orang tersebut "hiks... Hiks... ayahhh..... " Kata itu keluar dengan begitu tulus mengenali orang itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khabar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertemuan Pagi Hari

Dengan pedang besar di tangan, aku mengalahkan pocong-pocong yang menyerang. Setiap ayunan pedang menghantam dengan keras, membuat musuh-musuh mundur. Tetapi perjuangan ini tidak tanpa konsekuensi tubuhku terluka oleh serangan-serangan sabit, pakaian robek, dan darah mengalir dari goresan-goresan di lengan. Namun, aku tahu harus terus bertarung untuk keluar dari gua ini.

Setelah pocong-pocong terakhir jatuh, gua itu mulai bergetar hebat. Batu-batu besar berguguran dari langit-langit, dan suara gemuruh memenuhi ruangan. Aku tahu bahwa waktunya tidak banyak. Aku berlari menuju pintu batu, berusaha untuk keluar sebelum seluruh gua runtuh. Dengan pedang besar di tangan, aku mendorong pintu yang berat, membuka jalan keluar.

Saat keluar dari gua, gemuruh semakin keras. Tanah bergetar di bawah kaki, dan saat aku menoleh ke belakang, gua itu runtuh sepenuhnya. Batu-batu besar jatuh dan debu tebal memenuhi udara, menyisakan hanya puing-puing reruntuhan di tempat di mana gua itu berdiri.

Aku terengah-engah, tubuh yang berlumuran darah dan kotoran, tapi aku merasa lega karena berhasil keluar. Aku berjalan ke arah tim yang baru saja menemukan keberadaanku yang sudah menunggu lama.

Tim medis yang datang untuk mencariku mereka hanya memiliki petunjuk terakhir dari radar, menunjukkan bahwa aku berada di sekitar tempat itu. Mereka menyisir area dengan hati-hati, memeriksa setiap sudut hutan dan reruntuhan batu. Ketika mereka menemukan aku keluar dari reruntuhan gua, dengan kondisi tubuh berlumuran darah dan pakaiannya robek, mereka terkejut dan segera bergegas ke arahku.

"AG! Kamu di sini!" kata salah satu anggota tim medis. "Kami pikir kamu sudah -" Dia terdiam, tidak ingin mengucapkan hal yang terburuk.

"Apakah kau baik-baik saja?" tanya salah satu anggota tim yang lainnya, khawatir melihat kondisiku yang berantakan.

Aku mengangguk, tersenyum lemah. "Ya, aku di sini. Tapi rasanya seperti baru saja keluar dari neraka," jawabku dengan nada bercanda, meskipun rasa sakit terlihat jelas di wajah.

Mereka dengan cepat mulai memeriksa luka-lukaku. Mereka membersihkan darah dan membalut luka gores di lengan. "Kamu beruntung bisa keluar dari situ," kata salah satu anggota tim medis sambil mengobati luka. "Kami pikir kamu sudah hilang selamanya."

Aku tersenyum tipis. "Aku juga hampir berpikir begitu," kataku, merasakan sakit saat alkoholnya disiram ke lukaku, lalu perban dipasang di salah satu luka. "Tapi aku punya hal yang harus dilakukan, jadi tidak bisa menyerah begitu saja."

Setelah selesai mengobati, mereka mengangkatku ke helikopter kargo yang datang untuk misi tambahan. Di dalam helikopter, aku melihat rekan-rekan tim yang sudah selesai dengan tugas mereka, semuanya bersenjata lengkap dan siap untuk misi selanjutnya. Komandan tim evakuasi menepuk bahuku saat ia masuk.

"Kamu luar biasa, AG," katanya dengan suara penuh rasa hormat. "Kamu bertahan dan keluar dari situ. Apa yang kamu alami di sana?"

Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba meredakan rasa sakit. "Aku menemukan gua yang aneh, dengan beberapa kejutan di dalamnya. Tidak akan ada yang percaya ceritaku," jawabku dengan senyum kecut. "Tapi aku akan menceritakannya saat kita sudah keluar dari tempat ini."

Komandan tertawa kecil. "Kita bisa bicara tentang itu nanti. Yang penting, kita berhasil menuntaskan misi ini. Kamu istirahat saja sekarang, dan biarkan kami mengurus sisanya."

Aku mengangguk, lalu bersandar di kursi helikopter. Meskipun tubuh terluka dan lelah, aku merasa lega karena sudah keluar dari bahaya. Tim medis dan tim evakuasi mengurus sisanya, memastikan Aku mendapatkan perawatan yang diperlukan.

..."....."...

Albar menekan tombol berhenti pada alat perekam suara di tangannya. Dia telah menceritakan seluruh pengalaman mengerikan itu, dari saat ia menemukan gua misterius hingga pertempuran dengan pocong-pocong bersabit. Kisahnya terdengar seperti sesuatu yang keluar dari film horor, tetapi baginya, itu adalah kenyataan yang pernah ia hadapi. Dia meletakkan perekam itu di atas meja di ruang tamu dan berjalan keluar ke balkon apartemennya, menghirup udara malam yang sejuk.

Di luar, lampu kota berkelip-kelip, dan suara mobil yang lewat terasa jauh di bawah. Albar menatap cakrawala untuk sesaat, menghela napas panjang, mencoba melepaskan ketegangan dari tubuhnya. Setelah beberapa menit menikmati udara segar, dia kembali ke dalam, melepas jaketnya, dan menuju ke kamar mandi.

Di kamar mandi, dia mencuci muka dan menggosok gigi, merasa lebih segar. Pikirannya berusaha untuk rileks setelah malam yang penuh dengan kilas balik ke dalam gua itu. Setelah merasa cukup tenang, Albar mematikan lampu dan pergi ke kamar tidur. Dia berbaring di tempat tidur dan menutup mata, mencoba meredakan pikirannya yang masih berputar-putar. Dalam beberapa menit, dia tertidur lelap.

Keesokan harinya, Albar bangun dengan bunyi alarm yang berdering keras. Ia meraih ponselnya dan mematikan suara itu, menghela napas panjang sebelum bangkit dari tempat tidur. Hari itu adalah Kamis, dan sekolah menunggu. Ia memulai rutinitas paginya dengan meregangkan tubuh dan menuju kamar mandi.

Suara gemericik air mengiringi pikirannya yang masih berusaha terjaga sepenuhnya. Setelah mandi dan mengenakan seragam sekolah, Albar berjalan ke dapur. Ia menyalakan mesin kopi dan mengambil sepotong roti dari lemari.

Saat ia mengoleskan selai di atas roti, tetangga sebelahnya yang sangat ramah, Zeliza, mengetuk pintu dapur, seperti biasa. Dia sangat peduli dengan Albar, bahkan menganggapnya adik sendiri.

"Selamat pagi, Albar! Bagaimana tidurmu?" Zeliza bertanya, tersenyum ramah.

"Pagi, Zeliza," jawab Albar dengan senyum yang sedikit kaku. "Lumayan, tidurku cukup nyenyak. kamu sendiri bagaimana?"

"Ah, seperti biasa. Pagi yang cerah, bukan?" kata Zeliza, memandang ke luar jendela dapur. Tak lupa bahkan membawa keranjang makanan untuk mereka habiskan di dapurnya Albar.

Zeliza menaruh keranjang berisi makanan di atas meja dapur dan tersenyum saat melihat Albar. "Albar, aku dengar kamu menang pertandingan basket kemarin! Luar biasa! Kamu pasti hebat di lapangan," katanya penuh antusiasme.

Albar mengangguk sedikit kaku, sambil membuka keranjang untuk melihat apa yang dibawa Zeliza. "Ya, lumayan. Hanya pertandingan persahabatan saja," jawabnya, suaranya sedikit datar.

Zeliza terlihat sedikit kecewa dengan respon Albar yang kaku, tetapi ia tetap berusaha mencairkan suasana. "Lumayan? Kamu pasti melakukan sesuatu yang spesial untuk menang, kan? Kamu harus menceritakannya padaku. Aku penasaran!"

Albar mengangkat bahu sambil mengambil piring untuk makan bersama Zeliza. "Aku hanya bermain seperti biasa. Kami bekerja sama sebagai tim, dan untungnya, kami bisa menang," jawabnya dengan nada formal.

Zeliza mencoba tersenyum. "Kamu selalu merendah, Albar. Tapi aku tahu kamu jago bermain basket. Kamu harus lebih bangga dengan kemampuanmu," katanya, mencoba mendorongnya untuk berbicara lebih santai.

Albar menatap Zeliza sejenak. Meskipun Zeliza selalu baik padanya, ia merasa canggung untuk berbicara santai dengannya. Alasannya sederhana, Zeliza selalu menganggapnya seperti adik sendiri, tetapi bagi Albar, ini kadang membuatnya merasa seperti harus menjaga jarak.

Sesuatu yang terus menganggunya. Albar, hatinya masih belum siap terbayang dengan peristiwa itu, kakak kandungnya yang diculik. Entah kenapa dia tidak bisa menggangap lebih Zeliza selain hanya sebagai teman.

Ia tidak ingin membuat kesan yang salah atau terlalu dekat. Juga, Albar tahu bahwa Zeliza bukan juru masak yang baik, dan dia sering ingin memberi saran, tapi takut menyinggung perasaan Zeliza.

"Terima kasih," jawab Albar dengan senyum tipis, mencoba menyembunyikan kegelisahannya. "Aku hanya berusaha melakukan yang terbaik. Kamu mau kopi atau teh?"

Zeliza memilih teh. "Teh saja, terima kasih," katanya. "Kamu pasti lapar setelah pertandingan, ya? Itulah sebabnya aku membawa makanan ini. Tapi sebenarnya, aku yakin kamu bisa masak yang lebih enak."

Albar tersenyum sedikit. "Aku suka masak, tapi kadang-kadang lebih cepat kalau ada yang membawakan makanan. Jadi terima kasih untuk ini," jawabnya, berusaha menghindari topik keterampilannya di dapur.

Zeliza tertawa kecil. "Yah, suatu hari aku ingin kamu memasak untukku. Aku ingin tahu seberapa jago kamu di dapur," katanya dengan nada menggoda.

Albar hanya tersenyum. "Mungkin suatu hari nanti," katanya, menghindari janji yang terlalu besar. "Sekarang, mari kita makan dulu."

Zeliza mengangguk. Meskipun percakapan mereka kadang terasa canggung, dia tetap menghargai momen-momen ini bersama Albar. Dia tahu bahwa Albar memiliki banyak sisi yang belum dia ungkapkan, tetapi setidaknya, dia masih bisa menghabiskan waktu bersamanya dan mendukungnya dalam caranya sendiri.

...֎֎֎...

1
Lil Moonlight
nangis bombay ni thor, gantian sih ga mau tau 😜😜😜
Lil Moonlight
mengatan? 🤔
Khabar: salah dikit ngak ngaruh
total 1 replies
🍒⃞⃟🦅🍾⃝ ͩ ᷞHͧSᷡ ͣ
semangat nulisnya kak ceritanya bagus 👍👍
Khabar: thanks🙏
total 1 replies
🎀
Awal aja udah sedih
piyo lika pelicia
hedeh 😮‍💨 mengapa harus menyusup jika kamu bisa masuk dengan mudah
piyo lika pelicia: hhhhh 😂
Khabar: Albar be like: apa itu kesetrum, ke sambar petir aja udah /CoolGuy/
total 4 replies
piyo lika pelicia
jangan lah telanjang kau bahaya nanti 😂
piyo lika pelicia
Weh itu bahaya lepasin aja 😫
piyo lika pelicia
adik nya kenapa
piyo lika pelicia
woh belut listrik ya 😦
piyo lika pelicia
ular tikar kah 🤔
piyo lika pelicia
"Sepertinya
piyo lika pelicia
orang yang baik ☺️
piyo lika pelicia
heem sedih yah hidup nya.🙁
piyo lika pelicia
"Iya
piyo lika pelicia
"Bunda
piyo lika pelicia
"Cepatlah
piyo lika pelicia
semangat ☺️
piyo lika pelicia
"Ahkk.... sial,
piyo lika pelicia
aduy 😫
piyo lika pelicia
semangat kak ☺️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!