NovelToon NovelToon
Teluk Narmada

Teluk Narmada

Status: tamat
Genre:Tamat / Teen Angst / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Masalah Pertumbuhan / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Angin pagi selalu dingin. Ia bergerak. Menerbangkan apa pun yang sekiranya mampu tuk diterbangkan. Tampak sederhana. Namun ia juga menerbangkan sesuatu yang kuanggap kiprah memori. Di mana ia menerbangkan debu-debu di atas teras. Tempat di mana Yoru sering menapak, atau lebih tepatnya disebabkan tapak Yoru sendiri. Sebab lelaki nakal itu malas sekali memakai alas kaki. Tak ada kapoknya meskipun beberapa kali benda tak diinginkan melukainya, seperti pecahan kaca, duri hingga paku berkarat. Mengingatnya sudah membuatku merasakan perih itu.

Ini kisahku tentangku, dengan seorang lelaki nakal. Aku mendapatkan begitu banyak pelajaran darinya yang hidup tanpa kasih sayang. Juga diasingkan keluarganya. Dialah Yoru, lelaki aneh yang memberikanku enam cangkang kerang yang besar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 6

Sudah seminggu berlalu sejak kunjunganku ke rumah bibi Yumi yang ternyata merupakan bibi dari Yoru. Penghuni rumah itu banyak. Dari sekian banyaknya orang-orang di sana, hanya Yoru yang dibiarkan tinggal di bangunan lain yang terletak di bagian belakang. Terkesan menyedihkan, tapi itu demi keamanan dan kenyamanan bersama. Rumah itu dihuni oleh sebelas orang, tidak termasuk Yoru. Ada pak Addin beserta istrinya yang bernama bu Jihan, bibi Yumi, suami beserta dua anaknya yang aku lihat masuk waktu itu, kedua orang tua pak Addin dan bibi Yumi, dua asisten rumah tangga serta seorang tukang kebun. Mereka termasuk keluarga kaya di desa kami. Bahkan, pekerja rumah itu mendapatkan tempat tinggal yang lebih layak dibandingkan Yoru.

Ayah Yoru merupakan anak tengah antara pak Addin dan bibi Yumi. Ia sudah tidak dipedulikan sejak ayahnya telah menikah lagi dan memiliki keluarga baru. Bahkan, tempat tinggalnya saja ada di pulau Sumatera. Tak sekali pun ayahnya pernah pulang untuk sekedar menjenguknya. Yoru tak pernah benar-benar dikenal ayahnya karena dulu ia ditinggal sejak bayi. Yoru kecil tinggal bersama ibunya seorang karena perceraian. Memasuki usia TK, ibu Yoru meninggal dunia dalam keadaan mengenaskan. Yoru menjadi tersangka utama karena ia memang terkenal nakal sejak itu dan tidak tanggung-tanggung untuk memukul siapa pun dengan alat setajam apa pun.

Awalnya, keluarga ayah Yoru menolak untuk mengasuhnya karena dianggap berbahaya. Tapi, pak Addin meyakinkan keluarganya agar mempercayakan tanggungjawab itu kepadanya. Terlebih lagi karena tak tega jika Yoru harus hidup sebatangkara. Sempat ada saran lain, yaitu menyerahkan Yoru ke panti asuhan saja. Tapi pak Addin khawatir jika di sana, nantinya ia menimbulkan kegaduhan tanpa bisa diawasi oleh dirinya. Maka, seperti itulah kesepakatan hingga sekarang. Yoru boleh tinggal bersama keluarga ayahnya, asalkan tidak tinggal di bangunan yang sama.

Aku begitu sukar untuk melupakan sesuatu yang berkaitan dengan Yoru. Bukan apa-apa. Sebab sejak seminggu terakhir. Aku selalu bertemu dengannya. Setiap hari. Bahkan dalam satu hari itu tidak hanya sekali. Entah ketika jalan ke rumah Niji, sepulang sekolah, membelikan bahan masakan untuk ibu, bahkan sekedar menatap luar jendela lewat kamar tidurku. Padahal, sebelumnya aku tak pernah melihat Yoru terlihat di lingkungan rumahku.

Beberapa kali juga dia sempat menggangguku. Walaupun tidak separah waktu ia menginjak belanjaanku. Sekedar menghadang, menarik kerudung, atau sekedar menyebutku jelek.

Yoru yang nakal. Tapi dia juga Yoru yang malang.

Mentari mulai menampakan diri. Usai salat subuh yang menyejukkan. Aku merebahkan tubuh di atas sajadah sambil menunggu timbulnya sangat fajar. Tentunya sembari merenungkan banyak hal. Kali ini kisah Yoru mendominasi.

"Aaaaa!" jeritku kencang.

Sebuah kepala muncul dari luar jendela saat aku memandangi matahari terbit. Lagi-lagi hal tak terduga. Setelah sedari tadi memikirkan hal-hal tentang dirinya. Dis justru muncul. Kali ini aku anggap dia memiliki indera ke-6. Apa-apaan itu. Bagaimana jika aku tidak memakai baju? Kurang ajar!

Krekkk!

"Ada apa, Cine?" tanya ibu setelah membuka pintu kamarku.

Wajah Yoru hilang. Ia pasti bersembunyi setelah melihat kedatangan ibu.

"Nggak apa-apa, Bu. Aku mau mandi biar cepat berangkat sekolah."

Ibu menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Bikin kaget saja." Ibu berujar sambil kembali menutup pintu kamar setelah ia ke luar.

Puhhh...

Secepat kilat, aku langsung membuka kaca jendela. Tempat di mana wajah Yoru muncul. Benar saja. Kepalanya sudah siap muncul dari bawah bingkai jendela. Ia malah cengengesan. Tidak merasa bersalah membuatku menjerit seperti itu. Masih ada bekas luka di wajah dan sekujur tubuhnya. Tapi sudah terlihat kering.

"ASTAGA!" seruku menahan amarah.

"Shinea jelek!" ejeknya.

Baiklah. Aku sudah mendengar ejekan itu ratusan kali dan aku tidak peduli dengan itu.

Aku menarik napas, "Pergi, nggak! Kalau ketahuan ibu, kamu bisa babak belur lagi. Nggak capek kamu kesakitan mulu? Dasar orang aneh."

Bukannya menjawab, ia malah mengulurkan tangannya seperti meminta bantuan untuk masuk lewat jendela.

"Jangan gila, kamu! Enak aja mau masuk kamar cewek seenaknya."

"Minta makan!" Yoru menerjemahkan maksud tangannya yang seketika membuatku malu.

Sepertinya wajahku memerah karena malu. Aduh, merasa menyesal mengatakan itu.

"Kamu ngapain sih sepagi ini ke sini. Hari ini sekolah, loh. Sekolah kamu jauh dari sini. Rumah kamu juga jauh dari sini. Nanti terlambat!" ucapku tanpa menjawab permintaan Yoru.

Seperti biasa. Percakapan kami tak pernah lurus. Selalu saja tidak nyambung.

"Laper."

Sebelum sempat aku mengoceh lebih dalam lagi, terdengar suara gaduh pada perut Yoru. Dia beneran lapar. Apakah semalam ia tidak makan? Atau tidak diberi makan. Seperti apa nasibnya perihal makanan di sana? Apakah tidak teratur sehingga membuat tubuhnya kurus seperti ini?

"Tunggu sebentar!"

Pada akhirnya aku benar-benar mengambilkannya makanan. Sebungkus roti sisa jajanan di kantin kemarin.

"Minum?" pintanya polos.

"Ngelunjak!" ketusku namun tetap mengambilkannya segelas air di dapur.

Sekembaliku, roti itu sudah ludes. Menyisakan bekas selain stroberi pada bibirnya. Secepat itu?

Kemudian, ia langsung meminum air putih yang aku bawakan sampai tandas. Melihat cara makannya yang lahap seperti itu, membuatku teringat satu hal. Ketika berada di salah satu lokasi wisata. Aku melihat seorang pengemis yang makan nasi bungkus yang diberikan salah satu pengunjung kepadanya. Amat menyedihkan karena suapan nya begitu besar. Memaksa masuk ke mulutnya yang kecil. Bahkan seperti tidak dikunyah saking cepatnya. Melihat Yoru membuatku teringat kejadian menyedihkan itu.

"Shinea cengeng!"

Tanpa tahapan, air mataku mengalir begitu saja. Sialnya, aku memang lemah terhadap hal yang seperti itu. Mudah sekali kasihan terhadap orang lain. Apalagi orang-orang yang kekurangan materi.

"Kamu seperti blender," ujarku.

"Masih lapar!" tegasnya.

"Hah? Pulang aja sana. Makan di rumahmu. Kamu nggak dikasih makan sama bu Jihan atau bibi Yumi?"

Tiba-tiba, Yoru mengendus sambil menengok ke arah kiri. Aroma itu juga merasuki hidungku. Ya, itu aroma masakan ibu.

"Jangan coba-coba!" cegahku sebelum ia mengucapkan sesuatu yang aku pikirkan sebab caranya mengendus aroma masakan ibu.

"Tumis kangkung. Aku mau makan tumis kangkung pakai nasi hangat yang nggak ada batunya." Yoru berucap.

"Yoru, pulang sekarang sebelum ada yang melihat kehadiranmu di sini. Hari sudah mulai terang. Sebentar lagi akan banyak orang yang lewat depan rumahku. Kamu dalam bahaya."

"Luka itu menyenangkan."

Seutas kata-kata yang terdengar janggal. Apa makna di balik perkataan itu?

"Luka itu sakit!" pungkasku.

"Tak ada hal menarik di dunia. Hei, bagaimana caranya mati tapi membuatku masuk surga?" Yoru bertanya dengan ekspresi antusias, bukan lagi tatapan datar yang biasa ia tampakkan.

"Apa-apaan itu. Kamu masih terlalu muda. Ya, emang sih mati itu nggak mengenal usia. Tapi, untuk apa menanyakan itu?"

Kemeja lusuh dan kusut yang dikenakan Yoru tampak sobek di bagian pundak kanannya. Padahal kemarin masih utuh. Ia terlihat memainkan paku berkarat yang menempel pada dinding luar rumahku. Ada pot beserta tanaman yang digantung di sana. Mungkin paku itu penyebabnya.

"Neraka adalah tempat bagi orang yang bunuh diri. Aku tidak mau masih neraka. Jadi, aku tidak bisa bunuh diri."

"Ngomong apaan, sih? Dari tadi ngomongin mati."

"Luka itu menyenangkan. Pakde terus memukulku hingga terluka. Entah, kesalahan apa yang harus aku lakukan agar mendapatkan luka yang cukup untuk membuat nyawaku melayang," ungkap Yoru.

Perkataan yang membuat hatiku mendadak panas. Jantungku berdegup kencang. Iba dengan Yoru. Ungkapan yang berhasil menusuk relung terdalamku. Jadi, ia membiarkan dirinya dipukul agar bisa mati tanpa harus bunuh diri!?

"Kamu tidak akan masuk surga jika mati dengan cara seperti itu. Karena sebelumnya, penyebabmu dilukai pak Addin adalah karena kamu sudah menyakiti orang lain. Allah tidak suka itu. Allah tidak suka kepada hamba-Nya yang suka menyakiti sesamanya."

Yoru terdiam sesaat. Kemudian menyentuh bagian kemejanya yang berlubang.

"Lalu, harus dengan cara apa aku mati?" Yoru bertanya.

"Dengan cara hidup sampai kamu menemukan banyak hal baik dan indah di dalamnya. Sampai kamu menemukan arti hidup. Jangan menunggu mati, tapi persiapkan itu dengan sebaik-baiknya. Tujuan hidup kita di dunia hanya untuk beribadah kepada sang Pencipta."

"Sampai jumpa, teman!"

Yoru berlalu tanpa menanggapi perkataanku. Saat kulihat ke arah pagar, ternyata ada seseorang yang lewat. Pasti Yoru menghindari itu.

1
_capt.sonyn°°
ceritanya sangat menarik, pemilihan kata dan penyampaian cerita yang begitu harmonis...anda penulis hebat, saya berharap cerita ini dapat anda lanjutkan. sungguh sangat menginspirasi....semangat untuk membuat karya karya yang luar biasa nantinya
Chira Amaive: Thank you❤❤❤
total 1 replies
Dian Dian
mengingatkan Q sm novel semasa remaja dulu
Chira Amaive: Nostalgia dulu❤
total 1 replies
Fie_Hau
langsung mewek baca part terakhir ini 😭
cerita ini mengingatkan q dg teman SD q yg yatim piatu, yg selalu kasih q hadiah jaman itu... dia diusir karna dianggap mencuri (q percaya itu bukan dia),,
bertahun2 gk tau kabarnya,,, finally dia kembali menepati janjinya yg bakal nemuin q 10 tahun LG😭, kita sama2 lg nyusun skripsi waktu itu, kaget, seneng, haru..karna ternyata dia baik2 saja....
dia berjuang menghidupi dirinya sendiri sampai lulus S2,, masyaAllah sekarang sudah jd pak dosen....

lah kok jadi curhat 🤣🤦
Chira Amaive: keren kak. bisa mirip gitu sama ceritanya😭
Chira Amaive: Ya Allah😭😭
total 2 replies
Iif Rubae'ah Teh Iif
padahal ceritanya bagus sekali... ko udah tamat aza
Iif Rubae'ah Teh Iif
kenapa cerita seperti ini sepi komentar... padahal bagus lho
Chira Amaive: Thank youuuu🥰🤗
total 1 replies
Fie_Hau
the first part yg bikin penasaran.... karya sebagus ini harusnya si bnyak yg baca....
q kasih jempol 👍 n gift deh biar semangat nulisnya 💪💪💪
Chira Amaive: aaaa thank you🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!