" Meskipun Anda adalah ayah biologis saya, tapi Anda bukanlah ayah dalam kehidupan saya!" ucap Haneul Ahmad Syafi.
Seorang anak laki-laki berusia 7 tahun berkata tajam kepada pria dewasa yang mengenakan jas putih. Dia tahu bahwa pria itu adalah orang yang membuatnya dirinya ada di dunia ini sekaligus membuat sang ibu menderita selama bertahun-tahun.
Bagiamana pria itu meluluhkan hati putra dan wanita yang pernah ia buat menderita karena perbuatan jahatnya di masa lampau?
Akankan Haneul dan ibunya bisa menerima pria itu di kehidupan mereka, mengingat trauma yang dibuat pria itu cukup membuat sang ibu merasa menderita?
Yuuk baca, yang tidak suka di skip tidak apa-apa.
Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JSI 30: Anak Baik
" Eomma, bagaimana keadaan Eomma, apa sakit, apa ada yang tidak nyaman, perlu Han panggilkan dokter?"
Ruang intensif, sebenarnya Haneul tidak boleh masuk tapi atas permintaan Hwan kepada petinggi RSMH sehingga Haneul diperbolehkan untuk masuk dengan syarat tidak boleh berlama-lama. Meskipun tadi saat di luar ruang operasi bocah itu terlihat tenang, tapi tetap tidak bisa dipungkiri bahwa ia sungguh khawatir terhadap Hyejin. Buktinya Haneul jadi orang pertama yang bertanya secara beruntun kepada Hyejin saat membuka mata. Semua orang memaklumi hal tersebut. Selama bertahun-tahun mereka hanya hidup berdua, dan Haneul berusaha ,enjadi pribadi yang dewasa dan mandiri.
" Eomma baik-baik saja, Han pulanglah dan istirahat," ucap Hyejin dengan nada lemah. Ia tahu bahwa putranya itu pasti ikut begadang semalaman menunggu operasinya selesai.
Haneul mengangguk, tak ingin membuat ibunya khawatir ia lalu mengajak sang paman untuk pulang setelah benar-benar memastikan Hyejin sudah baik-baik saja. Di satu sisi dia bersyukur karena sang kini berhasil ditangani secara medis dan berada di tengah-tengah keluarganya. Namun di sisi lain babak baru dalam hidup Haneul di sini akan dimulai yakni setelah mengetahui bahwa pria ayang menjadi ayah biologisnya adalah dokter yang mengoperasi sang ibu. Kepalanya saat ini sedang berpikir tentang apa yang harus ia lakukan kepada pria itu.
" Melihat reaksi Eomma sepertinya dia belum tahu." Haneul bergumam lirih sambil berjalan keluar rumah sakit. Hajoon memintanya untuk menunggu karena pamannya itu sedang mengambil mobil dari basement.
Tak!
" Maaf Pak, kunci mobil Anda terjatuh."
" MasyaaAllah. Terimakasih Nak, lho apakah kamu sendirian di sini? Dimana orangtuamu?"
" Tidak-tidak, saya tidak sendiri. Saya sedang menunggu paman saya mengambil mobil. Nah itu paman saya, permisi Pak."
Haneul mengambilkan kunci mobil yang terjatuh milik seorang pria paruh baya, mungkin bapak itu seusia kakeknya Haneul. Sikap Haneul yang demikian membuat pria itu tertarik. Namun entah mengapa dia merasa tidak asing dengan wajah bocah lelaki itu. Padahal ia yakin bahwa dirinya baru pertama kali ini bertemu.
" Ada apa Bah? Lho dimana Ummi?"
" Eh Sai, tidak ada apa-apa. Hanya saja tadi Abah bertemu anak kecil yang sangat baik dan entah mengapa Abah tidak asing dengan wajahnya. Ehmmm seperti mirip seseorang. Ummi mu sedang ke toilet."
Ya, pria paruh baya yang kuncinya terjatuh itu adalah ayah dari Sailendra. Khalid dan sang istri sampai di kota J pagi ini. Awalnya memang ingin bertemu Sai di rumah, tapi istri Khalid ingin berkunjung ke rumah sakit dulu. Baru setelah itu mereka akan pulang bersama.
" Eeh sudah di sini ternyata. Yuk pulang," ajak Arika, ibu dari Sai.
" Ehmmm, maaf Ummi Sai tidak bisa pulang sekarang. Ada pasien yang harus berada di bawah pengawasan karena baru saja selesai operasi. Maka dari itu kemarin Sai bilang mau pesankan Abah dan Ummi hotel dekat sini."
Ya, seharusnya hari ini adalah hari dia off dari kerjaannya. Akan tetapi ia menggunakan waktu off nya itu untuk mengoperasi Hyejin karena memang itu adalah satu-satunya waktu dalam pekan ini yang kosong. Hari besok dan selanjutnya jadwalnya lumayan padat. Dari operasi, menghadiri seminar dan juga membantu para residen dalam penyusunan tugas akhir.
" Tapi nanti malam tetap bisa ikut kan Sai?" tanya Arika.
" Ehmmm, Sai usahakan. Jika memang pasien Sai dalam keadaan baik maka Sai bisa ikut. Tapi tetap Sai akan berusaha ikut karena memang kita bicara dengan keluarga Abilla."
Khalid dan Arika tersenyum simpul, mereka bersyukur bahwa sang putra bisa bertanggung jawab dengan apa yang sudah dilakukan. Namun mereka belum tahu ada sebuah tanggung jawab besar yang belum Sai lakukan terhadap seorang wanita dan juga anak kecil yang seharusnya sudah jadi bagian dari hidupnya dari lama.
TBC
sukses slalu k
di tunggu karya terbaru nya thor 🥰🥰🥰🥰🥰