NovelToon NovelToon
Antara Cinta Dan Perjuangan

Antara Cinta Dan Perjuangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta Terlarang / Cinta Murni
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Raira Megumi

Ahmad Hanafi, seorang laki-laki cerdas dan tangguh yang ikut serta dalam perjuangan memerdekaan bangsa Indonesia dari jajahan negeri asing yang telah menjajah bangsanya lebih dari 300 tahun.
Saat mengabdikan seluruh jiwa dan raganya demi bangsa yang dicintainya, ia dibenturkan pada cinta yang lain. Cinta lain yang ia miliki untuk seorang gadis cantik yang sulit ia gapai.
Rosanne Wilemina Van Dijk adalah nama gadis yang telah memporak-porandakan keyakinan Ahmad Hanafi akan cintanya pada bangsa dan negaranya.
Cintanya pada dua hal yang berbeda memberikan kebimbangan luar biasa pada diri seorang Hanafi.
Pada akhirnya, cinta siapa yang akan dipilih Hanafi? Cintanya pada bangsa Indonesia? atau pada Rosanne? atau ada wanita lain?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raira Megumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

5. Ditolak

“Saya hanya ingin agar Anda mencoba kue buatan saya. Saya tidak membubuhkan racun ke dalam kue-kuenya. Kenapa Anda tidak ingin mencicipinya? Anda tidak menghormati saya sebagai orang yang sudah memberikan kebaikan kepada Anda,” balas Rosanne tak kalah sengit. Sepertinya ia sudah kebal dengan api permusuhan yang selalu terkobar dari sikap Hanafi.

“Tidak ada gunanya berbicara dengan Anda.” Hanafi beranjak dari duduknya dan hendak masuk ke dalam rumah.

“Tunggu sebentar!” Rosanne menarik tangan Hanafi hingga tubuh mereka hampir bertubrukan. Jika saja Hanafi tidak menahan beban tubuhnya, ia pasti akan menubruk tubuh Rosanne dan mungkin saja mereka berdua akan jatuh bersamaan.

“Apa yang Anda lakukan?” bentak Hanafi membuat Rosanne terkejut.

“Oh, maaf. Saya tidak sengaja. Saya tidak bermaksud…”

“Setiap kali kita bertemu, Anda selalu mencari masalah. Bisakah Anda membiarkan hidup saya tenang dan tidak sering berbuat ulah seperti ini? Apa salah saya kepada Anda sampai Anda selalu mengganggu kehidupan saya, hah?”

“Tidak. Saya tidak bermaksud mengganggu hidup Anda, Tuan Hanafi. Saya hanya… saya hanya ingin agar…”

“Sudahlah! Tidak perlu banyak berbicara. Tinggalkan rumah saya sekarang juga dan jangan pernah kembali.”

“Maaf saya… saya tidak…”

“Silahkan pergi sebelum saya bertindak kasar kepada Anda.” Hanafi membalikkan tubuh meninggalkan Rosanne. Sebelum ia membuka pintu rumah, ia kembali berbalik.

“Jangan lupa bawa kembali keranjang kue itu! Saya tidak menerima pemberian Anda.” Setelah mengatakan kalimat terakhir, Hanafi membuka pintu dan langsung menguncinya.

Rosanne tercengang mendapatkan perlakukan yang tidak ramah dari Hanafi. Bola matanya mulai berair.  Ini pertama kalinya Hanafi berteriak marah kepadanya. Walaupun Hanafi pernah berkata keras sebelumnya, tetapi hari ini Rosanne merasakan bahwa ia benar-benar ditolak oleh Hanafi. Tanpa ia sadari air mata mengalir keluar dari pelupuk mata.

“Oh…” Rosanne langsung tersadar dari lamunannya dan menyusut air mata yang sudah kadung mengalir di pipi.

“Kenapa rasanya sakit sekali?” Rosanne menyentuh dadanya. Ia belum pernah merasakan perasaan sedih semacam ini. Dadanya berdegup sangat kencang dan ia merasakan jantungnya seperti dihujam pisau berkali-kali. Perih sekali rasanya.

Rosanne berlari menuju kereta kudanya. Ia ingin segera menjauh dari tempat itu. Perasaannya sungguh terasa campur aduk. Ia tidak mengerti apa yang ia rasakan. Apakah sedih? Marah? Atau malu?

Rosanne menelungkupkan tangan ke wajah. Ia tidak kuasa lagi untuk menahan tangisannya. Ia keluarkan segala emosi yang membuat dadanya sesak. Beruntung sedu sedannya teredam suara derap kereta kuda yang membawanya kembali ke kediaman kakak laki-lakinya.

********

“Apa yang dilakukan gadis itu?” Hanafi menutup cepat pintu rumahnya. Ia bersender di pintu sambil memegangi dada kirinya yang berdegup kencang dan tak beraturan.

“Bagaimana seorang gadis muda bisa seberani itu? Apa orangtuanya tidak pernah mengajari dia untuk menjaga jarak dengan laki-laki. Ah, mungkin ajaran kami memang berbeda. Ia hidup di dunia barat dengan budayanya sedangkan aku tumbuh di dunia timur dengan segala adat istiadatnya.”

Hanafi cepat-cepat membasuh wajahnya yang terasa memanas. Ia sendiri belum menyadari perasaan asing yang sadang menyergap hatinya. Ia bingung dengan reaksi dari tubuhnya. Wajahnya memanas dan jantungnya berdegup cepat. Belum pernah ia merasakan hal aneh seperti itu.

Ia memang bukan sekali ini saja dekat dengan perempuan. Dengan wajahnya yang tampan dan tubuh yang tegap, banyak gadis muda yang ingin dijodohkan dengannya, baik itu adik teman-temannya atau anak gadis para tokoh masyarakat.

Namun, tekadnya untuk ikut membebaskan tanah airnya dari cengkraman penjajah, membuat Hanafi tidak memikirkan soal pernikahan. Ia bertekad untuk menikah jika tanah airnya sudah merdeka. Malam itu, Hanafi mencoba untuk menenangkan diri, mencoba untuk menguatkan tujuannya hidup. Bukan untuk cinta romantis tidak jelas tetapi untuk cinta pada bangsa, tanah air, dan agamanya.

Keesokan harinya, Rosanne sudah duduk manis di teras rumah Hanafi. Matanya yang bengkak akibat tangisan kemarin sore dan malam tadi, ia tutupi dengan make-up yang cukup tebal sehingga tidak terlihat lagi lingkaran hitam di sekitar bola mata birunya yang cantik.

“Assalamualaikum,” Hanafi menyapa anak-anak yang sudah siap untuk mengaji.

“Waalaikumsalam, Pak Ustadz,” balas anak-anak serentak.

“Pagi ini, kita akan mulai hapalan surat baru. Sudah siap semuanya?”

Beberapa anak terdengar menahan tawa.

“Ada apa?” tanya Hanafi.

“Ada nona cantik, Ustadz,” jawab salah seorang anak.

Rosanne memang duduk sedikit jauh di sudut teras. Akibat sinar matahari yang menyilaukan, tubuh Rosanne tidak terlihat oleh pandangan Hanafi.

Hanafi terkejut melihat Rosanne yang berjalan menghampirinya. Ia tidak menyangka perempuan itu masih berani datang untuk menemui dirinya.

“Sedang apa Anda di sini? Apakah perkataan saya kemarin tidak cukup jelas?”

“Saya sudah berjanji kepada anak-anak itu untuk mengajari mereka membaca dan menulis. Anda tentu tidak ingin jika saya menjadi seorang pembohong. Itu akan menjadi kesalahan Anda karena melarang saya untuk mengajari mereka,” kata Rosanne mendebat.

Hanafi menghela nafas perlahan untuk memanjangkan sabarnya.

“Baiklah. Setelah anak-anak selesai mengaji, silahkan Anda mengajari mereka baca dan tulis.”

“Terima kasih!” seru Rosanne riang. Saking senangnya ia meraih tangan Hanafi.

“Anda harus ingat untuk menjaga jarak. Anda adalah seorang perempuan dari keluarga baik-baik. Tidak pantas berlaku seperti ini.” Hanafi menepis tangan Rosanne.

“Apakah dalam budaya Anda tidak memperbolehkan sentuhan tangan antara laki-laki dan perempuan?”

“Ya!” jawab Hanafi tegas.

“Maaf, saya tidak tahu tentang hal itu karena sebelumnya saya sering melihat apa yang yang tadi Anda katakan tidak boleh.”

“Apa maksud Anda? Saya tidak paham.”

“Sentuhan tangan antara laki-laki dan perempuan. Saya melihat mereka tidak seperti yang tadi Anda katakan.”

“Anda melihat hal yang salah,” ujar Hanafi tegas.

“Oh,”

“Anda berkenan untuk menunggu anak-anak selesai mengaji?” tanya Hanafi merasa tidak enak karena membiarkan Rosanne harus menunggu gilirannya mengajar.

“Tentu saja tidak. Saya senang mendengar suara Anda dan anak-anak mengaji.

*********

to be continued...

1
Nurgusnawati Nunung
Hanafi mulai berubah, jd luluh
Nurgusnawati Nunung
Hanafi orang yang tegas..
Nurgusnawati Nunung
hadir...
Anna Kusbandiana
lanjut ya, thor...👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!