NovelToon NovelToon
Cahaya Yang Padam

Cahaya Yang Padam

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Beda Usia / Mengubah Takdir
Popularitas:12.5k
Nilai: 5
Nama Author: NurAzizah504

Cahaya dipaksa menikah dengan pria yang menabrak ayahnya hingga meninggal. Namun, siapa sangka jika pria itu memiliki seorang istri yang amat dicintainya yang saat ini sedang terbaring lemah tak berdaya. Sehari setelah pernikahan paksa itu dilakukan, pertemuan tak sengaja antara Cahaya dan istri pertama suaminya terjadi.

Akankah Cahaya diakui statusnya di hadapan keluarga suaminya? Atau malah Cahaya tetap disembunyikan? Dipaksa padam seolah tak pernah ada dalam kehidupan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurAzizah504, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

30. Omongan Arif

"Enggak. Abang gak tau Zahra di mana."

Cahaya menghela napas panjang. Kepalanya berputar-putar mencari jawaban siapa 'tante-tante aneh' itu sebenarnya.

"Memangnya kenapa, Ya?" Fahri bertanya. Ia bukannya tidak menyadari akan beban pikiran Cahaya. Masalahnya, ia tak tahu mengapa pertanyaan ini muncul tiba-tiba.

"Pengen tau aja," jawab Cahaya singkat. Ia memilih untuk tidak menceritakan cerita Zaif kepada Fahri. Mungkin saja tante-tante aneh itu memang bukan Zahra. Hanya orang asing yang kebetulan datang untuk mengganggu.

"Abang juga pengen tau banget, sih, sebenarnya. Saat masih di penjara, Zahra selalu menolak waktu kita datang berkunjung. Dan, pas udah bebas pun, dia menghilang begitu saja. Biar bagaimanapun buruknya Zahra, dia tetap adik Abang, Ya. Abang khawatir sama dia. Sebagai seorang abang, Abang telah gagal menjaganya. Pasti orang tua angkat Abang marah besar sama Abang."

"Berhenti menyalahkan diri sendiri, Bang. Ini semua bukan salah kamu, kok. Kak Zahra terlalu obsesi sama Bang Arif. Makanya ujung-ujungnya jadi begini."

Fahri tak lagi menjawab. Ia hanya memilih diam, sembari memikirkan di mana Zahra sekarang.

Hari ini, kondisi Fahri sudah membaik. Ia kembali aktif ke kantor seperti biasa.

Ada banyak berkas yang harus Fahri periksa sekaligus membutuhkan tandatangannya. Ada banyak pertemuan yang harus ia lakukan. Tak terkecuali pertemuannya dengan Amel untuk melakukan kontrak kerjasama.

Di salah satu ruang rapat, Amel yang ditemani asisten pribadinya menjelaskan apa saja keuntungan yang perusahaan Fahri dapatkan jika menjalin kerjasama dengan perusahaannya.

Fahri mendengarkan baik-baik sambil sesekali mengajukan pertanyaan. Sementara itu, Geri tampak mencatat beberapa bagian penting dari yang Amel sampaikan.

Setelah menemukan titik terang, alhasil Fahri menyetujui untuk menjalin kerjasama dengan perusahaan Amel. Karena kedua perusahaan ini sama-sama bergerak di bidang industri otomotif, Fahri berharap akan ada banyak hal baik untuk kedepannya.

"Amel," Fahri tiba-tiba memanggil sewaktu Amel hendak keluar dari ruang rapat, "Boleh kita bicara sebentar?"

Amel tersenyum manis dan menjawab dengan satu anggukan kepala. Kemudian, ia melirik ke arah asisten pribadinya. Seolah paham, laki-laki yang seumuran Geri itu pun pamit keluar ruangan.

Tinggallah Amel dan Fahri di dalam ruang tersebut. Ruangan yang kedap suara, membuat Fahri bersyukur tidak akan ada yang tahu tentang obrolan mereka.

"Mau bicara apa, Ri? Penting banget kayaknya," ucap Amel sambil menumpukan dagu pada kedua tangan. Ia menatap Fahri dengan tatapan memuja. Sementara Fahri tetap membalasnya dengan ekspresi datar saja.

"Aku mau ingatkan satu hal sama kamu. Tolong, jangan lagi datang ke rumahku."

"Lo, kenapa? Bukannya dari dulu aku emang sering ke rumahmu, ya? Masa sekarang udah gak boleh?"

"Itu dulu, Amel. Dulu dan sekarang perbedaannya jauh besar. Aku sudah punya istri dan anak. Aku gak mau keluargaku jadi salah paham sama hubungan kita."

Amel membuang napas sekaligus memutar bola matanya dengan malas. "Istrimu itu terlalu pencemburu. Aku hanya ingin menjengukmu sebagai seorang teman, apa aku salah?"

"Salah. Salah besar malahan. Kita sudah beda. Hubungan kita sudah berakhir. Selain rekan kerja, maka tidak ada hubungan apa pun antara kita."

Fahri kemudian berdiri, merapikan setelan jasnya lalu kembali berkata, "Aku permisi. Terima kasih untuk waktu dan pengertiannya."

"Cih," Amel berdecih sesaat setelah pintu ruangan tertutup rapat, "Kamu pikir, kamu bisa lolos gitu aja? Jangan harap, Fahri."

Sementara itu, Fahri melangkah pada koridor dengan perasaan campur aduk. Semalam ia sudah memeriksa kamera CCTV pada teras rumahnya. Di sanalah ia melihat pertengkaran antara Amel dan Cahaya.

Fahri kecewa terhadap sikap Amel yang terlihat ingin menghancurkan rumah tangganya. Selain itu, ia juga sangat menyayangkan respons Cahaya yang terkesan tidak mempercayai dirinya.

Di tempat lain, Arif terlihat keluar dari tokonya sambil menenteng beberapa barang untuk Zaif. Sore ini, dia berniat untuk menemui putranya tersebut. Selain memang ingin melihat Zaif, Arif juga ingin melepaskan jeratan rindunya terhadap Cahaya.

Sampailah ia pada sebuah rumah yang menjadi tujuannya itu. Dilihatnya Zaif yang tengah membantu Cahaya menyiram tanaman di halaman.

Dengan senyum lebar, ia memasuki halaman tersebut lalu memeluk Zaif dari belakang. "Lagi ngapain, nih, asik banget? Ayah boleh gabung gak?"

"Ayah!" Zaif berseru senang. Ia berbalik badan, balas memeluk Arif dengan girang. "Wah, ini mainan buat aku, ya, Yah?" tanya Zaif sewaktu matanya tak sengaja melirik bawaan Arif di tangan.

"Iya, dong. Bawa masuk ke dalam, ya. Dan, semoga kamu suka."

"Makasih, Ayah."

Kepergian Zaif, menyisakan Cahaya dan Arif di taman.

"Butuh bantuan?" tanya Arif berusaha memecahkan keheningan.

"Gak usah. Lagian udah selesai juga."

Arif mengangguk singkat. Manik matanya menekuri Cahaya yang terlihat jauh lebih cantik dari sebelumnya.

"Bisnis kamu gimana? Lancar?"

"Iya, alhamdulillah."

"Kalau Paman sama Bibi?"

"Mereka juga baik-baik aja. Gak ada masalah."

Suasana kembali berubah hening. Arif berusaha untuk mencari topik pembahasan agar waktunya bersama Cahaya menjadi lebih panjang. Namun, Cahaya tidak demikian.

Dia terlihat enggan berbicara dengan Arif. Raut wajahnya pun tampak biasa-biasa. Sama sekali tidak memancarkan kerinduan yang sama.

"Cahaya, mungkin ini terdengar gila. Tapi, kamu harus tau kalau saya masih mencintaimu. Saya menyesal karena telah menceraikan kamu."

Refleks Cahaya mundur satu langkah. Tidak menyangka jika Arif akan mengatakan hal ini padanya.

"Saya ingin kembali sama kamu, Ya. Jika kamu mau, saya bersedia─"

"Jangan gila kamu. Hubungan kita sudah berakhir. Ingat? Kamu sendiri yang memutuskannya. Lagipula sekarang ini aku bahagia bersama Bang Fahri."

"Walau tanpa anak?"

Deg!

Cahaya terdiam. Mengapa pertanyaan Arif terdengar menyakitkan?

"Kalian sudah menikah sangat lama, tapi tak ada anak antara kalian berdua. Periksa dulu, Cahaya. Mungkin saja suamimu itu mandul. Dan, kalau memang iya, saya bersedia menggantikan perannya."

"Tidak ada yang bisa menggantikan peran Bang Fahri. Apalagi oleh orang sepertimu."

Setelah mengatakan hal itu, Cahaya langsung berbalik dan masuk ke dalam. Air matanya mengalir. Ucapan Arif membuat hatinya terasa nyeri.

Malam hari setelah menikmati makan malam, Cahaya menghampiri Fahri yang tengah sibuk menyelesaikan beberapa pekerjaan di dalam ruangan pribadinya.

"Kopi, Bang," ucap Cahaya sambil meletakkan kopi di atas meja.

"Makasih, ya, Sayang," balas Fahri menatap Cahaya sejenak.

"Ada sesuatu yang mau aku bicarakan. Boleh minta waktunya sebentar gak?"

"Bolehlah, Ya. Mau bicara apa?"

Fahri bangkit dari kursi miliknya, meraih tangan Cahaya dan membawanya duduk bersama pada sebuah sofa. "Mau bicara apa?" Sekali lagi Fahri bertanya.

"Tentang Bang Arif ...."

"Arif?"

Cahaya mengangguk pelan. "Aku mulai gak nyaman sama Bang Arif, Bang." Dan, cerita tadi siang mengalir dari bibir Cahaya.

"Nanti biar Abang yang ngomong sama Arif, ya. Kamu jangan khawatir. Abang pastikan dia gak akan berani lagi gangguin kamu."

Sekali lagi Cahaya menganggukkan kepala. Ia mendekat lalu menjatuhkan kepalanya pada dekapan Fahri hanya untuk menemukan ketenangan dan kenyamanan.

Sementara itu, Fahri jadi ikut-ikutan memikirkan perkataan Arif. Apa mungkin selama ini ia bermasalah sehingga mereka belum mempunyai anak?

"Besok kita ke rumah sakit mau?" Fahri bertanya.

"Buat periksa? Kamu gak kepikiran sama omongan Bang Arif, kan?"

Fahri tersenyum lembut. Menatap Cahaya dengan tatapan menenangkan. "Enggak, Ya. Abang cuma mau memastikan kalau semua memang baik-baik saja. Jika seandainya Abang beneran mandul, kita bisa segera cari obat untuk menyembuhkannya."

"Pokoknya kamu jangan sedih. Apa pun hasilnya nanti, aku bakalan selalu mencintaimu sepenuh hati."

1
🎀
manusia laknat emang si arif nih
NurAzizah504: Selaknat itu kah? /Facepalm/
total 1 replies
🎀
orang kaya gini emang harus ditegasin cahaya
NurAzizah504: Biar ga ngelunjak /Proud/
total 1 replies
🎀
cahaya cembukorr
NurAzizah504: Woiya jelas /Joyful/
total 1 replies
🎀
kek kamu bisa bikin cahaya bahagia aja 😒
NurAzizah504: Padahal lebih parah dia, ya, kan /Shy/
total 1 replies
🎀
typo thor
NurAzizah504: Oalah, iya. Makasih, ya, udh dikasih tau /Joyful/
total 1 replies
🎀
betul sekalihhh
NurAzizah504: Fahri emg Bapak yang pintar /Proud/
total 1 replies
Syaiful Amri
semoga cahaya hamil thor.
NurAzizah504: Wahh, semoga, ya /Joyful/
total 1 replies
Muliana
Cahaya hamil kah? Semoga aja iya/Pray/
NurAzizah504: Aminin dulu aja, ya /Joyful/
total 1 replies
Tini Timmy
apa tuh kira"
NurAzizah504: Hm, apa, ya /Joyful/
total 1 replies
Xiao Lianhua
hadehh ga cape2
NurAzizah504: Gada kata capek dalm kamus hidupnya /Sob/
total 1 replies
Xiao Lianhua
DIHHH APAANSIHHH
NurAzizah504: Arif ga ngotak memang /Sob/
total 1 replies
Xiao Lianhua
wahhhh, aku belum tau mau seneng apa sedih🤣
NurAzizah504: Kalo aku lebh ke sedih, sih /Sob/
total 1 replies
Xiao Lianhua
semoga zaif ga dibawa kabur sama zahra
NurAzizah504: Semoga saja /Sob/
total 1 replies
Xiao Lianhua
zahra, segitunya lu ya ngehancurin hidup orang😞
NurAzizah504: Itu pun mash belm puas /Grimace/
total 1 replies
Xiao Lianhua
kaget aku😭😭
NurAzizah504: Wohoo, santai2 /Sob/
total 1 replies
Xiao Lianhua
tapi dibalik kejadian ini, hal yang pernah cahaya inginkan dulu akhirnya terwujud🤣
NurAzizah504: Iyap. Bercerai /Smile/
total 1 replies
Xiao Lianhua
prett
NurAzizah504: Padahal ulahnya sendiri /Grimace/
total 1 replies
Xiao Lianhua
itu perbuatan istri lu njirrr
NurAzizah504: Arif belum tau aja /Sob/
total 1 replies
Xiao Lianhua
dih
NurAzizah504: Sosoan kaget /Determined/
total 1 replies
Xiao Lianhua
Geleng-geleng kepala aku Ra ngebayangin kelakuan kamu
NurAzizah504: Ga habis fikri /Sob/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!