NovelToon NovelToon
The One Who Give Me Butterflies Feeling

The One Who Give Me Butterflies Feeling

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / cintapertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: mom fien

Cerita cinta dari masa remaja saat SMU hingga dewasa.
Bagaimana proses pendewasaan terbentuk karena mengenal cinta.
Cinta itu seperti permen dengan berbagai rasa, manis, asam, juga rasa mint yang kadang terasa pedas tapi menyegarkan.

Aku membuat cerita ini tidak dalam bentuk panjang, tidak banyak drama dan bertele-tele.
Cerita fiksi yang berdasarkan detail kebenaran.

Semoga kalian menyukainya.
Full of love from me,
Author.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom fien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Epilog

Kami kembali ke apartemen kami. Kami masih memiliki banyak pekerjaan rumah ke depannya. Kami masih belum memiliki rumah. Belum lagi, baik Danny maupun orangtua kami, menginginkan aku segera hamil. Berbeda dengan keinginanku yang sebenarnya ingin menunda kehamilan.

Beberapa bulan kemudian, kami mendapatkan rumah kecil impian kami di pinggiran Jakarta.

Tidak lama setelah itu aku hamil, awalnya aku tidak menyadarinya, aku pikir aku hanya sakit maag, karena aku terus menerus merasa mual dan tidak ingin makan. Aku baru mengerti tentang kondisiku setelah memeriksakan diri ke dokter umum. Saat itu aku pergi sendiri ke dokter. Setelah aku tau aku hamil barulah Danny bersamaku untuk mengunjungi dokter kandungan bersama sama.

Danny sungguh merasa sangat senang, ia terus tersenyum bahagia selama perjalanan menuju dokter, keinginannya untuk memiliki anak diusia muda terwujud.

Kata orang, bawaan ibu hamil itu berbeda-beda, kehamilan pertamaku membuatku seperti orang sakit. Aku tidak bisa makan, tubuhku menolak semua makanan yang masuk dan memuntahkannya, bahkan untuk minuman pun aku mual. Tubuhku sangat lemah, dokter menyarankanku untuk bedrest saja di rumah.

Danny memperlakukanku sangat spesial. Karena aku kurang makan dan minum, tubuhku sangat lemah, dan aku menghabiskan sebagian besar waktuku dengan tidur.

Danny kadang menyuapiku makan sepulangnya dari kantor. Danny tidak menyentuhku selama itu, ia benar-benar mengkhawatirkan keadaanku.

Saat melewati bulan ke 6, kondisiku membaik, aku mulai banyak makan meski hanya bisa masuk makanan tertentu saja. Dokter menyatakan aku sehat, begitupun dengan bayiku, perkembangan nya sangat baik. Meskipun aku kurang gizi diawal kehamilanku, tetapi semua makanan dan vitamin yang dokter berikan diserap oleh bayiku, jadi keadaannya tetap baik dan berkembang normal.

Aku dan Danny sungguh bersyukur untuk itu.

Danny baru berani menyentuhku setelah memasuki bulan ke 8, itupun setelah ia bertanya dan meminta ijin dokter kandunganku.

Aku melahirkan anak perempuan yang kami beri nama Iris sesuai nama bunga yang melambangkan keberanian, kebijaksanaan dan harapan.

Danny sungguh ayah yang baik, ia membantuku merawat Iris, ia juga bangun tengah malam untuk mengganti pokok Iris, dan memberinya susu.

Suatu hari Danny berkata kepadaku,

"Fann....tahun depan mari kita program punya anak lagi ya, aku menginginkan anak laki-laki".

Ya ampun, Iris saja masih bayi, dia sudah menginginkan bayi lagi.

"Mmmmm...."Aku menjawabnya malas.

Setelah menikah, aku menyadari bahwa menikah berarti memiliki tanggung jawab lebih daripada sewaktu kami masih berpacaran. Tanggung jawab, memberikan kami ruang untuk lebih mendewasakan diri. Tentu saja perdebatan kami juga lebih banyak dibandingkan sewaktu pacaran.

Padahal jika dipikir pikir aku mengenalnya dari usia remaja sampai pria dewasa seperti sekarang, tapi menikah tetap saja banyak memberikan kejutan yang tidak aku ketahui atau terpikir sebelumnya.

Kadang perdebatan itu berujung perkelahian, sesuatu yang mungkin sebelumnya tidak terpikir oleh kami.

Tapi karena komitmen kami, kami berusaha saling memperbaiki diri.

Sebenarnya perkelahian itu terjadi karena kurang komunikasi, meski kami bertemu setiap hari, tetap saja ada celah untuk salah paham. Jika kami saling membuka diri, kami mengakui cinta kami sebenarnya tidak pernah berkurang. Hanya karena saling ingin memberikan yang terbaik, lalu tidak mengkomunikasikannya dengan benar, salah paham itu terjadi.

Jadi apa takdir itu ada? Mungkin iya bagiku.

Tapi berhasil atau tidaknya hubungan, itu bukan karena takdir, tapi karena komitmen kami. Selama kami berkomitmen bersama, aku yakin perdebatan dan perkelahian hanya akan menjadi menjadi pembelajaran hidup dan kenangan untuk kami tertawakan di masa depan.

I love you Danny.

Mari kita menua bersama.

...----------------...

Marriage isn't "I promise to love you until I stop loving you".

It's "I promise to make a conscious decision to continue to love you even when it's hard because I'm aware no one is perfect, but you are worth it".

-Brandalin-

1
Jayrbr
Jiwa saya terkoyak!
fien: terima kasih kakak 🥰
total 1 replies
Ignacia belen Gamboa rojas
Abis baca cerita ini, bikin aku merasa percaya sama cinta lagi. Terima kasih banget thor!
fien: waahhh seneng banget dengernya. nantikan bab selanjutnya ya 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!