Ibrahim anak ketiga dari pasang Rendi dan Erisa memilih kabur dari rumah ketika keluarga besar memaksanya mengambil kuliah jurusan DOKTER yang bukan di bidangnya, karena sang kakek sudah sakit-sakitan Ibrahim di paksa untuk menjadi direktur serta dokter kompeten di rumah sakit milik sang kakek.
Karena hanya membawa uang tak begitu banyak, Ibrahim berusaha mencari cara agar uang yang ada di tangannya tak langsung habis melainkan bisa bertambah banyak. Hingga akhirnya Ibrahim memutuskan memilih satu kavling tanah yang subur untuk di tanami sayur dan buah-buahan, karena kebetulan di daerah tempat Ibrahim melarikan diri mayoritas berkebun.
Sampai akhirnya Ibrahim bertemu tambatan hatinya di sana dan menikah tanpa di dampingi keluarga besarnya, karena Ibrahim ingin sukses dengan kaki sendiri tanpa nama keluarga besarnya. Namun ternyata hidup Ibrahim terus dapat bual-bualan dari keluarga istrinya, syukurnya istrinya selalu pasang badan jika Ibrahim di hina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
"Kamu sedang tidur, sayang?" tanya Ibrahim, Arumi menggeleng.
"Tidak Mas, Arumi hanya berbaring saja" sahut Arumi tersenyum
"Apa kamu tidak enak badan?" tanya Ibrahim lagi dengan wajah khawatir
"Tidak Mas, Arumi hanya bosan saja tadi. Ohh iya, Arham mana?"
Arumi tidak melihat Arham, biasanya Arham akan pulang bersama suaminya. Suaminya menjawab bahwa Arham langsung pulang ke rumah, Arumi yang mendengar langsung mengangguk lalu mengandeng lengan suaminya untuk masuk ke dalam rumah.
Malam harinya.....
"Mas"
"Ada apa, sayang? Sejak tadi Mas perhatiin kamu seperti ada masalah, cerita lah"
Ibrahim mencium pucuk kepala istrinya, saat ini mereka sedang duduk di sofa depan TV tapi tidak menonton film melainkan sibuk masing-masing. Ibrahim memegang buku pembukuan kebun, sementara Arumi memegang HP-nya.
"Mas coba lihat ini sebentar, setelah itu apa tanggapan Mas?"
Arumi menyerahkan HP-nya pada suaminya sembari memutar sebuah video, Ibrahim memperhatikan video hanya beberapa detik saja dengan wajah serius. Saat video berakhir, Ibrahim menatap wajah istrinya yang juga menatapnya.
Ibrahim langsung memeluk tubuh istrinya, jadi ini alasan mengapa sejak tadi Arumi terlihat sedih. Tadi Ibrahim ingin bertanya tapi malah lupa, karena harus memeriksa pembukuan kebun miliknya.
"Kamu gak apa-apa, sayang?" tanya Ibrahim dengan menatap bola mata istrinya, Arumi mengangguk lalu menggeleng bingung saat ini harus senang atau sedih.
"Ada yang ingin kamu katakan pada Mas?" tanya Ibrahim lagi tanpa melepaskan pelukannya
Arumi mengangguk lalu menangis, hatinya merasa sangat sakit setelah mengetahui jika kehadirannya tak pernah di inginkan sejak dulu oleh ibu Ani, ini jadi alasan kenapa ibu Ani selama ini selalu bersikap tidak adil padanya karena Arumi bukan anak kandungnya.
Ibrahim hanya diam sembari mengelus bahu istrinya yang masih menangis di pelukannya, Ibrahim tidak menyangka kalau ternyata Ibu Ani bukan ibu kandung Arumi dan Ibrahim juga membiarkan istrinya menangis tak berniat menghentikannya
Air mata Arumi sudah tidak mengalir lagi hanya masih terdengar isakan saja, setelah puas menangis Arumi melepaskan pelukannya dari suaminya. Arumi kembali menatap bola mata suaminya, kemudian menghembuskan napas perlahan.
"Mas, Arumi ingin tahu siapa ibu kandung Arumi?" ujar Arumi sedikit tersengal-sengal, matanya pun terlihat bengkak dan hidung memerah karena habis menangis.
"Mas akan cari tahu, sayang. Tapi kamu harus janji jangan menangis lagi, kamu tahu kan saat ini sedang mengandung. Jadi sudah cukup menangisnya, karena kalau kamu terus menangis akan mempengaruhi janin dalam perut kamu"
Ibrahim mengelus perut istrinya dengan lembut, Arumi mengangguk. Arumi lupa jika sekarang tengah berbadan dua, Arumi ikut mengelus perutnya yang masih rata sembari berkata dalam hati meminta maaf pada si jabang bayi sempat melupakannya.
"Tapi kenapa Nenek tidak memberi tahu Arumi ya, Mas? Jika memang ibu sudah meninggal, di mana ibu di makam kan? Arumi mau berkunjung ke makam ibu"
"Mas janji akan mencari tahu semuanya, sayang. Mas gak mau kamu bersedih lagi, sekarang kita istirahat dulu kamu tidak boleh tidur malam-malam"
Ibrahim membaringkan tubuh istrinya lalu memeluk istrinya, dari awal menikah dengan Arumi Ibrahim sudah curiga jika ibu Ani tidak memiliki hubungan darah dengan Arumi. Tapi Ibrahim tidak bisa mengatakan itu, karena tidak mau membuat istrinya bersedih dan takut jadi kepikiran.
Ibrahim memandang wajah istrinya yang sudah terlelap, Ibrahim menatap lekat wajah istrinya. Ibrahim merasa kasihan dengan hidup istrinya dari dulu di perlakukan tidak baik dengan ibu tirinya, bahkan hingga sekarang dan Ibrahim berjanji akan selalu membahagiakan istrinya.
.
.
.
"Yadi, sini sebentar" Pria yang di panggil itu langsung menghampiri sang bos.
"Ada apa, Mas?" tanya Yadi sopan
"Hem,, kamu kenal dengan keluarga istri saya kan?"
"Kenal, Mas. Apalagi Mak saya, walaupun sudah tidak satu kampung lagi tapi Mak saya kenal baik dengan keluarga Mbak Rum"
Saat ini Ibrahim berusaha mencari tahu tentang bagaimana keluarga istrinya sebenarnya, di mulai dari tetangga yang dulu sempat tinggal di dekat rumah ibu mertuanya. Tentu sebagian besar, para tetangga tahu kehidupan keluarga istrinya.
"Baiklah!! Nanti siang antar saya ketemu sama Mak kamu, ada yang mau saya tanyakan"
Yadi memandang sang bos dengan penuh tanda tanya, tapi Yadi tidak berani untuk bertanya langsung. Apalagi ketika melihat wajah serius sang bos saat berbicara, Yadi hanya bisa memastikan jika ini sesuatu yang sangat penting.
"Baik Mas, nanti siang bisa bareng saya" jawab Yadi, Ibrahim mengangguk lalu memerintah Yadi untuk kembali bekerja
Siang harinya Ibrahim dan Yadi menuju rumah orang tua Yadi, ternyata tak perlu mengunakan kendaraan untuk pergi kesana. Hanya perlu berjalan kaki saja, Ibrahim dan Yadi sudah sampai di rumah orang tua Yadi.
"Assalamualaikum Mak"
Yadi mengucap salam ketika sampai di depan pintu rumahnya, terlihat wanita paruh baya membukakan pintu sembari menjawab salam. Yadi memberi tahu Mak nya bahwa ada yang ingin bertemu, Ibrahim langsung mencium punggung tangan Mak nya Yadi.
"Nak Ibrahim, apa kabar?" tanya Mak Sumi
"Alhamdulillah saya baik, Mak" jawab Ibrahim dengan sopan
"Mari masuk, Nak. Mak tinggal sebentar ya, mau membuatkan minum"
Yadi mengajak sang bos masuk ke dalam rumahnya lalu mempersilahkan sang bos untuk duduk di bangku yang terbuat dari bambu, selang berapa detik Mak Sumi datang dengan membawa nampan yang berisi dua gelas teh hangat.
"Di minum dulu, Nak" titah Mak Sumi yang menyodorkan teh hangat pada Ibrahim, Ibrahim mengangguk sembari tersenyum
"Nak Ibrahim ada perlu apa sama Mak?"
Mak Sumi tentu paham pasti Ibrahim ada keperluan sampe datang ke rumahnya tak mungkin Ibrahim hanya sekedar berkunjung, Ibrahim berdehem sebentar lalu memandang lekat wajah Mak Sumi.
"Ibrahim mau bertanya tentang ibu kandung Arumi, Mak" jawab Ibrahim dengan tenang, Mak Sumi langsung menghela napas.
"Mak sudah lama menunggu kamu atau Arumi menanyakan hal ini, jadi sekarang waktunya Mak menceritakan semuanya"
Ibrahim terkejut ternyata Mak Sumi menunggu kedatangannya untuk bertanya tentang keluarga istrinya.
"Jadi Mak tahu kalau Bu Ani bukan ibu kandung Arumi?" tanya Ibrahim, Mak Sumi langsung mengangguk mantap.
"Ani wanita licik itu sudah memfitnah ibunya Arumi, Maira. Maira adalah wanita lembut dan ramah, setiap orang melihatnya akan merasa nyaman"
"Jadi nama ibu kandung Arumi, Ibu Maira. Lalu kemana beliau sekarang? Apa benar beliau sudah meninggal?" tanya Ibrahim tidak sabar
"Maira sudah meninggal, Maira tewas dalam kecelakaan bersama pria yang tidak di kenal"
"Maksudnya gimana?"
"Maira difitnah oleh Ani, Ani mengatakan bahwa Maira berselingkuh dengan pria itu dan berniat meninggalkan Burhan dengan Arumi. Padahal bukan begitu ceritanya, sebelum pergi Maira sempat cerita pada saya. Kalau Maira mendapat kabar bahwa Burhan mengalami kecelakaan, kabar itu dari Ani"
happy ending juga....
cerita yg bagus