Fatan dan Fadil adalah saudara kembar yang memiliki karakter berbeda. Fatan dengan karaktetnya yang tenang dan pendiam. Sedangkan Fadil dengan karakternya yang aktif, usil dan tengil. Namun keduanya sama-sama memiliki kepribadian yang baik. Karena dari kecil mereka sudah dididik dengan ilmu agama.
Suatu saat mereka bertemu dengan jodoh masing-masing.Pasangan keduanya berbanding terbalik dengan karakter mereka. Fatan dengan seorang wanita yang agak bar-bar. Sedangkan Fadil dengan seorang wanita yang pemalu.
Akankah mereka bisa bertahan dengan pasangan masing-masing?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjodohan dalam Islam
Fatan mengajari Anisa dan Rafa dengan telaten. Sebenarnya Anisa ini orang cepat sekali paham. Hanya saja kadang ia kurang fokus. Setelah selesai belajar mengaji, Bu Kades membuatkan Fatan susu hangat dan pisang goreng.
"Ini Ustadz, diminum dulu. Pisangnya juga masih hangat, dimakan ya."
"MasyaAllah, Terima kasih Bu."
"Ustadz, besok lagi ya?"
"Iya, Rafa." Ujar Fatan seraya mengusap kepala Rafa yang baru saja melepas kopiahnya.
"Yes!"
Bu Kades ikut duduk bersama mereka. Namun Rafa masuk ke kamarnya karena harus mengerjakan PR.
"Eh... Ustadz boleh saya bertanya? Mungkin Ustadz bisa menjawab pertanyaan saya tentang perjodohan." Ujar Anisa.
"Silahkan, kalau bisa pasti saya akan menjawabnya."
"Sebenarnya kasus seperti ini sudah banyak dari dulu. Bagaimana pendapat anda tentang jika ada orang tua yang memaksa anaknya untuk dijodohkan dengan seseorang yang diinginkan mereka? Sedangkan anaknya tidak mau."
"Pada dasarnya, dijodohkan atau perjodohan dalam Islam itu tidak terlarang dalam syariat islam.
Ada dalam salah satu riwayat yang disebutkan bahwa Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'anhu pernah menjodohkan anak perempuannya, Hafshah Radhiyallahu 'anha yang ketika itu baru saja menjadi janda kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Maka dalam hal ini, Apabila orangtua ingin menjodohkan atau memilihkan jodoh untuk anaknya dan kemudian anak menerima dan merasa cocok tentu ini adalah hal yang sangat baik. Yang menjadi masalah utama adalah ketika orang tua memilihkan jodoh untuk anaknya, namun anak merasa tidak cocok lalu memaksaan keadaan untuk tetap menerima karena merasa tidak enak atau durhaka kepada orangtuanya maka hal ini merupakan suatu hal yang tidak baik. Karena pada intinya anak berhak menolak perjodohan yang dilakukan orangtuanya serta memilih jalan hidup dan jodohnya sendiri. Sebagaimana hadist yang telah disampaikan oleh Abdullah bin Abbas RA berkata, Rasulullah bersabda:
"Perempuan yang telah janda lebih berhak atas dirinya daripada walinya dan perempuan yang masih perawan diminta izin dari dirinya dan izinnya ialah diamnya." (HR Tirmidzi, Ahmad, Muslim).
Kalaupun pada akhirnya anak tersebut terpaksa menikah dengan jodoh yang dipilihkan oleh orangtuanya, tetapi hatinya masih tidak bisa ikhlas ataupun tidak rela maka pernikahan tersebut bisa saja batal. Karena apabila nantinya dipaksakan takut hanya menjadi ajang men-zalimi pasangannya atau satu sama lain.
Singkatnya, perjodohan hanyalah salah satu cara untuk menikahkan dua insan. Orang tua memang dapat menjodohkan anaknya. Tapi hendaknya meminta izin dan persetujuan dari anaknya, agar pernikahan yang diselenggarakan didasarkan pada keridhaan masing-masing pihak, bukan keterpaksaan. Pernikahan yang dibangun di atas dasar keterpaksaan, jika terus berlanjut, akan mengganggu keharmonisan rumah tangga.
Wallahu a'lam."
Nisa tercengang. Baru kali ini ia mendengar Fatan berbicara panjang kalai lebar.
"MasyaAllah, sudah lengkap itu keterangannya Ustadz Nis." Sahut Bu Kades.
"Berarti kalau kita tidak mau kita tidak durhaka kepada orang tua kan, Ustadz?"
"Tentu saja tidak, asal penolakannya secara halus. Jangan sampai membuat hati orang tua sakit."
"Huft... itu yang susah. Kalau orang tuanya kekeh pinginnya harus nikah nggak peduli perasaan anaknya gimana?"
"Mungkin itu sudah jalan hidup anaknya. Siapa tahu nanti kalau sudah menikah timbul rasa cinta. Kebanyakan orang juga ada yang seperti itu. Buktinya orang tua saya."
"Tuh dengarkan kata Ustadz, Nis!"
"Maaf, sebenarnya siapa yang mau dijodohkan?"
"Saya." Jawab Anisa.
Deg
Rasanya hati Fatan tercubit. Entah kenapa ia merasa sedikit cemas.
"Maaf, kalau sudah selesai saya kembali ke kamar."
"Oh iya, silahkan Ustadz. Terima kasih."
"Iya, sama-sama. "
Fatan pun kembali ke kamarnya. Ia kembali melanjutkan pekerjaannya di laptop. Namun tiba-tiba ia ingat tentang pertanyaan Anisa tadi.
"Ah, kenapa aku harus memikirkannya." Lirih Fatan.
Di kamarnya, Anisa sedang memikirkan perkataan Fatan.
"Ya Allah, masa' ia aku harus menerima Tirta?" Batinnya.
Anisa memikirkan masa depannya sampai ia ketiduran dan terbangun jam 3 pagi. Ia pun pergi ke kamar mandi untuk berwudhu' dan melakukan shalat tahajud. Ia meminta agar diberikan jalan terbaik untuk hidup dan masa depannya.
Keesokan harinya.
Anisa membantu Bu Kades menyapu halaman rumah. Fatan baru saja selesai membaca kitabnya. Ia membuka tirai jendela kamarnya karena matahari sudah mulai menampakkan sinarnya. Pandangannya langsung tertuju kepada seseorang yang sedang menyapu halaman. Anisa dengan masih mengenakan setelan piama-nya dan hijab instan dengan santai menyapu halaman.
"Meski sedikit bar-bar, sebenarnya dia wanita yang mau berusaha." Batinnya.
Sontak Fatan mengalihkan pandangannya karena tidak ingin memikirkan sesuatu yang lain. Ia melihat handphone-nya yang ternyata sudah banyak pesan masuk. Ia membalas pesan satu-persatu.
Hari ini Anisa memutuskan untuk pergi ke kebun apel menggunakan mobilnya. Bu Kades menemaninya kembali.
"Fokus, Nis. Jangan oleng lagi!"
"Hehe... ia Tante."
Sesampainya di kebun, Anisa takjub melihat buah apel yang bergelantungan. Seumur hidup baru kali ini ia melihat pohon apel. Anisa juga melihat orang-orang yang sedang memanen apel. Ia pun ikut serta membantunya. Ia juga mengabadikan momen tersebut untuk menunjang hasil tesisnya nanti. Bu Kades sampai geleng-geleng kepala melihat tingkah Anisa. Anisa gadis yang ceria, aktif, supel dan menyenangkan. Ia sangat mudah akrab dengan banyak orang.
"Tante ini boleh dibawa pulang kan, apelnya?"
"Boleh, ambil secukupnya Nis!"
"Waw, siap Tante."
Setelah puas berkeliling di kebun, akhirnya Anisa dan Bu Kades pulang. Namun mereka tidak langsung pulang ke rumah. Anisa mengajak Bu Kades pergi ke kota untuk membeli pakaian. Bu Kades pun menelpon suaminya untuk meminta izin.
Dua jam kemudian, mereka sampai di kota. Mereka masuk ke salah satu Mall yang di kota.
"Nis, sebenarnya kamu ingin beli baju apa?"
"Tante, Nisa pingin coba pakai rok. Nisa juga pingin punya jilbab segi empat."
"Owalah, iya... ayo Tante ajak ke butik langganan Tante di sini!"
Mereka pun masuk ke salah satu butik yang berada di dalam mall tersebut. Anisa tertarik dengan salah satu gamis model simpel yang dipakai manekin di depan butik. Ia juga membeli beberapa rok dan baju tunik. Setelah itu mereka pindah ke toko hijab untuk membeli jilbab segi empat yang diinginkan Anisa.
"Tante setelah ini kita shalat dulu."
"Iya Nis, di Mall ini ada mushalla."
Mereka pun shalat Dhuhur. Stelah itu mereka makan siang di sebuah kedai makanan siap saji.
Sedangkan di rumah, Fatan akan berangkat ke Madrasah. Ia yang tidak melihat keberadaan mobil Anisa di depan halaman rumah pun penasaran. Ke mana perginya gadis bar-bar itu.
"Ustadz, mau berangkat?" Sapa Rafa.
"Eh, iya Rafa."
"Ustadz cari apa? Kok kayak orang bingung?"
"Ibu ke mana, Rafa?"
"Ehem...cari Ibu apa Mbak Nisa, Ustadz?"
"Ya sudah, aku berangkat dulu, Rafa."
"Yee.. Ustadz iki piye ditakoi lha kok ngeles? (Ustadz ini gimana ditanyai kok malah mengalihkan)"
Fatan hanya bisa menyunggingkan senyum lalu menarik gas.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
siap" kondangan 🤭
Si pendiam ketemu bar bar, rame lah hidup lebih berwarna
Otw resepsi bersana Aa' Fadil & neng Karmeila /Angry//Angry//Angry/ Aa' Fadil dan Abang Fatan doa kalian diijabah /Pray//Kiss//Kiss/
apa aku salah ingat ya kak?