NovelToon NovelToon
Dari Benci Jadi Suami

Dari Benci Jadi Suami

Status: tamat
Genre:Tamat / Berbaikan / Ibu Pengganti / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:10.7k
Nilai: 5
Nama Author: nichi.raitaa

Tolong bantu support dan jangan lompat bab saat membaca ya, terima kasih 💗

Delilah Atmaja—seorang perempuan—yang sama sekali tak berkeinginan menikah, terpaksa menuruti kemauan sang ayah. Justru bertemu kembali dengan Ananda Dirgantara—musuh semasa SMA—dan justru berakhir di pelaminan. Tak berhenti sampai di sana, Rakanda Dirgantara—mantan cinta pertama Delilah—menjadi sang kakak ipar. Hadir juga hari dimana Raka menerima bantuan dari si jelita, Delilah. Membuat keruh hubungan rumah tangga Nanda dan Delilah yang telah menjadi seorang istri.

Dapatkah mereka akan melewati drama pernikahan dan pergulatan hati masing-masing? Akankah mereka berdamai dengan keadaan dan menemukan akhir yang bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nichi.raitaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 23

Detak jantung Delilah masih belum pulih. Menderu nyaris melompat keluar dari ruang dada kiri. Sepertinya Delilah harus membersihkan isi kepala saking keruh hingga tak bisa berpikir dengan baik. Cukup menguras energi mengurus si bayi, padahal hanya hingga Raka pulang kerja. Memberi kesan kuat pada si jelita, jika ternyata menjadi ibu bukan pekerjaan yang cukup mudah seperti yang terlihat. Akan tetapi, menjadi seorang istri yang tinggal dirumah sendirian kala sang suami sibuk bekerja juga membosankan.

Walaupun lelah, dia cukup terhibur berkat kehadiran Fera. Entah apakah wanita lain juga akan setuju dengan dirinya atau tidak. Namun, Delilah sedikit menikmati peran tambahan kali ini ketimbang hilang arah sendirian. Tadi, Raka hanya membantu Delilah melepas kaitan sabuk pengaman dan meletakkan kembali di posisi agar tak mengenai si bayi.

“Delilah, kenapa kau menutup mata? Adakah yang sakit?” Raka bertanya dengan raut khawatir.

Delilah menggeleng cepat. Lalu memilih segera membuka pintu dan keluar dari mobil. Menghirup udara sebanyak mungkin setelah tertahan.

Sekarang mereka sedang berjalan beriringan di jajaran rak, mencari susu formula dan keperluan lain untuk Fera. Jika dilihat secara sekilas memang mereka begitu serasi menjadi pasangan muda dengan satu bayi ditengah pernikahan bahagia. Sudah berapa pasang mata memperhatikan dengan kagum. Tak jarang yang berbisik dan menelisik. Raka dengan jelas menangkap beberapa gelagat dari sekitar dan hanya melempar senyum tanpa penjelasan. Rasanya, itu tak diperlukan.

Perlukah aku berseru, jika dia hanya adik iparku? hati Raka bergumam sambil menggaruk tengkuk yang tak terasa gatal.

Namun, si jelita terlihat tak peduli dan melanjutkan langkah. Mereka sibuk memilih hingga tak menyadari sepasang mata tengah mengamati dari kejauhan. Penuh selidik si penguntit terus mengikuti Deli dan Raka. Sampai sudah tak tahan lagi memotret kembali kedekatan dua manusia berlawanan jenis tersebut.

“Apa sudah gila? Dia memiliki bayi!” gumam si penguntit sambil terus memotret.

***

Nanda sedang berada di pantry mengambil satu sachet kopi yang dilewatkan saat pagi. Dia masih memiliki jadwal kedua dan masih harus bertahan dengan antrian pasien. Masih ada jadwal operasi setelah jam praktek berakhir. Dia menghembuskan napas sambil mengaduk kopi yang masih mengepul. Sekelompok perawat masuk tanpa menyadari keberadaan Nanda. Sibuk berbincang dan sesekali terkikik.

“Tadi heboh di lantai lima, tau nggak?” Suara satu perawat bertubuh gembil terdengar seperti jago gosip.

“Emang ada apa, sih?” Teman si perawat di sisi kanan menanggapi.

“Ada foto model nyasar, istrinya mana mungil cantik banget. Tadi ikut ngintip, sebelum mereka pulang.” Si gembil bersuara lagi. “Anaknya juga gemes banget, rambutnya lebat. Padahal baru seminggu.” Terdengar kalimat susulan.

“Eh, tadi aku juga lihat. Tapi, kok pas ngeliat si papanya kayak mirip siapa, ya?” Perawat di sisi kiri ikut bersuara setelah menyimak.

“Aduh, ibu-ibu sudah bergosipnya. Ckckck ….” Nanda yang duduk di pojok ruangan tak tahan hanya mendengarkan.

“Eh, Dokter Nanda.” Ketiga perawat menyahut bersamaan dan menunduk hormat.

Si dokter kemudian meninggalkan ruangan dengan gelengan kepala. Dia harus bersiap untuk sesi lanjutan. Sedangkan tiga perawat tadi hening terdiam. Dua diantara mereka menyadari sesuatu, jika orang yang digosipkan memang sangat mirip dengan sang dokter.

“Kakak dok Nanda, orang dalem, ‘kan?” Si gembil bersuara lagi.

Dua perawat lain mengangguk setuju. Kendati demikian, mereka juga tak tahu pasti. Belum pernah ada yang melihat dua saudara itu bersanding bersama. Lalu di sisi lain, gosip sudah menyebar seperti wabah. Maklum, dinding bercat putih sepanjang lorong berbau obat di sana terkadang memiliki telinga, mata bahkan mulut.

“Tapi, kalau cuma mirip ini keterlaluan nggak, sih?” Perawat di sisi kiri menyikut singkat si gembil yang terpaku.

“Astaga, sebenarnya kalian membicarakan apa?” Perawat di sisi kanan menaikkan volume suara.

Dua teman tadi menyuruhnya tenang kemudian membawa si kanan duduk di pojokan menghadap tembok.

“Tadi tuh ada orang tua pasien, cakep banget. Kelihatan serasi, nah, si ayah sepertinya mirip dokter Nanda.” Si gembil berbisik. “Makanya, aku tanya. Kakak dokter Nanda juga bekerja disini, ‘kan?”

“Betul, lalu kakak dokter Nanda memang sudah menikah juga toh?” Si perawat di kiri menanggapi.

“Oh, begitu. Berarti benar, wanita mungil tadi si istrinya.” Si kiri kini masuk ke dalam obrolan, dua temannya mengangguk setuju.

Nanda telah menyelesaikan pekerjaan, langit luar sudah berbintang. Begitu pula tanah di ibukota, telah tertancap gemerlap lampu di tanah. Namun, kota yang seolh tak pernah mati itu masih berisik. Kendaraan berlalu-lalang tak henti. Si dokter ikut meramaikan malam membelah jalanan menuju tempat ternyaman.

Di lain sisi, Delilah masih sibuk mengganti popok dan menimang bayi mungil nan cantik. Dia terus memberontak kala tertangkap tangan sang ayah. Justru lebih memilih tante tercinta untuk menggendongnya. Fera masih menangis dan mendapat satu bobol susu tambahan. Setelah beberapa saat si bayi mungil mulai tenang dengan mata terpejam. Sang ayah penasaran mengintip dari celah pintu yang sengaja terbuka.

Masih terdengar suara Delilah yang mendesis sambil memegang botol susu dan menepuk pelan si bayi. Terlihat telaten dan kompeten, tanpa sadar dua sudut bibir Raka tertarik ke samping membentuk sunggingan. Hati sang ayah menghangat dan tergenang air di pelupuk mata. Kemudian tersadar dan menggelengkan kepala cepat.

Sial, aku sudah tidak waras. Dia istri Nanda, adikku. Aku tidak boleh memiliki pikiran bodoh! Tanah Feli bahkan masih basah! batinan Raka sibuk mengutuk kelakuan sendiri.

Lalu Nanda sampai di rumah dengan keadaan sepi dan gelap. Tak ada sambutan ataupun makanan hangat. Terpaksa dia meneguk air segelas dan memilih membersihkan diri terlebih dahulu sebelum beralih ke dapur untuk mengisi perut. Berulang kali terdengar helaan dan hembusan napas dari si dokter yang lelah. Dia masih berusaha memaklumi perlakuan Delilah pada sang kakak.

Tak beberapa lama kemudian terdengar tombol pintu ditekan dan suara pintu terbuka lalu menutup. Langkah perlahan Delilah masih tertangkap telinga Nanda yang belum tertidur. Jam sudah menunjuk angka sepuluh malam dan dia masih menunggu sang istri. Tiga ketukan membuat si pria melangkah ke arah pintu.

“Kau sudah makan?” Delilah berada di balik pintu dengan buah tangan, “Kak Raka menitipkan ini, untukmu. Dia bilang, kau menyukainya.” Delilah menyodorkan bungkusan.

Akan tetapi, Nanda sama sekali tidak menanggapi dan hanya menatap tanpa suara. Masih tak ada jawaban, lalu pint tertutup begitu saja. Tepat di depan wajah Delilah.

“Hei, Nanda! Dimana sopan santunmu, dasar sialan!” Suara Delilah terdengar geram, tetapi Nanda tak menghiraukan.

Si jelita bersungut-sungut kembali ke kamar. Tentu tak lupa membanting pintu sebagai bentuk protes. Di dalam kamar dia masih mengomel tak henti. Setelah membersihkan diri dia segera masuk ke dalam selimut dan bergelut di alam mimpi. Dia menyiapkan tenaga untuk esok pagi, Raka bersiap sangat pagi jadi dia juga harus segera kesana.

***

Simbok Yem sudah berkutat di dapur, berusaha setenang mungkin memasak hidangan pagi. Agar tak membangunkan penghuni rumah. Masih menjadi tanda tanya besar ketika melihat dua majikannya keluar dari kamar yang berbeda. Dia beralih selalu mengunjungi rumah Nanda dan Deli saat pagi demi memasak sarapan. Ah, sebetulnya dia berada di sana untuk membantu Delilah berlatih mengurus dapur. Namun, hingga kini belum terjadi juga.

“Pagi, Mbok. Kok tidak dengar kapan datang?” Suara Delilah sedikit membuat mbok berjingkat.

“Nyonya, maaf. Membangunkan, ya?” Mbok Yem tersenyum sambil menunduk, Delilah terlihat menggeleng dan menemani simbok berbincang.

Tak lama kemudian, pintu kamar Nanda terbuka, “Mbok, tolong taruh di tempat bekal saja, ya.” Nanda bersuara melewati dua orang yang memandang, dia mengambil segelas air lalu meneguknya hingga habis.

Netra Delilah mengikuti arah sang suami melangkah sambil mengernyit. Nanda sama sekali tak menatapnya. Si pria melewati mereka lagi menuju tempat sepatu. Simbok masih sibuk menyiapkan bekal. Lalu Delilah mengambil tas bekal, menyerahkan pada Nanda yang sibuk mengikat sepatu.

“Aku akan pergi—” Kalimat Delilah belum usai.

“Bukankah kau tidak memerlukan izinku?” Nanda memangkas suara Delilah dan menyambar tas bekal, kemudian berdiri.

“Ananda Dirgantara!” Delilah berteriak sangat kencang.

***

Yuk, terus support author dengan tombol like dan tinggalkan komentar kalian, ya. Terima kasih ... Sampai jumpa di next chapter 💗

1
Ripah Ajha
sungguh keren kata2mu Thor, aku jadi terhura eh terharu maksutnya🥰
nichi.raitaa: aw, terima kasih ya kakak juga sudah baca sampai akhir ... aku meleyot nihh 🫣🫠😘
total 1 replies
Krismargianti Andrean
lanjut thor nunggu nih ampe tambah es teh jumbo 5kali
nichi.raitaa: waduh kak ... apa nggak kembung 🤧 btw timamaciw sdh mampir, nih aku kasih 2 hati akuh 💗💗🫦
total 1 replies
Zee✨
hay kak nicki, aku mampir hehe semangattttt💪💪
nichi.raitaa: nyehehhee okidoki kak 💗 aku telhalu loh😵‍💫🫠
Zee✨: sama², nanti ye mau ngepel dulu😂😂
total 3 replies
Zee✨
dih kepedean amat bang😏
Zee✨: pantesan aku cari² nggak kelihatan, taunya di sana toh🤭
nichi.raitaa: 🤧😶‍🌫️ aku ampe ngumpet dibalik awan kakk
total 2 replies
Ripah Ajha
like Thor, tetep semangat update ya🥰
nichi.raitaa: terima kasih supportnya kak, wait ya 💗😘
total 1 replies
Ripah Ajha
gitu tu, kalok oasangan suami istri blom prnah mp, bawaannya emosi teros🤣
nichi.raitaa: aw ... si kk tau ajah 🤧🫣
total 1 replies
Ripah Ajha
keren karyamu thor
nichi.raitaa: terima kasih sdh membaca kak, semoga betah ya 💗
total 1 replies
·Laius Wytte🔮·
Kisahnya bikin baper, jadi terlarut sama ceritanya.
nichi.raitaa: terima kasih sudah membaca, Kak 💗 teruskan lagi yuk kakk 🥰
total 1 replies
Sandy
Seru banget, gak bisa berhenti baca😍
nichi.raitaa: terima kasih, sudah membaca kak 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!