Pandangan pertama seorang Aditya Pratama dengan model cantik bernama Kimberly Edelina Agatha membawa Aditya ke dalam perasaan yang tak dapat dijelaskan. Ketertarikan, obsesi ingin memiliki, atau mungkin jatuh cinta yang sesungguhnya. Pesona Kimberly membuat Aditya tak mampu melepaskan pandangan darinya. Hingga akhirnya, Kimberly luluh oleh karisma, segala perhatian, dan sikap manis Aditya padanya.
Kimberly harus menerima kenyataan getir setelah hatinya telanjur terpaut. Mengetahui Aditya ternyata pria beristri dan beranak satu, Kimberly mulai dilema.
Akankah Kimberly memilih bertahan dengan statusnya sebagai selingkuhan alias orang ketiga? Siapa yang jadi prioritas Aditya dalam hidupnya? Bisakah Aditya menolak pesona sang selingkuhan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon viaviana97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aura Berbeda
Aditya terbangun sekitar pukul enam pagi. Begitu menoleh ke samping, ia mendapati kekasihnya masih tertidur lelap. Pria itu mengecup kening Kimy dengan mesra, sembari membenarkan selimut yang menutupi tubuh polos gadis itu agar menutup sampai ke lehernya. Aditya memandangi wajah manis gadisnya. Ia pun tersenyum, mengingat aktivitas bercinta mereka semalam. Benar-benar malam yang panas dan liar. Semakin lama, Kimy terlihat makin menikmati hubungan intim mereka dan itu tentu membuat Aditya senang.
Belum selesai melamun, Aditya terdistraksi oleh getar ponselnya. Tampak nama Sasa di layar. Sebenarnya, pria itu masih malas bicara dengan sang istri. Namun, ia kali ini memilih tetap menjawab panggilan itu karena berpikir siapa tahu ini soal Naya. Apalagi, tiba-tiba Sasa menghubunginya pagi-pagi begini.
Aditya memakai celana panjangnya, lantas menyingkir ke dekat balkon kamar apartemen Kimy untuk menjawab telepon Sasa. Ia tak ingin pembicaraan teleponnya mengganggu tidur Kimy.
“Halo, kenapa telepon pagi-pagi? Naya baik-baik aja, kan?”
“Kamu di mana, Dit?”
“Penting banget buat tau itu sekarang? Aku tanya soal Naya, Sa.”
“Naya gapapa. Tapi, aku telepon kamu sekarang juga karena dia. Kamu bisa pulang sekarang, kan. Naya ngotot, dia ngambek kalo kamu gak dateng sekarang.”
“Memang kenapa?”
“Jadi, di sekolah Naya, hari ini ada acara. Perwakilan orang tua harus hadir.”
“Kalo gitu, kamu ke sekolah Naya, lah. Temenin dia.”
“Masalahnya dia gak mau kalo aku yang dateng, Dit. Dia maksa penginnya sama kamu aja. Katanya dia, temen-temennya pada mau ditemenin sama papanya. Jadi dia juga maunya kamu yang temenin dia.”
“Astaga. Anak itu. Ya udah, bilang ke dia suruh tunggu dulu sebentar. Papanya pasti dateng. Aku on the way pulang.”
“Oke, Dit.”
Setelah pembicaraannya dengan Sasa, Aditya bergegas memakai kembali setelannya dengan rapi. Pria itu harus segera pulang karena putrinya tengah menunggunya.
Sebelum pergi, Aditya mengecup kening Kimy sekali lagi. Namun, itu justru membuat Kimy terbangun.
“Em, ehh Mas Ditya udah bangun?”
“Hai, morning, Sayang. Ini masih terlalu pagi. Kamu bobok lagi aja. Mas udah buat kamu capek banget semalem, kan. Bobok lagi, Sayang.”
“Memang jam berapa?”
“Baru pukul enam. Hm, tapi mas harus pulang sekarang. Putri mas ... dia minta mas anterin dia dan temenin dia di sekolah karena ada acara sekolah yang minta perwakilan orang tua buat hadir. Dia gak mau sama Sasa, penginnya sama mas.”
“Em, oke.”
“Kamu ada pemotretan hari ini?”
“Ada. Nanti sekitar jam setengah sembilan.”
“Maaf, ya. Hari ini mas gak bisa anter kamu. Mas gak tau acara sekolahnya Naya berapa lama dan selesai jam berapa. Tapi, nanti kalo udah selesai, mas pasti sempetin mampir ke lokasi kamu. Kamu share lokasi pemotretan kamu hari ini ke mas, ya.”
“Oke. Gapapa, Mas. Aku bisa bawa mobil sendiri. Ya udah, sana, Mas pulang, gih. Udah ditungguin, kan.”
Aditya mengelus kepala Kimy lembut.
“Mas sayang kamu. Oke, mas pulang, ya. Daa Sayang!”
Sang CEO meninggalkan apartemen Kimy. Sementara itu, karena masih cukup lelah akibat permainan semalam, Kimy kembali memejamkan matanya. Model itu pikir, ia masih bisa tidur sebentar lagi sebelum nanti bersiap berangkat ke lokasi pemotretan.
***
Kimy sampai di lokasi pemotretannya. Ia kembali mengikuti arahan manajer, pemilik brand fashion, serta sang fotografer untuk menghasilkan potret yang apik. Tak seperti beberapa hari kemarin, hari ini, aura yang berbeda tampak dari diri gadis itu. Mungkin ini pengaruh dari kembali berbaikannya ia dan Aditya. Kimy tak begitu menyimpan beban dan aura kesedihan lagi. Ice pun menyadari perubahan Kimy hari ini. Sejak semalam, sang model sudah bertekad dan memutuskan tak mau ambil pusing soal status kebersamaannya dengan Aditya. Mau dikata orang ketiga, selingkuhan, atau perebut suami orang, ia persetan.
Lagi pula, ia kembali juga atas permohonan Aditya. Aditya yang keras kepala dan bersikeras. Kimy yakin, Aditya takkan membiarkan terjadi masalah pada gadisnya akibat hubungan mereka. Yang penting mereka sama-sama bahagia. Kimy pun sudah telanjur cinta.
Menjelang jam makan siang, Aditya menepati janjinya. Ia menemui Kimy di lokasi. Kimy yang senang dengan kehadiran Aditya, langsung menghambur ke dekapan sang kekasih.
“Mas...”
“Hmm. Hai, Sayang. I miss you.”
“Acara putri Mas udah selesai?”
“Udah. Cuma sebentar, kok, tadi. Habis dari sekolah Naya, mas tinggal meeting sama klien di luar, terus selesai itu mas langsung ke sini. Pengin lunch bareng kamu. Kamu belum makan siang, kan?”
Kimy melepaskan pelukannya, tetapi ia masih enggan jauh-jauh dari Aditya. Ia masih bergelayut manja pada sang CEO, sembari mengalungkan tangannya ke leher prianya.
“Aku belum makan, kok, Mas.”
“Okey. Jadi, kita mau lunch di mana? Mau ke luar atau ....”
“Uhm, sebenernya aku masih mager keluar, sih, Mas.”
“Hm, ya udah. Kalo gitu, kita order makanan lewat aplikasi aja, terus kita makan bareng di sini. Gitu, yah?”
“Iya, Mas.”
“Sip. Wait, biar mas orderin dulu sini. Kamu pengin makan apa, Sayang?”
“Up to you, Mas Ditya-Sayang. Mas aja yang pilihin.”
“Oke. Siap, Cantik!”
Kimy menemani Aditya duduk di sofa sembari memilih-milih menu makanan. Tangan Kimy masih merangkul lengan kekar Aditya. Mereka masih fokus memilih, sampai tiba-tiba Ice menghampiri mereka.
“Ehem, yang ceritanya udah baikan, nih. Pantes aja Kim, Kim dari pagi kelihatan hepi, beda dari kemarin-kemarin,” seru Ice.
“Hm, Ice ... ya, aku dah baikan sama Mas Ditya.”
“Selamat, ya. Ice seneng lihatnya kalo pada baik-baik begini. Semoga langgeng dan gak ada berantem-berantem lagi.”
Sebenarnya, Ice agak terkejut. Ada apa ini? Akhirnya, Kimy meninggalkan prinsipnya. Jadi, gadis itu rela jadi selingkuhan? Ice punya banyak pertanyaan untuk Kimy. Namun, ia pikir tak perlu membicarakannya sekarang juga. Apalagi, Aditya juga masih ada di sana. Apa pun itu, yang jelas Ice ikut senang melihat bestienya bahagia.
“Makasih, Ce!”
“Em, buat Om Aditya, pesen aku satu, Om. Jagain Kim dan jangan sampe nyakitin Kim lagi. Aku gak akan tinggal diem kalo nanti lihat Kim sedih lagi gara-gara Om.”
“Iya, Ice. Saya janji soal hal itu. Saya sayang sama Kim. Saya juga gak suka lihat dia sedih dan kecewa.”
“Sipp. Okey, deh. Ice gak mau jadi obat nyamuk di sini. Ice pamit dulu, ya. Silakan, dilanjut mesra-mesraannya. Ice gak mau ganggu, kok. Have fun, ya, Kim!” kata Ice sebelum berlalu ke sisi lain lokasi.
“Astaga, Ice itu.”
“Sayang, Ice itu emang bener-bener bestie banget sama kamu, ya. Dia serius kalo soal jagain kamu. Mas kayaknya harus banyak sungkem sama dia biar dapet restu dan hubungan kita bertahan lama.”
“Hahaha, ya ampun, Mas. Ada-ada aja. Aku tuh emang udah lama bareng-bareng Ice terus. Dia emang gitu, suka jagain aku. Aku serasa punya abang kalo sama Ice.”
“Hm, maksudnya, brother or sister?”
“Ihh Mas Ditya, hayoloh ntar aku aduin ke Ice, ah.”
“Hey, jangan lah, Kim. Bisa-bisa mas di-black list, gak direstuin sama kamu.”