Dilema Selingkuhan
Kimberly tak sengaja melihat sebuah dompet terjatuh dari saku seorang pria. Pria yang cukup tampan dan terlihat mapan baru saja berdiri, beranjak dari mejanya yang kebetulan cukup dekat dengan meja Kimberly.
Gadis cantik berusia 26 tahun itu pun tergerak untuk mengambil dompet yang tergeletak di lantai dan mengejar si pria yang diyakininya sebagai sang pemilik dompet.
“Permisi, maaf,” ucap Kimberly begitu tepat di belakang sang pria.
Tak sampai lima detik, pria itu berbalik. Kini, pandangan matanya bertemu dengan manik mata indah milik Kimberly.
“Kamu yang mau bicara dengan saya?”
“Iya. Ini ... apa ini milik Anda?” Kimberly menyodorkan dompet yang ia bawa.
Pria itu mulai merogoh sakunya. Ia baru menyadari sudah kehilangan sesuatu.
“Oh, astaga. Ya, ini milik saya.”
“Saya temukan jatuh di lantai tadi. Kebetulan meja kita cukup dekat.”
“Terima kasih, ya. Kamu benar-benar jadi penyelamat saya hari ini.”
“Tidak masalah. Baiklah, permisi.”
Kimberly hampir berlalu. Namun, refleks tangan si pria meraih bahu Kimberly, hingga ia pun harus berbalik lagi.
“Tunggu.”
“Ya? Kenapa?”
“Boleh saya tau nama kamu?”
“Kimberly.”
Mereka berjabat tangan sebagai tanda perkenalan.
“Saya Aditya Pratama. Senang bisa berkenalan dengan kamu.”
Hampir-hampir Aditya enggan melepaskan jabat tangan mereka. Ia terlalu terpesona melihat kecantikan di hadapannya. Selain mata yang indah, rambut kecokelatan yang tergerai, tuturnya yang lembut, postur tubuh yang terbilang seksi, serta senyum yang tercetak dari bibir merah muda nan begitu menggoda.
“Em, senang berkenalan dengan Anda juga, Tuan Aditya.” Suara gadis itu membuyarkan fantasi Aditya. Seketika tangan mereka saling terlepas.
“Panggil Ditya aja, gak perlu terlalu formal.” Aditya mengambil sebuah kartu dari dompetnya lalu menyerahkannya kepada Kimberly. “Ini kartu nama saya, kamu boleh hubungin saya kapan pun kalo perlu sesuatu.”
Setelah menerima kartu nama Aditya, Kimberly berlalu lebih dulu meninggalkan kafe. Aditya masih sibuk memaknai degup jantungnya yang berbeda kali ini sambil menatap punggung Kimberly yang makin lama makin jauh. Seketika, ia tersentak mendengar suara tangan kanannya.
“Pak Adit, apa kita bisa pergi sekarang? Setelah ini Bapak masih ada pertemuan lagi.”
“Oh, ya baiklah. Kita berangkat sekarang,” sahut Aditya.
Aditya kembali dengan kesibukannya di kantor. Menjabat sebagai CEO salah satu perusahaan multinasional di kotanya membuat ia harus mengurus banyak hal. Pria 34 tahun itu sudah lihai dalam bidangnya sejak beberapa tahun terakhir. Bisa dibilang, perkembangan dan kemajuan perusahaannya pun cukup pesat.
Di sela pekerjaannya, separuh pikiran Aditya masih melayang, memikirkan satu sosok yang baru beberapa jam lalu dikenalnya. Bayangan akan gadis itu begitu melekat. Mungkinkah ia jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Kimberly?
“Kimberly. Hm, kayaknya wajahnya gak asing. Pernah lihat sekilas, tapi di mana, ya?”
Aditya merasa pernah melihat sosok Kimberly sebelumnya, padahal ini pertemuan pertama mereka. Ia pun berpikir keras, mencoba mengingat-ingat kembali.
“Ah, apa iya, di ....” Aditya beranjak dari kursi kebesarannya. Ia beralih ke rak buku di pojok kanan ruangannya, memusatkan perhatian pada tumpukan majalah fashion yang pernah dibacanya.
Begitu Aditya membolak-balik salah satu majalah, akhirnya ia menemukan yang ia cari.
“Nah, ketemu. Ya, gak salah lagi. Ini dia. Kimberly Edelina Agatha—model majalah fashion. Pantes rasanya gak asing. Gak heran sih, dia model, cocoklah, orang secantik itu,” gumam Aditya.
Aditya rasanya tak bisa menunggu sampai Kimberly menghubunginya lebih dulu. Lagi pula, gadis itu tentu perlu alasan tepat untuk menghubunginya. Bila tak ada alasan, sudah pasti kartu nama itu hanya terbengkalai.
“Halo, Sam, kamu cari tau apa pun informasi tentang Kimberly Edelina Agatha—dia model fashion yang cukup terkenal. Harusnya gak terlalu sulit bagi kamu. Saya udah kirim fotonya ke email kamu. Segera kabarin saya begitu dapet info apa pun.”
“Baik, Pak.”
Hanya dengan satu panggilan telepon saja, Aditya bisa melakukan apa pun untuk mendapatkan informasi yang ia inginkan. Ia memiliki banyak anak buah yang cukup andal. Tak dalam waktu lama, Aditya pasti dapat mengetahui segala hal tentang Kimberly.
Mungkin terkesan gila, Aditya langsung menyuruh anak buahnya mencari tahu apa pun tentang Kimberly bahkan belum selang sehari Aditya berkenalan dengan Kimberly. Ya, beginilah jika seorang Aditya telanjur tergila-gila.
***
Sepulang dari pemotretan, malam ini Kimberly pergi ke club bersama beberapa temannya. Ya, sekadar untuk mengobrol, bersantai, dan menikmati musik. Kimberly tak terlalu suka larut dalam lantai dansa yang cukup berdesakkan. Ia pun ke club hanya sesekali. Dan malam ini pun, ajakan temannya yang membuatnya kemari.
Waktu menunjukkan hampir pukul sepuluh malam. Satu per satu teman Kimberly pamit pulang lebih dulu dengan berbagai alasan. Kebanyakan ingin melanjutkan ‘kencan’ di tempat lain. Sementara Kimberly masih tinggal di salah satu sisi meja bar, masih enggan untuk pulang.
Ada beberapa pria mendekat ke arahnya, silih berganti mengajaknya berkenalan. Namun, rata-rata dari mereka mendapatkan respons kurang hangat dari Kimberly. Kimberly sedang tidak mood untuk sekadar berbasa-basi atau bermain-main dengan pria-pria bertampang buaya.
Hingga akhirnya ada seorang pria yang berani duduk di sampingnya, bahkan mengajaknya bicara tanpa canggung. Pria itu tetap bertahan, bagaimana pun respons Kimberly padanya.
“Hai, kamu sendirian aja?”
“Udah bisa dilihat, kan? Sorry, lagi gak minat basa-basi.”
“Hm, okey. Jadi, gak perlu basa-basi, maunya langsung jadi aja, ya?”
Kimberly baru mengetahui siapa yang ada di sampingnya begitu ia menoleh dan memandang saksama wajah pria itu.
“Anda?”
“Kita ketemu lagi. Kebetulan yang menyenangkan, buat saya.”
“Maaf, saya kira tadi—
“No problem. Pasti sebelumnya banyak pria yang gangguin kamu, ya? Ya, siapa sih, yang gak tertarik sama gadis secantik kamu?”
“Em, bukan begitu.”
“Kamu udah lama di sini? Sering ke sini sendirian, kah?”
“Belum lama, kok. Gak begitu sering juga ke sini, cuma sesekali. Tadi saya ke sini bareng temen, tapi mereka udah pulang duluan. Anda sendiri, sering ke sini?”
“Ya, lumayan. Buat ngelepas penat aja, sih.”
“Pasti Anda orang sibuk. Kelihatan dari penampilan.”
“Kadang penampilan juga bisa menipu, kan? By the way, jangan terlalu formal. Udah saya bilang, kan, cukup panggil saya Ditya. Sepertinya usia kita gak terlalu beda jauh, kan. Apa saya terlihat setua itu?”
“Ha-ha, gak juga, kok. Baiklah, Tuan—em, Ditya.”
“Jangan pake ‘Tuan’ lagi, plis. Ehm, saya udah tau, kamu itu model yang cukup terkenal. Saya beberapa kali jumpa wajah kamu di majalah fashion yang saya baca, Kimberly Edelina Agatha.”
“Cukup panggil saya Kim. Beberapa orang yang cukup deket sama saya lebih sering panggil saya Kimy.”
“Oh, okey. Jadi, saya juga boleh panggil kamu Kimy, kan?”
“Silakan aja.”
“Karena saya juga mau jadi salah satu bagian dari mereka yang deket sama kamu.”
Kimy hanya menanggapi dengan senyum lalu kembali meneguk minumannya.
“Itu ... kamu juga ‘minum'?” sela Aditya.
“Ya. Sedikit. Saya tau kapan harus berhenti, gak mau sampe mabuk juga. Saya masih inget harus bawa mobil buat pulang.”
“Kalo gitu, biar saya minta orang saya bawa mobil kamu lalu kamu pulang sama saya aja. Saya anter kamu.”
“Gak perlu.”
“Jujur, saya pengin tau di mana tempat tinggal kamu.”
“Untuk apa?”
“Mengenal kamu lebih dalam.”
“Maaf, ini baru pertemuan kedua kita, tapi Anda—
“Apa saya terlalu agresif? Tapi, siapa yang bisa nolak pesona kamu, Kim? Wajar aja kalo saya tertarik sama kamu, kan? Saya pria normal.”
“Ter-ta-rik?”
“Ya. Memang apa yang salah, Kimy?” Aditya meraih punggung telapak tangan Kimy, mengusapnya lembut. “Kamu buat saya berdebar sejak pertemuan pertama kita waktu itu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Uthie
coba mampir 👍
2024-04-26
1