Aku tidak bisa menceraikan mu shafa, tapi aku juga tidak bisa meningalkan alena, apa lagi saat ini alena tengah hamil anak ku, dan aku juga sudah berjanji untuk bertanggung jawab.
begitu lah ke egois san Cakra sebagai seorang suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja ardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membuag berlian demi sebuah batu kerikil
****
Ditempat berdeba, Alena yang sudah menjalani pengakatan rahim dari sebulan yang lalu, kini tampak lebih sehat dari sebelumnya.
Hanya saja gairah hidupnya serasa lenyap, sebab menghadapi kenyataan bahwa kini dirinya tak lagi sempurna.
cukup memberikan tekanan mental yang begitu berat. ditambah lagi kedua anak nya dari hasil pernikahan sebelum nya lebih memilih hidup bersama Satrio selalu ayah kandungnya.
Kehidupan mereka sekarang benar-benar layaknya jatuh dasar kejurang.
bahasa satu satunya harta milik Cakra ya itu mobil terpaksa dijual untuk biaya oprasi Alena.
Cakra sudah berusaha memasukkan beberapa lamaran pekerjaan ke berbagai perusahaan, namun tak ada satu pun perusahaan menerima nya.
Akhirnya mau tidak mau Cakra kerja sebagai driver ojek online, yang tadinya pakai mobil kini memakai sepeda motor.
agar keduanya bisa tetap bertahan hidup.
Sedangkan Alena hanya bisa diam dirumah, tanpa bisa membantu Cakra mencari nafkah.
"Cakra melepaskan helm nya meletakkan dikursi kayu kontrakan nya.
wajah maskulin yang dulu selalu dipuji Alena kini tampak lusuh.
warna kulitnya tampak menghitam akibat setiap hari terpapar sinar matahari.
" Hari ini masak apa Al...?
mas sudah lapar ini ucap nya seraya membuka tudung saji yang isinya hanya terdapat nasi putih.
"Seharian kamu ngapain Al..?
kenapa cuma ada nasi putih?
"Aku males masak ma,!
Kamu kalau laper beli aja tuh di warteg atau apalah mas, sama sekalian beliin untuk ku juga.jawab nya.
"Cakra menghela nafas guna menumpuk kesabaran, memang begini sifat Alena kerap abai dengan tanggung jawabnya sebagai istri.
Jauh berbeda dengan Shafa yang bahkan tak pernah lalai walau dalam keadaan kurang sehat pun.
" Al,, kamu itu bisa gak, buang kebiasaan malas mu itu, aku ini capek pulang kerja untuk memenuhi kebutuhan mu.
dan sekarang aku hanya butuh disediakan makanan sa,,
"Mas,,, Alena cepat menyela.
Ribet banget sih mas, kamu kan ada uang tinggal beli tu nasi + lauk nya di warteg. ucap nya
Cakra menampakkan wajah marah, senyum yang dulu amat dikagumi Alena yang kini jarang sekali wanita itu dapatkan lagi setelah keinginan nya untuk bersatu dengan Cakra dapat tercapai.
kini pria itu selalu menampakkan wajah masam.
"Kamu itu ya Al,,, suami pulang kerja bukannya disugguhi minum atau apa malah enak enakan main handphone.
Dulu Shafa tak pernah sedikitpun lalai, ia selalu menyiapkan semua kebutuhan ku, dari mau berangkat kerja sampai pulang kerja!
Cakra menyanjung mantan istri nya itu.
Alena yang mendengar pun merasa sakit hati.
padahal sejauh ini perjuangan nya untuk mendapatkan Cakra dan hati nya, sudah terlampau banyak menurut versi dirinya sendiri.
"Apa apaan sih mas"?
Kenapa kamu sering banget bandingkan aku sama mantan istri kamu itu? peliknya
Cakra itu mengusap wajah nya dengan kasar.
Pria itu mengambil tudung saji kemudian meletakan kembali ketempat semula.
" Jaketnya yang berwarna kombinasi kuning dan hitam itu ia raih begitu juga dengan helmnya, hendak melangkah pergi.
Pria itu lebih memilih pergi, jika ia tetap disitu sudah pasti akan menjadi pertengkaran yang tak akan menemukan titik ujung.
Yang ada keduanya malah saling menyalahkan, saling menyakiti dengan kata-kata.
itu yang sering terjadi menghiasi rumah tangga nya yang jauh dari apa yang diimpikan.
"Terus saja terus mas" kamu sanjung wanita itu"
Teriakan Alena masih terdengar jelas sebelum akhirnya kendaraan roda dua miliknya melaju meninggalkan rumah kontrakannya.
Biarlah nanti dirinya makan siang di warteg daripada harus pulang kerumah hanya membuat nya semakin terasa stress.
Tak pernah Cakra mendapat sambutan yang menciptakan kenyamanan, ketentraman, dan kebahagiaan seperti yang Cakra impikan dulu.
Perlakuan wanita itu jelas jauh berbeda dengan Shafa yang selalu mengistimewakan nya,
Cakra menyesal "Ya tentu juga"
Bahkan kalimat apa pun tak mampu mendeskripsikan bagaimana rasa sesal seorang Cakra.
namun percuma semua sudah terjadi.
"Bodoh memang kamu Cakra, kamu telah membuang sebuah berlian hanya demi sebuah batu kerikil. gumamnya sendiri dalam hati.