Vivian Lian di hidupkan kembali setelah mendapatkan pengkhianatan dari suaminya dan adik tirinya. Di kehidupan lalu, dia mempercayai ibu tirinya dan adik tirinya hingga berakhir mengenaskan. Dia pun melakukan cinta semalam dengan calon tunangan adik tirinya hingga mengandung anak sang CEO demi membalaskan rasa sakit hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teman Dalam Pernikahan
"Aku memang tidak bisa yang percaya yang namanya cinta? Tapi kenapa saat Vivian mengatakan tidak mempercayai ku rasanya sakit? Ah sial!"
Merasa kesal dengan ucapan Vivian, Anderson menyibukkan diri dengan pekerjaannya itu.
....
Vivian menggeliat manja, ia membuka kedua matanya. Hidupnya terasa bahagia, bebas dari dua wanita ular yang berada di runahnya. Akhirnya ia bisa merasakan hidup bebas.
Udara dingin masuk melewati jendela kaca. Semilir angin yang masuk membuat tubuhnya langsung segar. Ia menyingkap selimutnya dan menuju ke arah jendela.
Tanpa sadar seorang pria berjalan ke arahnya dan memeluknya dari belakang. Pria itu mencium dengan mesra sebelah bahunya.
"And,"
Anderson mencium bahu Vivian yang lainnya dan menyingkap rambutnya, ia mencium mesra lehernya dan memberikan sebuah tanda kemerahan. "Kau sudah bangun." Dagu runcingnya ia sandarkan pada bahu Vivian.
"Bagaimana tidur mu? Nyenyak?" tanya Anderson.
Tadi malam ia berniat untuk tidur sendiri di sofa ruang kerjanya, tapi kedua matanya tak bisa terpenjam. Kehangatan tubuh Vivian bagaikan candu untuknya.
"Vivian, aku ingin mengatakan sesuatu."
"Serius."
Vivian melepaskan tangan Anderson yang melingkar di atas perutnya. "Apa?" tanya Vivian.
"Kita pernah di kecewakan oleh cinta. Aku pernah mengalaminya, bahkan karena itu aku tidak mempercayai cinta dan kau juga tidak percaya dengan adanya cinta. Mari dalam pernikahan ini kita berteman, kita buat pernikahan ini kesenangan."
"Baiklah." Ucap Vivian. Dia menyetujui perkataan suaminya, karena ia juga tidak mempercayai cinta, tapi ia tidak pernah menyangka suaminya akan membuat satu atap ini bukan namanya pernikahan hanya sebuah pertemanan. Ada rasa nyeri di hatinya, tapi ia mengabaikannya, karena nyeri sedikit ini tidak sebanding dengan nyeri jika ia di lukai untuk yang kedua kalinya.
Anderson menyerang bibir manis Vivian, keduanya terbuai dengan permainan lidah yang saling bertautan untuk waktu yang cukup lama.
Anderson melepaskan bibirnya, untuk beberapa saat Anderson membuat Vivian menarik dalam nafasnya.
Vivian menatap wajah tampan Anderson tanpa berkedip. Perlahan wajah Anderson kembali mendekat dan membuat wajah keduanya berjarak beberapa senti saja.
Anderson kembali menciumnya, nafasnya terasa berat. Tubuhnya memanas, miliknya menegang, terasa sesak dan ingin di keluarkan. Kedua tangannya dengan lihai membuka piyama milik Vivian dan menyisakan lingerai berwarna pink.
Vivian mengalungkan tangannya ke leher Anderson. Ia menyeimbangi permainan Anderson. Pria itu langsung menggendong Vivian ke arah ranjang. Dia membaringkan Vivian dengan lembut. Kemudian melepaskan jubah tidurnya hingga menyisakan boxer.
Dengan rakus Anderson kembali mencium Vivian. Dia terus mencium Vivian dengan rakus. Vivian me gelus barang di balik boxer itu dengan lembut. Ia menyentuhnya dan membuat Anderson melepaskan ciumannya hingga mengeluarkan suara merdunya.
Anderson menurunkan boxernya dan melepaskan lingerai sexy milik Vivian. Hingga ia melihat dua bongkahan kenyal itu. Anderson mencium dengan lembut dan bagaikan anak kecil ia bermain dengan lihai. Dua bongkahan milik Vivian semakin besar, bahkan tangannya itu terasa penuh saat memainkannya.
"Ah hh ...." Vivian merasakan sesuatu yang menusuk dengan lembut di rahimnya. Anderson menghoyangkan milknya dan melajukannya dengan lembut.
Vivian terus mengeluarkan suara indahnya, hanya beberapa detik, keringat membanjiri tubuh keduanya.
Anderson terus menghujami milik Vivian, ia menyuruh Vivian berbalik dan kembali melakukannya.
Hah
Hah
Vivian merasakan tubuhnya lelah, sebelah kaki Anderson melingkar di atas kakinya. Pria itu tidur miring dan melihat ke arahnya. Satu tangannya bermain di salah satu miliknya yanv sering Anderson mainkan.
"Kau tidak ke kantor?" tanya Vivian.
"Aku bosnya, aku masih ingin bersama mu."
Vivian akui, energi tubuh Anderson sangat banyak. Pria itu tidak terlihat lemas setelah pelepasan beberapa kali. Lain halnya dengan tubuhnya yang terasa remuk.
Drt
Vivian mengambil ponselnya yang berada di atas nakas. Ia memundurkan tububnya untuk bersandar. Anderson ikut bangkit, ia justru duduk di pangkuan Vivian dan bagaikan anak kecil yang sedang meminum asi ibunya.
Vivian menahan suaranya, ia hanya menatap Anderson dan mengelus lembut surai hitamnya itu.
"Iya?"
"Vivian nanti malam Mommy mengadakan pesta merayakan ulang tahun Daddy mu. Kau harus datang," ujar wanita di seberang sana.
Vivian hampir melupakannya, ia lupa jika Daddynya berulang tahun. "Baiklah, aku akan kesana."
Vivian memutuskan panggilannya. Ia menaruh ponselnya ke atas nakas.
"Siapa?" tanya Anderson. Dia bagaikan anak kecil yang memeluk Vivian.
"Mommy, Daddy ulang tahun," ucap Vivian.
"Baiklah, aku akan menemani mu nanti malam," ucap Anderson.
"Kau sebaikanya ke kantor, ini sudah jam berapa? Tidak ada rapat penting kah?" tanya Vivian. Suaminya ini sekalipun pemilik perusahaan kelewat santai.
"Baiklah aku sudahi dulu," Anderson turun dari pangkuan Vivian. Dalam keadaan tanpa busana dia menuju ke arah kamar mandi dan membuat wajah Vivian memerah. Sekalipun tadi melakukannya, tapi ia masih malu melihatnya.