Sebuah rasa yang sudah ada sejak lama. Yang menjadikan rasa itu kini ada di dalam satu ikatan. Ikatan sah pernikahan. Namun sayang, entah apa masalahnya, kini, orang yang dulu begitu memperhatikan dirinya malah menjadi jauh dari pandangan nya. Jauh dari hatinya.
Alika Giska Anugrah, wanita cantik berusia 25 tahun, wanita yang mandiri yang sudah memiliki usaha sendiri itu harus mau di jodohkan dengan Malik, anak dari sahabat orangtuanya. Lagipun, Giska pun sudah memiliki rasa yang bisa di sebut cinta. Dari itulah, Giska sangat setuju dan mau untuk menikah dengan Malik.
Tapi, siapa sangka, Malik yang dulu selalu mengalah padanya. Kini, malah berbanding terbalik. Setelah menjadi suami dari Giska, Malik malah jadi orang yang pendiam dan bahkan tak mau menyentuh Giska.
Kira-kira, apakah alasan Malik? Sampai menjadi pria yang dingin dan tak tersentuh?! Yuk baca! 😁
Kisah anak dari Anugrah dan Keanu--> (Ketika Dua Anu Jatuh Cinta)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuli Fitria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Paginya, Giska sudah di bolehkan pulang. Karena memang hanya luka luar saja, tidak ada luka dalam. Lagipula, Giska pingsan bukan karena kecelakaan, melainkan karena perut yang kosong. Sungguh, waktu mendengar apa yang Dokter katakan, Giska semakin malu. Ia tidak makan hanya karena suami dinginnya. Amit-amit, batin Giska.
Kini, dia sudah di rumahnya. Di dalam kamar yang tertutup rapat, bahkan pintunya di kunci. Karena, kini ia tengah memakai pakaian pendek, agar luka di sikutnya tidak terkena kain. Begitu juga lututnya. Karena kemarin, jatuhnya lumayan keras sampai bisa melubangi bajunya di bagian sikut dan lutut. Selebihnya aman.
Duduk memegang ponsel, bersandar pada kepala ranjang dan menatap layar yang tengah menampilkan wajah bunda, ayah, nenek nya.
"Kok, bisa sampai jatuh, Nduk?" tanya nenek Ranti di seberang sana.
Giska tersenyum, "ya bisa lah, Yang. Namanya musibah." jawab Giska.
Ayah Keanu menggelengkan kepalanya, "hati-hati, kalau berkendara. Jangan kebut-kebutan." begitu ucap Ayah Keanu, saat dirinya terpampang di layar sang putri.
"Suruh, antar jemput Malik saja, sih Lik. Bunda nggak bisa lihat kamu kayak gitu." ujar Bunda Anugrah dengan ujung mata yang bolak-balik ia usap menggunakan ujung jilbab.
Wanita yang sudah tua, namun masih cantik itu tak tahan melihat putri satu-satunya sakit, terlebih jauh dari dirinya. Yang lebih membuat perasaannya sakit adalah, dia tidak bisa menemui putrinya itu. Karena Ibu Ranti, mertuanya tidak bisa di tinggal sendiri, ia takut Ibu mertua yang sangat baik itu kenapa-napa.
Giska yang menatap wajah bunda nya di layar ponsel pun tak kuasa untuk tidak menitikkan air mata. Lagi, hatinya memang tengah menginginkan sang bunda. Hidup seminggu lebih dengan suaminya malah membuat dirinya tidak betah. Kehidupan di ibukota yang awalnya tentram menjadi kacau setelah menikah dengan Malik si manusia es.
Bahkan kini, Malik tak ada menemuinya barang sebentar. Padahal ia sudah pulang dari mengantar kunci. Ya, Giska juga sudah memberi kabar pada Lisa dan Rere, agar mereka berdua libur hari ini. Namun mereka tetap meminta bekerja, alhasil Malik lah yang mengantar kunci ke toko.
Rasanya, Giska semakin kesal. Kini ia tak lagi penasaran. Justru rasanya ia sudah tak perduli pada Malik, walaupun jujur saja dalam hati kecilnya ia tetap menginginkan kalau sikap suaminya bisa berubah hangat padanya, walaupun sedang tidak bersama orang lain.
Ingin rasanya Giska mengatakan segalanya pada sang bunda dan mama Yuni, agar semua orang tahu dan bisa memarahi habis-habisan suami nya itu. Tapi, ia selalu mengingat nasihat-nasihat pernikahan yang pernah diberikan orang-orang tersayangnya. Seperti; "jika nanti kamu sudah menikah, jangan pernah menceritakan aib suamimu pada siapapun, karena aib suamimu, aibmu juga."
"Tapi, Bund. Aibnya menyakitiku," ucap Giska pada dirinya saat kembali mengingat apa yang bundanya katakan.
..._-_-_-_...
Hingga, hari-hari berlalu. Seminggu itu kini menjadi sebulan. Dan sikap Malik masih sama. Bahkan kini, Malik semakin dingin padanya. Tak lagi menjemput dirinya, saat dia pulang malam dari Toko. Tak perduli pada masakannya, bahkan tak perduli saat ia datang ke Kedai untuk menemui suaminya itu.
Waktu itu, Giska pulang pagi, karena ia menginap di toko. Untuk pulang malam, mungkin ia berani, namun, ia tentu tak tega jika harus membiarkan dua karyawati nya pulang dengan taksi. Dan paginya, saat ia baru sampai rumah. Keadaan sangat sepi, bahkan di depan rumah, mobil suaminya tak terlihat. Begitupun saat ia masuk ke dalam rumah. Sepi dan dingin. Tidak ada tanda-tanda manusia di sana.
Dari itulah, Giska mulai tak perduli walaupun rasa penasaran masih ada di ujung hatinya. Namun rasa lelah dan sakitnya luka sudah membuat ia harus bersikap bodoh amat. Tak perduli.
Seperti sekarang ini, ia tengah duduk di kamarnya. Baru saja ia selesai Shalat isya, namun sang suami belum juga pulang. Padahal tadi, saat Giska menelpon Mika, dia bilang Kedai sudah tutup dari jam lima sore.
Entah ke mana, Giska tak perduli.
..._-_-_-_...
Malamnya, saat Giska bangun untuk shalat malam. Ia mendapati Malik yang baru pulang. Dengan wajah lelah dan sayu. Namun ia tetap tidak menyapa. Keduanya saling diam dan tidak saling bertanya. Sama-sama tak perduli. Bahkan kini, tatapan Malik semakin membuat Giska muak saking dinginnya.
Malik langsung membawa tubuhnya untuk tidur di sofa ruang tamu. Sofa yang tiga minggu ini menjadi tempat favorit untuk Malik istirahat, dari setalah Giska kecelakaan.
Setelah mengambil wudhu, Giska pun kembali masuk ke kamar. Tak bertanya ataupun sekedar basa-basi. Namun, percayalah. Saat selesai sudah ia dalam sholatnya, air matanya kembali menetes. Bahkan semakin deras saat Giska menepuk-nepuk dadanya dengan tangan yang terkepal. Bibirnya bergetar, bahunya terguncang. "Sakit," gumamnya tak hampir tak terdengar.
Sekarang ... jika sudah sama-sama diam, apa yang akan keduanya lakukan? Jika rasa yang di miliki Giska bahkan semakin hari semakin pudar, rasanya semakin hari cinta yang ia miliki untuk suaminya semakin terkikis. Hilang termakan rasa sakit.
Di hatinya bahkan sudah mulai hilang nama yang dulu selalu ada di setiap doanya. Nama yang dulu selalu ia tunjukan kepada Tuhannya, bahwa ia mencintai makhluk ciptaannya yang satu itu. Tapi, mungkin sekarang Giska menyesal telah memasukan nama yang salah dalam setiap pinta dengan menengadahkan tangan. Memohon agar bisa di persatukan dalam ikatan yang halal.
Karena kenyataannya, setelah di persatukan dalam ikatan yang halal, keduanya bahkan seperti orang asing yang tak pernah kenal.
Sudah cukup. Giska menutup wajahnya dengan dua telapak tangannya. Menarik napas dalam-dalam dan menghembuskan nya perlahan. Meraup oksigen banyak-banyak agar sedikit saja mengurangi sesak di dalam dadanya.
..._-_-_-_-_...
Pagi menyapa, Malik baru saja pulang dari Masjid. Sekarang, seringnya dia juga pulang saat matahari sudah terlihat. Entah apa yang di lakukan lelaki 27 tahun itu di Masjid seusai shalat subuh berjamaah. Giska saja sampai terheran-heran dan penasaran. Tentu saja, penasaran nya hanya di dalam hati saja.
Giska yang tengah menyapu lantai sekilas melirik Malik yang masuk dan melewati nya begitu saja. Kini, bahkan salam Malik tak terdengar. Namun, Giska tetap menjawab, karena ia yakin saat suaminya masuk rumah pasti mengucapkan salam.
Seusai menyapu lantai, ia lantas balik ke belakang. Guna menjemur pakaian yang baru saja kering di mesin cuci. Setelah itu, ia lantas sarapan sendirian. Ia memang tetap masak dua porsi, tapi tidak saat makan tidak menawari sang suami. Ia takut rasa sakitnya semakin parah saat menawari makan namun tidak di hiraukan.
giska boleh nampak effort kamu tu untuk selesaikan masalah
nolong orang justru menyusahkan diri sendiri dan menyakiti keluarga.... hedeeee