R²

Liburan yang terasa begitu cepat sudah berakhir. Kini semua murid kelas 12 tengah disibukkan dengan belajar di siang malam untuk mempersiapkan ke jenjang perkuliahan nantinya. Raka dan Rissa sedang belajar bersama di perpustakaan sekolah, akhir-akhir ini mereka banyak menghabiskan jam kosong untuk pergi ke perpustakaan.

“Sayang… kamu nggak lapar?” rengek Rissa merasa lelah setelah belajar.

“Kamu kalau lapar makan dulu nggak apa-apa, aku belum lapar kok,” Raka menjawabnya sembari fokus membaca buku.

“Ih, kamu nggak capek apa belajar terus… itu matamu nggak bosen lihat tulisan di buku yang tebal banget?”

“Lebih baik sekarang capek karena belajar daripada besok capek menerima kebodohan,”

Entah dari mana Raka mengutip kalimat tersebut. Rissa menghela nafasnya dan menelungkupkan tangannya di atas meja, Raka yang melihat tingkah Rissa langsung menutup buku tebalnya itu.

“Yuk ke kantin,” ajaknya. Rissa mendongak melihat Raka yang sedang menatapnya.

“Kamu udah selesai baca bukunya?”

“Udah kok. Yuk makan,” Raka menggandeng tangan Rissa keluar dari perpustakaan, lalu berjalan menuju kantin sekolah. Mereka memesan beberapa camilan untuk mengisi perut.

Sesampainya di kantin, mereka memilih untuk membicarakan mengenai pendidikan yang akan dilanjutkan setelah lulus dari SMA ini.

“Jadinya kamu mau lanjut kuliah di mana?” tanya Rissa.

“Kalau nggak ke Unair ya ke UI,”

“Kamu jadi kuliah ke mana?” Raka bertanya balik padanya.

“Aku mau kuliah di Turki ngambil jurusan Psikologi,”

“Kenapa kamu mau ke luar negeri? Padahal nasi goreng di Indonesia juga masih enak loh,”

“Pengen nyari pengalaman aja sih,”

“Yah… habis ini LDR dong,” raut wajah Raka berubah seperti tak siap untuk berpisah jauh dengan Rissa.

“Kamu fokus aja sama kuliahmu, nanti pasti 4 tahun jadi nggak terasa gara-gara sibuk sendiri,” Rissa tersenyum berusaha meyakinkan Raka.

“Aku belum siap jauh dari kamu,” ujar Raka memelas.

“Udah jangan dipikirin, kan masih beberapa bulan lagi. Sekarang aku juga masih di sini nemenin kamu kok,”

Detik selanjutnya bel sekolah berbunyi, seluruh murid kembali ke kelas mereka masing-masing termasuk Raka dan Rissa.

...****************...

Malam ini, Raka dan Rissa berada di pasar malam. Mereka berjalan berkeliling untuk melihat wahana serta beberapa penjual di tempat itu.

“Raka… aku mau naik itu,” tunjuk Rissa pada sebuah bianglala raksasa.

“Kok manggilnya Raka sih?” protesnya.

“Hehehe… sayang, aku mau naik bianglala,”

“Ya udah yuk,” Raka menggandeng tangan Rissa lalu menaiki bianglala raksasa itu.

Setelah beberapa putaran, bianglala yang ditempati mereka berdua berhenti tepat di atas, sehingga mereka bisa menikmati indahnya kerlap-kerlip lampu kota.

“Eh lihat deh suasana kota kalau dilihat dari sini indah banget ya,” ujar Rissa takjub dengan pemandangan yang dilihatnya.

“Lebih indah lagi kalau aku lihatnya berdua bareng kamu,” Raka menatap Rissa dan tersenyum begitu manis kepadanya.

“Apa sih, gombal banget deh,” pipi Rissa memanas mendengar gombalan dari kekasihnya itu.

“Nggak apa-apa yang penting cuma sama kamu doang gombalnya,” rasanya Rissa ingin melayang-layang di angkasa kali ini.

“Rissa, I love you…” Raka mencium punggung tangan Rissa dan entah sudah berapa kali Raka membuatnya merasa menjadi gadis yang paling dicintai hari ini.

“I love you more,” jawabnya sambil tersenyum memperlihatkan lesung pipinya. Bianglala pun kembali berputar hingga putaran terakhir, lalu mereka berdua turun menuju stand penjual.

“Sayang, lihat deh lucu banget nggak sih?” Rissa memegang sebuah boneka teddy bear berbulu putih.

“Kalau suka ya beli aja,” jawab Raka seadanya.

“Ya udah deh aku mau ke kakak penjualnya dulu buat bayar ini,” Ia pun menuju kasir. Belum sempat ia menyodorkan uangnya, sudah ada tangan lain yang memberikan beberapa lembar kertas bernominal ratusan.

“Kok kamu yang bayar sih, padahal ini kan barangku,” protes Rissa saat keluar dari stand boneka tersebut.

“Nggak apa-apa, kan aku yang ngajak kamu jalan. Jadi kalau mau sesuatu biar aku yang bayar,”

“Ih kamu tuh ya! Mending uangnya ditabung daripada buat bayar barangku ini,” Rissa masih setia melanjutkan omelannya. Raka berhenti mendadak yang membuat Rissa juga harus menghentikan langkahnya.

“Aku udah punya tabungan bukan berarti aku sombong, tapi aku pengen buat kamu bahagia, karena kamu adalah segalanya bagiku,” Rissa menatap mata hazel Raka yang memancarkan cinta begitu tulus tanpa ada kebohongan satupun. Mendengar ucapan Raka, ia langsung memeluknya.

“Makasih ya udah jadi cowok yang sangat perhatian Makasih juga udah sayang sama aku,”

“Aku bakal berusaha membuat kamu bahagia denganku, karena kamu itu spesial di hatiku,”

Bintang bertaburan di langit menjadi penonton akan kisah sepasang remaja di mabuk asmara. Mereka tak pernah tahu tentang jalan yang telah digariskan Tuhan. Akankah mereka berdua akan saling mencintai selamanya atau terkikis oleh waktu juga tak akan ada yang tahu bagaimana jalan terjal dan lubang-lubang kekhilafan menjadi cobaan di sebuah hubungan nantinya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...