NovelToon NovelToon
Aku Hanya Figuran

Aku Hanya Figuran

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Sudah Terbit / Kisah cinta ini bikin baper!
Popularitas:62.3M
Nilai: 4.9
Nama Author: ErKa

Aku hanya seorang figuran dalam kisah cintamu. Tapi tidak apa-apa, setidaknya Aku masih bisa melihatmu. Aku masih bisa menyukaimu sebanyak yang Aku mau. Tidak apa-apa Kamu tidak melihatku, tapi tetap ijinkan Aku untuk melihatmu. Karena keberadaanmu bagai oksigen dalam hidupku. (Khansa Aulia)

*Update Senin-Sabtu
*Minggu Libur 😁



^ErKa^

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 3 - Bantuan Kecil

Pagi itu seperti biasa Aku bangun jam 4 pagi. Aku berbelanja sayur di warung dekat rumah. Aktivitasku setiap pagi sebelum berangkat sekolah adalah memasak, cuci baju, cuci piring, bersih-bersih rumah dan memandikan adikku yang baru kelas 2 SD.

Sebenarnya bangun di jam segitu tidak cukup untuk mengerjakan semua hal yang harus kulakukan. Tak ayal, sering sekali Aku telat berangkat ke sekolah.

Setelah mengantar adikku ke sekolah, Aku mengayuh sepeda

ke sekolahku sendiri. Dari ratusan murid yang sekolah di sana, hanya ada 3-4 siswa yang membawa sepeda kayuh sepertiku. Sisanya mereka membawa sepeda motor, antar jemput mobil pribadi, bahkan ada yang membawa mobil sendiri.

Terkadang Aku sedih juga melihat sepedaku yang berjejer dengan ratusan motor di sana. Sering kali mereka memindah-mindahkan sepedaku bila tidak mendapat parkiran. Bila waktu pulang sekolah datang, acapkali Aku masih berkeliling mencari-cari sepedaku.

Pagi ini untungnya Aku tidak telat. Jam pelajaran pertama yaitu mapel kimia. Karena dua hari yang lalu sudah membahas tentang teori, maka dipertemuan kali ini waktunya praktikum.

Guru menyuruh Kami untuk membentuk kelompok. Satu kelompok berisi lima orang. Setiap anak langsung membentuk kelompoknya sendiri-sendiri. Aku mencoba mendekati kelompok-kelompok itu.

"Bo-bolehkah Aku bergabung di sini?" pintaku.

"Maaf, sudah penuh." Terdengar jawaban ketus.

Aku beralih pada kelompok lain. Lagi-lagi jawaban yang sama yang Aku terima. Aku kebingungan. Aku memilih meja paling belakang dan duduk sendiri. Menatap teman-temanku yang sudah memiliki kelompok masing-masing.

"Khansa, kenapa Kamu sendiri? Mana kelompokmu?" tiba-tiba Alex datang menghampiriku. Perasaan senang dan gugup menjadi satu.

"Se-semuanya sudah pas. Aku sendiri..."

"Kamu ikut kelompokku saja. Kita di meja sana." Alex menunjuk meja paling depan. Aku menatap kebingungan. Aku menghitung anggota Alex, mereka juga sudah genap 5 orang.

"Tapi... Tapi kelompokmu sudah 5 orang..."

"Iya, tidak apa-apa. Guru juga tidak akan keberatan."

"Bolehkah?"

"Tentu boleh. Aku yang mengajakmu."

Dengan ragu Aku mengikuti langkah Alex. Seperti yang Aku duga, Aku tidak diterima di sana. Wajah-wajah masam memandangku dengan perasaan tak suka. Tapi Aku berusaha untuk tidak mempedulikannya.

Pelajaran kimia pun berlanjut. Karena Aku di anggap bodoh, mereka tidak mengijinkanku untuk berpartisipasi. Segala macam bentuk praktikum mereka kerjakan berlima tanpa mengajakku. Alex rupanya menyadari hal itu.

"Khansa, Kamu bantu mencatat ya. Kita yang praktik, oke?"

"Baik." Aku dengan antusias mengambil catatanku dan mencatat setiap reaksi yang di timbulkan.

Tugas praktikum pun dikumpulkan. Karena Alex cerdas, maka kelompok Kami pun mendapat nilai A. Aku yang hanya sebagai pelengkap ini ikut kecipratan mendapat nilai A. Aku sangat bersyukur. Aku semakin takjub memandang Alex.

Aku berpikir, tidak salah Aku menyukai pria itu. Alex benar-benar pria 99% ku!!

***

Semua mata pelajaran selesai jam 1 siang. Dilanjutkan dengan kegiatan ektrakurikuler sampai jam 3 sore. Setelah itu Aku sudah bersiap-siap pulang. Aku berjalan ke parkiran. Seperti biasa, Aku tidak menemukan sepedaku. Aku mulai mencari-cari. Seperti dugaanku, sepedaku berada di gudang belakang. Aku mengambil sepedaku dan mulai menuntunnya. Kurasakan sedikit berat. Aku mulai melihat memeriksa sepedaku. Ternyata ban belakangnya kempes.

Hah, sepertinya Aku harus menuntun sepedaku sampai rumah. Jarak sekolah dan rumahku mencapai 4 km. Cukup lumayan buat berolahraga.

Dengan santai Aku menuntun sepedaku. Aku tidak peduli dengan mata-mata yang melihat dengan kasihan, atau sekedar mencemooh. Hanya menuntun sepeda, tidak akan berat untukku.

Ketika sedang asyik menuntun sepeda, tiba-tiba Aku mendengar suara yang tidak asing menyapaku.

"Khan... Khansa, kenapa sepedamu?" Alex datang dan berhenti tepat di sebelahku. Dia menggunakan motor.

Salah satu hal yang Kusukai dari Alex, meskipun dia berasal dari keluarga kaya namun dia tetap sederhana. Tidak berlebihan dengan membawa mobil ke sekolah seperti anak lainnya, padahal SIM saja mereka tidak punya.

"Sepedamu kenapa? Bocor?"

"Iy-ya nih..."

Alex memperhatikan sepedaku. Dia tampak berpikir.

"Kamu bisa naik motor nggak?"

"Nggak bisa..." Jawabku. Ya, Aku tidak bisa mengedarai motor karena Aku memang tidak punya motor. Jadi tidak ada kesempatan buatku untuk belajar mengendarainya.

"Hem... Repot juga. Gini aja deh, Kamu bonceng laki. Aku yang nyetir motor, Kamu nahan sepedamu dengan tangan kirimu. Gimana?"

"Hah? Apakah itu bisa?"

"Tentu saja bisa. Kita belum mencobanya."

"Ta-tapi Aku tidak ingin merepotkan..."

"Tidak merepotkan. Sesama teman harus saling membantu kan?" Alex tersenyum kecil, senyum yang mampu mencerahkan hariku.

Kami pun mencoba metode Alex. Cukup susah sebenarnya. Apalagi Aku memakai rok panjang. Aku menyingsingkan rokku, dan mulai duduk di motor. Sementara Alex mengatur agar tanganku bisa memegang sepedaku dengan kuat.

"Berat nggak? Kalau berat, Kita bisa mencoba metode lain."

"Ng-nggak berat kok." Aku berdalih. Ya, memang tidak begitu berat, karena tanganku hanya bertugas menahan saja. Sementara ban sepeda tetap meluncur di atas jalanan.

"Oke, Aku jalan ya." Alex duduk di atas motor, mulai menyalakan mesin motor.

Aku menahan napas. Jarak Kita sangat dekat. Bahkan tubuhku dan tubuhnya hampir berdempetan. Bau parfum Alex mulai tercium di indra penciumanku. Bahkan bau shampo di rambutnya juga bisa Ku endus karena begitu dekatnya tubuh Kita.

"Siap Khan?"

"Iy-ya, Aku siap..."

"Oke, Aku jalan pelan-pelan." Seperti perkataannya, Alex melajukan motor hanya dengan kecepatan 20km/jam. Aku merasa berada di atas angin. Aku membayangkan Kita berdua sedang kencan, Kita berdua adalah pasangan. Sungguh pemikiran yang bodoh!

"Kamu tahu tempat pompa ban sepeda?" tanyanya.

"Aku-Aku tidak tahu. Tapi Aku punya pompa dirumah..."

"Oke, sip. Kalau begitu Kita ke rumahmu." Ujarnya santai.

Jantungku semakin dag-dig-dug tak karuan. Untuk pertama kalinya Alex akan ke rumahku. Betapa memalukannya. Rumahku sangat sederhana. Akankah Alex tetap mau berteman denganku setelah melihat rumahku?

"Dimana rumahmu?"

"Ehm... Itu lurus saja, nanti ada gang di depan belok kanan..." Kataku spontan. Aku pasrah sajalah. Aku memang tidak punya. Kenapa harus disembunyikan? Bila Alex tulus berteman denganku, dia pasti tidak akan melihat jelek bagusnya rumahku.

Alex melajukan kendaraan sesuai dengan intruksi dariku. Dua puluh menit kemudian, Kami tiba di depan rumah.

"Ini rumahmu?"

"Iy-ya..."

"Kamu sendirian? Kok sepi?"

"Ayahku masih belum pulang kerja. Sementara adik, Aku titipin di tetangga sebelah..."

"Ibu?"

"Su-sudah meninggal..."

"So-sorry... Aku nggak bermaksud..."

"Iya, nggak apa-apa..."

"Mana pompamu? Aku pompakan ban sepedamu." Alex mengalihkan pembicaraan. Sepertinya dia merasa bersalah padaku.

"Aku bisa memompanya sendiri..."

"Nggak apa-apa. Sekalian, mumpung Aku di sini. Cepat ambilin."

Mau tidak mau Aku menuruti perintah Alex. Aku mengambil pompa manual dan memberikannya pada Alex. Dengan cekatan dia memompa sepedaku. Tidak sampai 10 menit kegiatan itu selesai di lakukan.

"Sudah beres. Besok Kamu sekolah lagi kan?"

"Iy-ya..."

"Baguslah. Kalau begitu, Aku pamit dulu ya. Salam buat ayah dan adikmu."

"Eh iya... Te-terima kasih banyak ya... Terima kasih..." Aku membungkukan tubuhku, sebagai ungkapan rasa terima kasihku kepadanya.

"Bukan apa-apa. Andaikan orang lain yang mengalaminya, Aku juga pasti akan melakukan hal sama. Jangan dipikirkan. Aku pulang dulu ya." Tanpa menunggu ucapan dariku, Alex memacu motornya, menjauhi Aku.

Aku masih termenung di depan rumah. Rasanya masih tidak menyangka. Seorang Alex membonceng dan membantuku memompa ban sepeda. Hatiku berbunga-bunga. Timbul riak-riak kecil perasaan bahagia. Aku harap perasaan ini tidak akan membesar begitu saja. Karena Aku tahu, Alex milik siapa.

***

Hai-hai readers semua...

Mohon maaf untuk update novel ini sangat slow, karena Saya fokus pada novel satunya. Tetap jadikan favorite ya, karena novel ini nantinya pasti Saya update dan Saya selesaikan. Terima kasih 🥰

~ErKa~

1
Teh Euis Tea
semakin semangat baca
akunya
Teh Euis Tea
aku ko sedih ya bacanya, lanjut thor
MommyZoy
Luar biasa
ummushaffiyah
sediiihhhhh
ummushaffiyah
aku pernah punya hp inii
Rossi Valentina
Luar biasa
Rosida maghrib
baca lagi thor kangen ka erka kapan publish novel bari di aplikasi noveltoon??
Anonymous
keren
A7lite new
duhh kalo itu sihh khansa cantikk ,kn khayalannya dia berwajah biasa,tp tetap sukaakk
Fitriana Refan Rafisqi
tetap mewek pdhal Uda 2x baca
A7lite new
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
A7lite new
Aamin
A7lite new
beneran ini cm cerita halu lhoo,tp aku nangis sesenggukan ini 😭😭😭😭
A7lite new
ini cm cerita karangan lhooo ,mn ud.th 2024 tp aqohh tetep mewek 😭😭😭
ayunia
real life banget..aku jga pernah di posisi khansa
ayunia
mampir lgi kaka..kangen alex sama khansa ..syukkak ceritamu yg selalu membekas di ingatan kak😘😘
Aiko Hiro
thor..imajinasi lu emg keren. Kena nyampe sumsum cm lwat kalimat2 itu aja gw seolah lg nnton adegan realnya/Facepalm/
Emg keren lu Thor/Ok/
Susanti
Dah lama nangkring di rakku, tapi baru kali ini berkesempatan membaca dan sepertinya menarik 💗
Ratna Asysyiffa
Luar biasa
Noviyanti Noviyanti
kereeeennn
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!