Raisa, seorang gadis berparas cantik, adalah primadona desa yang hidup dalam kesederhanaan bersama ayahnya. Kehidupannya yang bahagia berubah drastis ketika suaminya meninggal dalam kecelakaan mobil pada awal pernikahan mereka. Raisa terpaksa harus menjanda dan menghadapi tantangan hidup yang lebih besar.
Di desa kecil mereka, di mana kabar berita menyebar dengan cepat, gosip dan fitnahan dari masyarakat selalu menghampiri Raisa. Kehadirannya yang sebagai pengantin baru dan langsung ditinggalkan oleh suaminya yang meninggal membuatnya menjadi sasaran ejekan dan celaan. Dia merasa terisolasi dan terpinggirkan.
Namun, Raisa adalah seorang wanita yang kuat dan tegar. Dia tidak menyerah pada keadaan dan bertekad untuk membuktikan bahwa dia bisa bangkit dari penderitaan yang menimpanya.
Bagaimana kisah Raisa dalam menjalani kehidupannya? Ikuti ceritanya di novel yang berjudul "Janda Tapi Perawan Tulen"
Jangan lupa kasih like, subcribe, vote rate 5...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 18 - Kejadian tak terduga 2
\*\*\*
Raisa dengan tidak sengaja terjatuh dari tangga dan beruntung Bian berada di dekatnya dan dengan cepat menarik Raisa hingga jatuh ke dalam pelukannya.
Namun, dalam momen tersebut, Bian menyadari bahwa tangga di belakang Raisa akan terjatuh dan akan menimpa mereka berdua.
Dengan cepat dan tanpa ragu, Bian mengubah posisinya sehingga dia yang bertumpu di atas tubuh Raisa. Dia merasa bahwa dia tidak bisa membiarkan tangga itu menimpa Raisa, dan dia akan melindunginya dengan segala cara yang dia bisa.
Dalam detik-detik berikutnya, tangga itu jatuh dengan kuat, dan Bian merasakan beban dan tekanan yang luar biasa berat sehingga membuatnya tidak sengaja mencium bibir Raisa yang berada di bawahnya.
Raisa, yang berada di bawah Bian, terkejut dan membelalakan matanya saat tidak bisa menghindari hal tersebut. Sedangkan Bian merasa wajahnya kini memerah dengan jantung yang berdegup kencang lalu iapun segera melepaskan ciumannya.
Kemudian mereka di tolong oleh orang-orang yang berada di sekitar mereka dan mengecek tubuh Bian karena khawatir terkait sesuatu padanya.
"Ada apa ini? Kenapa pada ngumpul disini?," tanya tante Rose yang sudah siap dengan setelan mewahnya untuk menghadiri arisan hari ini. "Tadi tuan Bian jatuh Nyonya...," ucap Juli mendahului. "Apa?... Bian, kamu tidak apa-apa kan?," tanya Rose khawatir.
"Tidak Tante, aku baik-baik saja... Aku harus pergi ke kantor," ucap Bian sambil sekilas melihat Raisa dengan sudut matanya lalu beranjak pergi.
"Sudah, sudah... Kalian bubar! Kenapa masih berkumpul...," teriak Rose sehingga membuyarkan kumpulan para pekerja di rumah Aryana tersebut.
"Hei, Kamu!...," Panggil Rose pada Raisa dan Raisa pun menghadap Rose. "Ternyata hanya gadis kampung, tidak selevel!," cela Rose sambil memandang tidak suka pada Raisa dan berlalu pergi.
"Selalu saja ambil kesempatan!," nyinyir Juli saat Raisa lewat di depannya. "Raisa, sudahlah... Kamu jangan dengarkan orang-orang seperti mereka," ucap Rani, orang yang selalu ramah pada Raisa semenjak hari pertama dia masuk ke rumah itu.
Dalam perjalanan menuju kantor, di dalam mobil, Bian terus mengalami kilatan-kilatan ingatan tentang kejadian baru-baru ini di mana dia tidak sengaja mencium Raisa.
Meskipun dia mencoba mengalihkan perhatiannya, bayang-bayang momen itu semakin memenuhi pikirannya dan membuatnya tidak fokus karena ia tidak menyangka jika first kiss nya itu ia lakukan dengan seorang ART di rumahnya.
Bian mencoba mengalihkan pikirannya dan bicara pada supir tentang hal-hal biasa. Namun, setiap kali dia mengingat wajah Raisa atau seolah mendengar suaranya, ingatan tentang ciuman tersebut kembali menghantuinya.
Dia merasa seperti ada semacam tarikan dan ketertarikan pada Raisa, tetapi dia tidak yakin apa artinya perasaan ini. "Apa yang aku pikirkan? Dasar bodoh."
"Kenapa Pak?," tanya sang supir yang menyadari umpatan Bian. "Tidak ada, terus jalan saja," jawabnya.
Saat sore hari, setelah pulang dari kantor, Bian memasuki kediaman Aryana dan melihat Raisa sibuk beres-beres di rumah. Entah kenapa dia merasa senang melihat Raisa di sana, dan awalnya dia mengira bahwa Raisa akan menghampirinya dan mungkin ingin berbicara tentang kejadian tadi pagi.
Namun, saat Bian mendekati Raisa dengan harapan, dia melihat Raisa bersikap datar dan sepenuhnya fokus pada pekerjaannya. Raisa tidak mengangkat kepala atau memberikan reaksi apapun terhadap kehadiran Bian.
"Gadis ini!," batinnya.
Perasaan Bian menjadi kesal dan kecewa karena dia merasa diabaikan. Lalu Bian memutuskan untuk pergi ke kamarnya dengan langkah cepat tanpa berkata sepatah kata pun.
Di dalam kamarnya, Bian merasa frustasi dan bertanya-tanya mengapa Raisa tidak menghampirinya atau setidaknya mengucapkan terima kasih padanya atau sekedar menyapa. Lalu tiba-tiba...
Tok tok tok...!
Dia mendengar suara pintu kamarnya di ketuk yang ia yakini itu adalah Raisa. "Masuk," ucap Bian tanpa melihat ke arah pintu. "Tuan, ini teh nya...," ucap Juli, lalu Bian menoleh dan mengerutkan alisnya karena merasa kecewa. "Pergilah."
Namun, saat Juli akan keluar kamar, Bian memanggilnya kembali dan menyuruhnya untuk memanggilkan Raisa agar segera menemuinya. Juli merasa heran dengan sikap majikannya itu tapi tidak berani menolak atau sekedar bertanya alasannya.
Dengan wajah yang di tekuk, Juli pun menghampiri Raisa yang sedang membersihkan dapur. "Tuan Bian memanggilmu!," ucapnya ketus, tapi Raisa sama sekali tidak mendengarnya karena saking banyak orang disana dan tidak menyangka jika Juli sedang bicara padanya.
"Hei! Apa kau tuli!," teriak Juli sehingga semua orang yang berada di sana memperhatikannya dan menjadi kepo.
"Kamu bicara padaku?," tanya Raisa polos.
"Nggak! Bicara dengan patung! Ya jelas bicara padamu! Memang pada siapa lagi?!."
"Maaf, tadi aku gak dengar ... Ada apa?."
"Tuan Bian memanggilmu ke kamarnya!."
Semua orang berbisik dan beranggapan jika Bian akan membuat perhitungan dengan Raisa atas kejadian tadi pagi yang mereka kira Bian celaka karena Raisa.
"Apa yang akan terjadi padanya ya?."
"Aku juga tidak tau, mungkin dia akan di pecat dari rumah ini...."
Banyak bisikan-bisikan yang bisa Raisa dengar sehingga membuatnya sedikit ragu untuk naik ke atas. Tapi dia meyakinkan dirinya jika ini bukan pertama kalinya dia menghadapi sebuah masalah, bahkan masalah yang lebih besar pun pernah ia alami.
Tok tok tok...!
"Masuk!," ucap Bian dan Raisa pun segera membuka pintu dan masuk tanpa melihat ke arah Bian dan hanya menunduk. "Maaf Tuan, ada yang bisa aku bantu?," tanya Raisa ragu.
"Siapkan air hangat untukku, aku ingin mandi."
Raisa merasa heran, tapi ia segera menuruti perintah majikannya itu tanpa banyak tanya. Namun ia sempat terkejut saat melihat ke arah Bian yang hanya memakai handuk saja lalu segera menundukkan pandangannya.
Raisa memenuhi bak mandi dengan air hangat tak lupa mencampurkan aroma terapi yang wangi dan membuat nyaman kala berendam. Tiba-tiba ia di kejutkan oleh kehadiran Bian yang sudah memasuki kamar mandi dan berjalan mendekatinya.
"Tuan, airnya sudah siap," ucap Raisa lalu bergeser menghindari Bian yang semakin mendekat sehingga mengikis jarak di antara mereka. "Airnya masih panas, tambah air dingin sedikit lagi," ucap Bian.
Kemudian Raisa pun melaksanakan perintah Bian, tapi tangannya langsung di raih Bian yang lalu menariknya sehingga wajah mereka kini sangat berdekatan. Raisa segera memalingkan wajahnya dan menghindari tatapan Bian. "Ada apa dengan tuan Bian? Apakah dia sedang mabuk?," batin Raisa.
"Sebenarnya apa rencanamu? Apa kau sengaja menggoda dan merayuku?," tanya Bian yang membuat Raisa reflek melihat mata Bian. "Apa maksud Tuan?."
"Tentunya kau tau maksudku!... Aku tidak heran kenapa kau melakukan hal ini, karena kamu memang seorang janda! Kau berusaha menggodaku agar aku terpikat dan membuatmu jadi nyonya di rumah ini kan?!."
Teg!
"Bagaimana tuan Bian mengetahui statusku? Di rumah ini aku hanya memberitahu semua itu pada Nona Bela," batin Raisa.
Brusssh!
Tiba-tiba Raisa terjerembab pada bak mandi yang sudah dia siapkan untuk Bian saat Bian melepaskan pegangannya. Raisa berusaha agar dirinya tidak tenggelam dan menghirup banyak air, pasalnya dia bukanlah orang yang pandai berenang.
Bian hanya menyaksikan kekonyolan Raisa yang gelagapan karena berusaha meraih tepian bak, yang padahal bak mandi itu tidaklah dalam.
Bersambung...
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
gampang cari yg tajir ,novel smuanya gini
karakter raisa terlalu lemah,
smoga raisa jd wanita yg smart
semoga hari2 kalian bahagia 🤲💪 semangat y untuk authornya 😘😘😍