seorang gadis dari zaman modern, yang melakukan touring di salah satu gunung tertinggi yang ada di Indonesia. dan menyebabkan dirinya meninggal setelah berhasil menaklukkan gunung tertinggi itu.
namun, arwah yang ditarik itu, bukannya pergi kealam baka, malah melakukan perjalanan waktu ke dunia yang lampau, yang mungkin hanya ada dalam sejarah.
ia, sang gadis bernama Aryani mayora merasuki tubuh seorang ibu yang kejam, yang tega menyiksa anak kandung sendiri tanpa ampun. nama wanita itu adalah Anarawati.
lalu, bagaimana kah Kisah Aryani setelah mengambil alih jasad ibu kejam itu.?? yuk.. disimak..🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nisa saumatgerat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. berjanji untuk mendidik dengan baik
SSRRIUUPPP
"Mm... Ibu.. ini enak sekali.. Bagaimana cara ibu membuatnya.. ??" Tanya Sadewa lagi. Sementara yang lain melanjutkan menyuapi bakso bulat itu ke dalam mulut mereka sambil mereka semua menegakkan kepala mendengarkan jawaban dari anara.
"Ibu membuatnya menggunakan tepung dan daging. Kebetulan tadi di pasar ibu beli tepung sedikit untuk mencoba, dan kita juga masih memiliki beberapa daging sisa beberapa hari yang lalu. Ibu tidak tahu bahwa masih ada sisa makanya Ibu mencoba untuk memasak masakan lain dengan menggabungkan tepung ini. Ibu juga tidak sengaja menemukan banyak rempah saat masuk hutan kemarin. Beruntung rempah-rempah itu tidak cepat rusak." Ujar anara memberikan 100% kebohongan kepada anak-anaknya. Mau bagaimana lagi, tidak mungkin dirinya harus berkata jujur bahwa ia memiliki ruang dimensi bisa-bisa anaknya malah tambah dibuat bodoh dan melongo.
"Oh begitu ya Bu. Besok-besok kalau Sadewa ingin makan ini lagi, bisa nggak Ibu membuatkannya lagi..??" Tanya Sadewa dengan ekspresi wajah malu dan juga ragu. Anara yang mendengar penuturan dari Sadewa langsung tersenyum.
"Tentu saja nak, jangankan Sadewa, Kak yoga, Kak Sekar dan Kak Nakula juga boleh meminta kepada Ibu ingin di masakan apa.. tidak perlu ragu mengutarakannya.. justru ibu akan sangat senang jika anak-anak ibu memilih sendiri menu makanan apa yang perlu ibu masak untuk kalian. Asalkan kalian semua harus bertanggung jawab ya, kalau Ibu memasak makanan kesukaan kalian kalian harus menghabiskannya dan tidak boleh menyisahkannya." Ujar anara menasehati anak-anaknya. Mendengar penuturan antara mereka semua saling melempar pandang.
"Memangnya kenapa Bu..??" Kali ini Nakula yang bertanya. Sementara yoga dan Sekar masih merasa malu-malu untuk bertanya kepada Ibu angkat mereka itu.
"Karena, alasan kita tidak boleh membuang-buang makanan, coba lihat di sebelah rumah Nakula dan Sadewa, masih banyak teman-teman kita yang kelaparan. Kita yang sudah makan enak dan berkecukupan harus bersyukur ya, nah sebagai rasa syukur kita karena sudah dicukupkan kehidupan kita, yaitu dengan cara, tidak boleh mubazir dan membuang-buang makanan. Paham nih anak-anak ibu..??" Ujar anara lagi sedikit menasehati anak-anaknya itu. Mereka semua menganggukkan kepala mengerti. Tentu saja yoga dan Sekar mengalami hal seperti itu, dan begitu juga dengan kedua adik kakak kembar tersebut.
"Baik Bu Kami mengerti..! Tapi kata mubazir itu apa Bu..?? Apakah kata itu sama dengan banjir..??" Tanya Sadewa yang memang memiliki pemikiran kritis. Anara yang menyuapi kripla bubur, terkekeh mendengar penuturan anaknya itu.
"Sayang, mubazir dengan banjir itu berbeda arti. Mubazir adalah perilaku berlebihan atau bersikap boros yang tidak disukai oleh Yang maha kuasa. Dan juga, seseorang tidak menghabiskan makanan atau tanpa sadar meninggalkan sisa saat makan, itu juga sifat mubazir. Sementara Banjir adalah peristiwa bencana alam yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan naik dan merendam daratan. Seperti air yang tergenang tidak pada tempatnya dan ketinggiannya melebihi mata kaki manusia atau melebihi itu. Itulah yang disebut dengan banjir." Ujar anara lagi tangannya tak henti-hentinya bergerak untuk menyuapi anak bungsunya itu. Anak-anak itu juga menyuabkan makanan ke dalam mulut mereka sambil mendengar penuturan antara.
"Oh... jadi mubazir itu orang yang berlebihan ya Bu. Terus banjir itu adalah peristiwa alam di mana air meluap dan naik ke daratan atau pemukiman yang digunakan oleh manusia membangun tempat tinggal. Begitu ya Bu..??" Kali ini yang menyimpulkan penuturan anara adalah Nakula. Anara pun langsung mengganggu anggukan kepalanya dan cukup bangga dengan anak-anak hebat ini.
"Iya betul. Oh iya kira-kira abang Kakak dan adik mau nggak belajar ilmu beladiri..?? mulai sekarang kalian semua bisa melindungi diri masing-masing. Tenang saja nanti ibu akan mengajarkan kalian." Ujar anara lagi kepada anak-anak itu. Bukan ingin mengalihkan pembicaraan mereka tetapi antara baru teringat untuk menyampaikan hal ini kepada anak-anaknya kembali.
"Iya Bu-Iya Bu Kami mau..!!" Girang mereka semua membuat anara tersenyum senang.
"Baiklah, habiskan makanan kalian dan segera tidur siang. Nanti ibu akan keluar sebentar untuk melihat apa saja yang warga sekitar sini lakukan. Sekaligus Ibu juga ingin mencari tahu bagaimana cara kita bisa merenovasi gubuk kita ini agar nanti lebih indah dan nyaman ditinggali." Ujar anara kepada anak-anaknya. Mereka semua menganggukkan kepala.
'baik bu." Ujar mereka dengan serentak kecuali yoga.
"Bu bolehkah yoga ikut ibu..?? Yoga juga mau membantu ibu..?? Mana tahu Ibu membutuhkan sesuatu yoga akan mencarikannya.." ujar yoga dengan penuh perhatian. Anara tersenyum mendengar penuturan yoga.
"Tidak perlu sayang. Yoga dan adik-adik yoga di rumah saja, karena Ibu mau minta tolong kepada yoga untuk menjaga adik-adik di rumah. nanti kalau ada apa-apa, yoga bisa datang menyusul ibu keluar. Lagi pula Ibu tidak akan jalan jauh hanya sekitar Desa buangan ini saja. Bisa ya bang Ibu minta tolong..??" Tanya anara kepada yoga. Yoga pun tersenyum mendengar penuturan ibu angkatnya dan menganggukkan kepalanya.
"Iya Bu tentu saja, masalah untuk menjaga adik-adik serahkan saja kepada yoga walaupun yoga masih kecil tapi yoga bisa menjaga mereka dengan baik. Ibu tenang saja.." ujar yoga menyambut penuturan Ibu mereka itu.
Anara pun kembali tersenyum kepada anak-anaknya dan mempersilakan mereka untuk melanjutkan makan siang sampai mereka kenyang. Anara juga ikut makan bersama anak-anaknya sambil menyuapi anak bungsunya kripla. Tak lama aktivitas makan siang yang mereka lakukan pun selesai.
Anara langsung meletakkan kripla Kembali ke tempat tidur diikuti oleh kakak-kakaknya yang lain yaitu Nakula dan Sadewa. Sementara yoga dan Sekar tanpa diperintah mereka memilih untuk membersihkan meja makan terlebih dahulu sebelum akhirnya menyusul. Mereka tentu tidak ingin Ibu angkat mereka kerepotan untuk mengurus mereka bertiga.
Jadi sebisa mungkin mereka juga harus tahu diri dan harus menyenangkan serta tidak boleh terlalu merepotkan Ibu angkat mereka itu. Anara kembali ke dapur dan melihat kedua anak angkatnya sedang sibuk membersihkan meja makan dan mencuci piring sisa-sisa makanan mereka.
"Loh nak. Kenapa kalian membersihkan semuanya, ibu kan tidak meminta. Tapi untuk hari ini nggak papa.. Ibu mengucapkan terima kasih karena abang sama kakak sudah meringankan pekerjaan ibu. Sekarang semuanya sudah selesai kan..?? Abang sama kakak kembalilah ke kamar dan istirahat. Ibu akan berjalan-jalan ke luar sebentar." Ujar anara kepada anak-anaknya.
"Hehehe baik bu.. terima kasih untuk makanannya.." setelah mengucapkan hal itu mereka pun langsung berlalu dari sana dan masuk ke dalam kamar tidur serta bergabung dengan adik-adik mereka yang lain. Sementara anara hanya tersenyum menanggapi ucapan terima kasih kedua anak angkatnya kepada dirinya. Ia juga bermonolog dan meyakinkan hatinya.
"Sama-sama anak-anakku. Ibu janji, ibu akan menjadikan kalian menjadi orang-orang hebat suatu saat nanti. Yang memiliki tingkat kepedulian yang tinggi dan hati yang lembut. Ibu juga akan membuat kalian menjadi anak-anak cerdas dan tegar serta tegas dalam menghadapi masalah." Monolog anara pada dirinya sendiri.