Aulia, gadis sederhana yang baru saja bekerja sebagai office girl di kantor megah milik CEO ternama yang dikenal kaku dan sulit didekati, tiba-tiba menjadi pesuruh pribadinya hanya karena kopi buatan Aulia.
Hayalannya menjadi karyawan yang baik dan tenang hancur seketika akibat bosnya yang tukang suruh-suruh hal yang tidak-tidak semakin membuatnya jengkel.
Sifatnya yang ceria dan kelewat batas menjadi bulan-bulanan bosnya. Akankah ia mampu bertahan demi uang yang berlimpah? Atau...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Susah Kalau Godaannya Uang.
...****************...
Aulia melangkah malas ke dapur karyawan dengan wajah ditekuk. Hari ini ia masih kesal, tapi apa daya? Gaji naik adalah penawaran yang sulit ditolak.
Ia mulai memasak dengan gerakan agak kasar, seolah-olah sedang melampiaskan kekesalannya pada bahan makanan. "Bos nyebelin. Bos egois. Bos nggak punya perasaan!" gerutunya sambil mengiris bawang dengan kecepatan yang membuat beberapa rekan kerja yang lewat jadi khawatir.
"Lu lagi potong bawang atau latihan jadi algojo, Li?" goda Rani, salah satu rekan kerja yang kebetulan lewat.
Aulia mendengus. "Lagi latihan sabar, Ran."
Sementara itu, di ruangan Aldiano—
Teddy masuk dengan ekspresi penasaran. "Bos, saya denger Aulia akhirnya mau masak lagi?"
Aldiano menandatangani dokumen tanpa menoleh. "Hmph."
Teddy terkekeh. "Tapi katanya dia masaknya sambil ngomel-ngomel. Sepertinya bos benar-benar bikin dia kesal."
Aldiano akhirnya menoleh, menatap Teddy datar. "Dia mengomel setiap hari. Itu sudah jadi latar belakang suaranya."
Teddy tertawa. "Tapi bos nggak keberatan, kan?"
Aldiano diam sesaat. Lalu, alisnya sedikit berkerut. "Asal dia tetap masak."
Teddy makin tertawa. "Bos, kayaknya lo bakal lebih repot kalau Aulia beneran ngambek serius."
Aldiano tidak menjawab, hanya kembali fokus pada dokumennya. Tapi jauh di dalam hatinya… ia tahu Teddy mungkin ada benarnya.
Saat makan siang tiba, Aulia membawa makanan ke ruangan Aldiano seperti biasa. Tapi kali ini, ekspresinya jauh berbeda.
Ia meletakkan piring di meja dengan sedikit kasar. "Tuh, makan, Pak."
Aldiano menatapnya sekilas. "Apa ini?"
"Sayur bening bayam."
Aldiano mengernyit. "Mana proteinnya?"
Aulia tersenyum manis, tapi matanya penuh dendam. "Nggak ada. Katanya bapak suka sayur, kan?"
Aldiano diam sejenak. Ia melihat piringnya yang hanya berisi sayur bayam, tahu, dan nasi putih. Tidak ada ayam, daging, atau ikan.
"Ini makan siang atau diet ekstrim?" komentar Aldiano.
Aulia bersedekap. "Bapak bilang lapar. Saya kasih makanan. Kalau nggak mau, ya udah."
Aldiano menatapnya dengan tatapan mengintimidasi. Tapi Aulia tidak bergeming.
Teddy yang kebetulan masuk membawa dokumen hampir tertawa melihat ekspresi bosnya yang seolah kena karma.
Aldiano akhirnya menghela napas, lalu mengambil sendok. "Baiklah."
Aulia tersenyum penuh kemenangan.
Tapi saat Aldiano menyendokkan makanan ke mulutnya, ekspresinya langsung berubah.
Aulia menunggu reaksi dengan penuh rasa puas.
Sampai akhirnya…
"Kenapa rasanya enak?" gumam Aldiano.
Aulia terkejut. "Hah?"
Aldiano meliriknya. "Aku pikir kamu bakal sabotase makanan ini."
Aulia mengangkat bahu. "Walaupun kesel, saya tetap profesional."
Aldiano tersenyum tipis. "Bagus."
Aulia mendelik. "Tapi tetep aja bos nyebelin."
Aldiano hanya mengangkat bahu, lalu melanjutkan makannya dengan tenang.
Sementara Aulia hanya bisa menghela napas panjang.
Percuma ngambek. Bosnya tetap batu.
...****************...
Aulia baru saja keluar dari ruangan Aldiano setelah menyelesaikan ‘tugas mulia’-nya mengantarkan makan siang si bos. Ia menghela napas panjang. Harinya sudah cukup melelahkan, tapi begitu melihat rekan-rekannya yang langsung melotot begitu melihatnya, ia tahu masalah lain sedang menunggunya.
Rani langsung menghampiri dengan ekspresi penuh kecurigaan. "Aulia. Sini dulu."
Aulia mengerjapkan mata. "Apa, sih?"
"Tuh, lihat," bisik Rani, melirik ke sekitar.
Aulia mengikuti arah tatapan Rani. Beberapa karyawan lain menatapnya dengan ekspresi tidak suka, beberapa bahkan berbisik-bisik sambil melirik ke arahnya.
Aulia mengernyit. "Eh, kenapa mereka natap gue gitu?"
Rani melipat tangan di dada. "Kamu beneran nggak sadar?"
Aulia menggeleng polos. "Sadar apaan?"
Wulan, salah satu rekan kerja lainnya, mendekat. "Ya ampun, Li! Lu bolak-balik ke ruangan Pak Aldiano, terus makanannya lu yang siapin. Sekarang semua orang ngira lu anak emas bos!"
Aulia melongo. "Hah?"
"Parahnya lagi, ada yang bilang lu… spesial buat bos!" bisik Rani dramatis.
Mata Aulia langsung membelalak. "HAH?!"
"Makanya mereka sirik," tambah Wulan sambil berbisik.
Aulia hampir keselek udara. "Astagaaa, demi apa sih mereka mikir gitu?! Gue cuma masakin doang, bukan jadi simpenannya!"
"Ya, tapi dari sudut pandang orang lain, keliatannya kayak gitu," kata Rani sambil mengedikkan bahu.
Aulia mendesah keras. "Ya Tuhan, ini kantor kok kayak sinetron!"
"Eh, tapi serius," Wulan menyelidik, "bos beneran nggak ada rasa ke lu?"
Aulia menatap Wulan dengan ekspresi horor. "Demi Tuhan, jangan mulai!"
Rani dan Wulan malah cekikikan. "Tapi kalau beneran gitu, sih, gokil juga. Lu bisa bikin bos Aldiano yang dingin jadi makan masakan lu tiap hari!"
"Udah deh! Gue capek, gue lapar, dan gue nggak mau denger gosip aneh lagi!" Aulia menggerutu, lalu berjalan cepat menuju kantin.
Tapi sebelum ia benar-benar pergi, ia sempat menangkap lirikan beberapa karyawan lain yang jelas-jelas memandangnya penuh kecemburuan.
Aulia mengelus dada. "Tuhan, tolong selamatkan aku dari gosip kantor yang kejam ini..."
Dan yang lebih parah lagi, bagaimana kalau Aldiano juga mendengar gosip ini?
.
.
.
Next👉🏻
Dalam dunia kerja, tidak ada adaptasi dengan dikasih waktu berkeliling. Perusahaan manapun waktu adalah uang, dan mereka tidak mau yang namanya rugi.
kalo diterima itu artinya sudah siap langsung bekerja. perkara tidak tahu, biasanya diminta untuk bertanya pada senior/pegawai yang sudah lama bekerja. itu logik bukan hujatan ya.
Tolong riset dulu ya biar logik ceritanya
dibandingkan temui, pilih kata 'menghadap' karena ini lingkungan kerja. Ada SOP jelas yang harus diperhatikan dan ditaati pegawai.
"Silahkan langsung menuju lantai lima belas. Kamu menghadap ke Pak Edwin bagian HRD," jawabnya bla bla
"Permisi. Saya Aulia, Office Girl yang baru. Mau lapor dulu nih, biar dibilang rajin," ujarnya