Kejadian pada masa lalu diramalkan akan kembali terjadi tidak lama lagi. Tuan kegelapan dari lautan terdalam merencanakan sesuatu. Enam sisi alam dunia mitologi sedang dalam bahaya besar. Dari seratus buku komik yang adalah gerbang penyebrangan antara dunia Mythopia dan dunia manusia tidak lagi banyak yang tersisa. Tapi dari sekian banyak kadidat, hanya satu yang paling berpeluang menyelamatkan Mythtopia dari ramalan akan kehancuran tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fredyanto Wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16: Terrible Wings(Part 1)
Yang tadi itu mengecewakan sekali.
Tapi Melody tidak bisa terus kecewa hanya karena hasilnya seburuk itu. Dia berusaha melupakannya dan enggan untuk kembali ke sana.
Walaupun Delphine beberapa kali terus mendesaknya untuk kembali, akan tetapi Melody bersikeras tetap menolak.
Tempat itu mungkin terlihat mengagumkan. Tapi apa gunanya jika dirinya malah menjadi satu-satunya murid yang ditempatkan di alam ke tujuh. Satu alam yang terburuk. Bahkan mungkin jauh lebih dari Alam Leprechaun dan Underground.
Beberapa hari berlalu... Melody kembali pada kehidupan seperti biasanya. Menghadapi pelajaran-pelajaran membosankan, sampai menghadapi para pengganggu yang salah satunya tidak lain lagi tentu saja Teresa. Sedangkan Abigail dan Theo masih tetap ke sana setiap waktu sepulang sekolah.
Theo yang awalnya terus ragu dan menolak, kini dia terlihat lebih terbiasa. Tapi tetap saja! Theo berharap dirinya bisa melarikan diri dari kenyataan yang aneh itu. Delphine terus memaksanya.
Melody hanya bisa mendengar kabar Mythtopia dari mereka. Bisa ditebak... Sudah banyak yang dilewatkannya selama lebih dari satu minggu terakhir.
Sampai dua hari setelahnya... Perasaan Melody semakin buruk. Mood buruknya bahkan sampai mempengaruhi kualitas belajarnya disekolah. Dia hampir tidak fokus dalam pelajaran apapun. Termasuk pelajaran yang seharusnya dia mampu.
Dirinya lebih sering terbengong di kelasnya.
Awalnya Ibu Melody tidak tahu karena Melody tidak pernah cerita kepadanya. Tapi belum lama itu Kepala sekolah menghubunginya dan memberitahunya. Jadi Ibunya sempat pulang dari tempat kerjanya dan membicarakan segalanya dengan Melody. Bicara empat mata... antara Ibu dan Anak.
Walau begitu... Melody tidak sepenuhnya terus terang. Dia berusaha tetap menyembunyikan dunia Mythtopia walaupun dirinya sudah tidak mau lagi berhubungan dengan dunia di balik buku komik itu.
Apalagi nyatanya dia tidak diberkahi kemampuan apapun.
Jadi lupakan saja!
"Melody... Kumohon! Kembalilah," Bujuknya. Untuk pertama kalinya si ketua kelas menelepon.
"Perlu berapa kali lagi Aku harus bilang?! Aku sudah bilang aku tidak mau! Kenapa kalian terus memaksaku untuk kembali. Sebegitu penting itukah aku?!" Sahut Melody, sudah mulai risih kerena terus didesak. Menyahut setiap kalimat dari Delphine sambil berbaring lemas di atas ranjang.
"Lebih dari yang kau pikirkan," Lirih delphine.
"Apa ini karena takut kalau aku akan membocorkan dunia itu?! Sudah tenang saja! Aku akan tetap tutup mulut. Jadi berhentilah mendesakku kembali mulai dari sekarang oke?!" lanjut ucap Melody dengan kalimat yang hampir tidak ada titik. Dia lalu langsung memutus pembicaraan mereka, dan menutup teleponnya.
"Huh...," Menghela nafas berusaha sabar. Memijat dahinya.
Lalu Ibunya dari arah luar kamar memanggilnya.
Ibunya meminta Melody untuk mengeksekusi barang-barang lama milik Ibunya. Memilih mana yang menurut Melody masih perlu dan mana yang sudah tidak perlu.
Di depan ambang pintu kamar yang baru saja dibukanya, Ibunya lalu langsung menaruh dua tumpuk kotak kardus besar di kedua tangan Melody. Itu terlalu berat.
"Kenapa tidak Ibu saja?! Kan ini semua milik Ibu!" Memiringkan kepala_ Menatap Ibunya dari balik tumpukan dua kardus yang menutup pandangan sambil berusaha menahan beratnya kedua kardus yang entah apa saja isinya.
"Waktu Ibu tidak banyak. Ibu harus selesai membereskan yang lain sebelum mereka menelepon," Jelas Ibunya. Lagi-lagi dia terlalu sibuk di tempat kerjanya, walaupun padahal umumnya hari minggu kebanyakan orang akan libur dari kesibukan di tempat kerja.
"Ibu percaya pada instingmu Melody!" Ucap lalu Ibunya. Menjauh dari lorong kamar. Dan Melody hanya merespon dengan memutar mata.
Drak!
Menutup pintu dari dalam kamar menggunakan kaki. Lalu Melody mulai mengerjakan tugas rumah yang baru saja diberikan Ibunya.
Menaruh kedua kardus itu di atas meja belajarnya. Tapi karena sudah hampir tak kuat lagi mengangkatnya, jadi Melody agak melepas taruh begitu saja di atas sana.
Membuat debu mengepul sampai ke wajahnya.
Melody terbatuk-batuk. Dan bau menyengat dari kepulan debu itu begitu menggelitik hidungnya.
Tak mampu menahan... "Hachi!!" Melody melepas bersin. Bersin dengan cukup keras. Lalu sesuatu yang tidak terduga terjadi.
"?!" untuk sejenak terbengong ketika memandang melalui cermin kamarnya... sampai dia kemudian menjerit cukup keras. Seekor rakun yang kembali memungut sampah di halaman rumah melarikan diri.
Dia langsung menutup mulut dengan kedua tangannya ketika dirinya sadar malah spontan berteriak. Ibunya dari arah luar yang masih sedang di tengah kesibukan pun terpancing.
"Apa?!" Melody memutar-mutar badannya. Kepalanya berusaha menoleh langsung ke arah punggungnya yang terdapat muncul sepasang sayap.
Tapi terlihat tidak seperti yang terjadi dengan Abigail. Yang terjadi dengannya berbeda. Memang serupa yaitu sayap kupu-kupu, tapi penampilannya agak menyeramkan.
Sayap-sayap yang besar. Bahkan karena saking besarnya dan merasa sulit mengendalikan sayapnya yang beberapa kali terus mengepak sembarangan... itu sampai menyenggol barang-barang lain yang berada di kamarnya. Termasuk boneka peri miliknya yang waktu sebelumnya ia taruh di atas meja.
"Ouh!" Kembali menaruh pada tempatnya.
"Melody?! Kamu kenapa?!" Tanya Ibunya tepat di balik depan daun pintu kamar.
"Tidak! Tidak apa?!"
"Kau yakin?! Karena aku yakin tadi Ibu mendengarmu berteriak seperti banshee jadi Ibu rasa ada sesuatu yang tidak beres," Lagi dari Ibunya. Hanya mencoba memastikan Melody baik-baik saja di dalam kamar sana.
"Ya! Aku yakin aku baik-baik saja! Sangat normal di dalam sini! Tidak ada apa-apa!" Sahut lagi Melody kepada Ibunya. Setelahnya, dia terus menggerutu_ berbicara kepada sepasang sayap di punggungnya.
"Ayolah! Hilanglah! Hilang hilang hilaaang!" Menepuk-nepuk punggung.
Ibunya mendengarnya. Tapi dari luar sana, dia hanya mendengar Melody samar menggerutu yang tidak jelas. Di tambah lagi suara-suara gaduh barang-barang yang entah apa. Membuat Ibunya semakin penasaran.
BRAK!... DLARK! Melody menyenggol jatuh barang-barang lainnya. Termasuk lampu meja.
"Kenapa di dalam berisik sekali?! Kau ini sedang mengadakan pesta atau apa sih?!" Ibunya mengerutkan dahi. "Ibu masuk ya?!"
"Tidak tidak tidak!"
Baru pintu terbuka sedikit, Melody langsung cepat mendekati pintu dan kembali mendorong tutup pintunya. Melody terus menahannya dengan samping bahu.
"Oke... kau tahu Melody! Ini sungguh aneh!" Melipat kedua tangan di depan dadanya. Memandang lurus pada arah pintu.
"Oh tidak!" Ucapnya samar. Wajah Melody mulai berkeringat.
Mendengar di dalam sana mendadak menjadi sunyi, "Melody?!" Sahut Ibunya. Mencoba kembali memastikannya.
"Aha?!" Balas sahutnya. Wajah sampingnya menempel pada pintu. Melody sesekali sambil mengecek sayapnya.
"Mau membicarakannya?!"
"... Hanya... kecoa?!" Senyum canggung di balik sebrang daun pintu.
"Kecoa?!" mengangkat sebelah alisnya.
"Uhum!"
"Oh... Oke kalau begitu!" Baru ingin pergi menjauh, "Oya Melody... Ibu mohon berhentilah membuat suara melengking banshee aneh itu lagi. Itu menyakitkan telinga Ibu kau tahu!" Pesan darinya. Lalu Ibunya menjauh dari sana dan kembali pada kesibukannya.
"Jika kau terus menjerit seperti tadi... tetangga di sekitar kita akan bertanya kepada Ibu; apa kau memelihara dinosaurus di rumahmu?!" Sekali lagi dari Ibunya. Masih sempat berbicara dengan suara dibuat-buat di akhir kalimatnya. Suaranya semakin mengecil menjauh.
"Fiuh!" Melody melepas nafas tegangnya. Tubuhnya dibiarkan merosot bersender di balik pintu. Untuk sejenak memejamkan mata menenangkan diri.
Kembali fokus pada sayapnya, "Kau ini!" Bentaknya pelan.
Matanya tajam melirik ke arah punggungnya. Menatap pada sayap keunguan dengan efek sihir campuran warna ilusi seperti pada air sabun gelembung tiup. Di ujung-ujung setiap sayapnya juga terdapat timbulan duri-duri.
Tampilan sepasang sayap yang bisa dibilang tidak begitu indah. Jika ada anak-anak melihatnya dengan sepasang sayap seperti itu, diri Melody yakin kalau mereka pasti akan berlari menjauh sambil menjerit ketakutan.
Dan jika diperhatikan lebih lagi, Melody tidak heran. Menjelaskan kenapa dirinya ditakdirkan masuk dalam alam ke tujuh.
Tapi yang jadi masalah sekarang... Sayap-sayap itu tidak kunjung hilang. Melody tidak tahu caranya. Bagaimana dirinya bisa keluar kamar dengan sayap mengerikan di belakang punggungnya seperti itu?! Ibunya pasti akan menyerangnya dengan ratusan pertanyaan ala detektif kuno di meja introgasi.
Melody harus menemui langsung Delphine. Atau mungkin juga Abigail. Dia mungkin saja tahu cara menghilangkan sayap-sayap itu karena dia juga memiliki sayap.
Dirinya akan berusaha menutup sayap-sayap itu. Akan dia pikirkan caranya di sepanjang malam.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...