NovelToon NovelToon
Black World

Black World

Status: sedang berlangsung
Genre:Horror Thriller-Horror
Popularitas:310
Nilai: 5
Nama Author: GrayDarkness

Bacin Haris seseorang mencari ibunya yang hilang di dunia lain yang disebut sebagai Black World. Dunia itu penuh dengan kengerian entitas yang sangat jahat dan berbahaya. Disana Bacin mengetahui bahwa dia adalah seorang Disgrace, orang hina yang memiliki kekuatan keabadian. Bagaimana Perjalanan Bacin didunia mengerikan ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GrayDarkness, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Takutnya

Bacin dengan cepat berlari menuju sebuah ruangan kecil yang terlihat lebih aman, di mana di belakangnya terdapat tembok yang kokoh. Ia merasa bahwa jika makhluk itu mengejarnya, tidak mungkin bisa melintasi tembok yang membatasi ruang tersebut. Dengan napas terengah-engah, Bacin memasuki ruangan dan mematung sejenak, matanya terfokus pada pintu yang tertutup rapat.

Di depan matanya, makhluk itu akhirnya terlihat. Sosok itu, dengan mulut lebar yang mengerikan dan kuku tajam yang memanjang, berdiri tegak di depan pintu. Bacin merasa jantungnya hampir berhenti. Ia merasakan ketakutan yang lebih mendalam daripada sebelumnya. Setiap gerakan makhluk itu terasa sangat lambat namun sangat mengintimidasi, membuat udara di ruangan itu semakin berat. Bacin hanya bisa menatap dengan napas yang semakin sesak, hampir tidak bisa bergerak.

Namun, yang mengejutkan adalah makhluk itu tiba-tiba mundur. Sosok itu berbalik arah dan menghilang ke dalam kabut hitam yang mengepul di luar ruangan. Bacin, yang sempat merasa panik, sekarang merasa lega meskipun rasa takut masih meresap dalam dirinya. Ia tidak tahu kenapa makhluk itu pergi, tetapi ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini.

Tiba-tiba, bumi bergetar dengan keras, membuat Bacin terjatuh ke lantai. Suara gemuruh terdengar semakin dekat. Dengan ketakutan yang mencekam, ia melihat ke jendela, dan apa yang dilihatnya membuat darahnya membeku. Sebuah kaki besar yang sangat mengerikan, tampak seperti kaki raksasa dari makhluk yang lebih besar dari apa yang pernah ia bayangkan, sedang bergerak menuju bangunan tempat ia berada. Setiap langkahnya memekakkan telinga dan membuat lantai berguncang hebat. Bacin merasa panik, tak tahu harus berbuat apa.

Dengan cepat, ia berlari mencari tempat bersembunyi. Tanpa pikir panjang, ia melirik meja yang ada di pojok ruangan dan segera berjongkok di bawahnya, berharap bisa bersembunyi dari makhluk besar itu. Namun, ketika ia merangkak ke bawah meja, pandangannya tertumbuk pada sesuatu yang lebih mengerikan dari apa yang ia bayangkan.

Di bawah meja, tepat di bawah kakinya, ada sosok yang sangat menyeramkan. Wajahnya pucat pasi, darah mengalir dari setiap lekukannya. Matanya kosong, namun ada tatapan yang sangat tajam dan penuh kebencian yang langsung mengarah ke Bacin. Wajah itu tersenyum dengan cara yang tidak wajar, seperti senyuman yang terukir di wajah yang mati. Bacin merasa tenggorokannya tercekat, tidak mampu mengeluarkan suara. Tubuhnya gemetar hebat, tak tahu apakah makhluk itu nyata atau hanya bagian dari kekacauan yang semakin memburuk.

Sosok itu tetap diam, hanya menatap Bacin dengan tatapan yang penuh kebencian dan kekosongan. Detak jantung Bacin semakin cepat, rasa takut dan kebingungannya semakin meresap ke dalam dirinya. Apa yang sedang terjadi? Kenapa makhluk ini ada di bawah meja? Dan, yang lebih mengerikan, ada yang lebih besar lagi yang akan datang?

Bacin tidak bisa lagi menahan ketakutannya. Dengan tangan yang gemetar, ia mengangkat kapaknya dan mengayunkannya ke arah sosok yang mengerikan di bawah meja. Dalam sekejap, kapak itu mengenai kepala makhluk itu, dan seketika kepalanya terbelah dengan suara yang mengerikan. Darah hitam, seperti cairan kental yang tak pernah dilihatnya sebelumnya, memercik keluar dengan deras, menutupi seluruh ruangan. Bau busuk yang sangat menyengat memenuhi udara, membuat Bacin hampir muntah. Ia terkejut, mengira makhluk itu akan bertahan lebih lama, tapi sepertinya ia salah. Makhluk itu terhuyung ke belakang, matanya yang kosong mulai mengerut dan tubuhnya terjatuh dengan cara yang mengerikan.

Bacin, dengan kebingungannya yang meningkat, segera menarik tubuh makhluk itu keluar dari bawah meja dan membuangnya dengan kasar. Setelah itu, tanpa pikir panjang, ia bersembunyi di bawah meja, berharap bisa menghindari perhatian dari makhluk yang lebih besar di luar. Bacin menahan napas, setiap suara di luar membuatnya semakin tegang. Kaki raksasa itu masih mengguncang tanah dengan setiap langkahnya, seakan mencari sesuatu untuk dihancurkan.

Namun, tak lama kemudian, hal yang paling buruk terjadi. Sebuah gemuruh besar terdengar, dan dalam sekejap, kaki raksasa itu menimpa meja tempat Bacin bersembunyi. Tiba-tiba, segala yang ada di sekitar Bacin hancur dalam sekejap. Meja yang menjadi tempat perlindungannya remuk dengan kekuatan dahsyat, dan tubuh Bacin ikut hancur. Tubuhnya merasa dihancurkan oleh tekanan luar biasa yang datang dari benturan kaki raksasa itu. Ia merasakan kepalanya terhantam keras, tulang-tulangnya patah, dan tubuhnya seakan terbelah.

Bacin merasakan segalanya kabur dalam gelap. Rasa sakit yang luar biasa menyelimuti dirinya, dan ia merasa seperti tubuhnya terpisah dari jiwanya. Sakit, sangat sakit.

Bacin terbangun dengan napas terengah-engah, tubuhnya terasa sangat berat, namun anehnya, ia merasakan kekuatan yang mulai pulih perlahan. Tubuhnya yang sebelumnya hancur, kini tampak sembuh berkat kekuatan immortality yang dimilikinya. Rasa sakit yang mendera seakan menghilang, meskipun bekas-bekas trauma masih membekas di benaknya. Ia merasakan perutnya yang kosong, tubuhnya yang lemah, namun tidak ada waktu untuk berlama-lama. Ia tahu, jika ia berhenti sejenak, maka makhluk-makhluk yang mengincarnya akan kembali.

Bangunan yang tadinya menjadi tempat perlindungannya kini hancur berkeping-keping, reruntuhan bertaburan di mana-mana. Bacin memandang sekitar, merasa seperti terjebak dalam mimpi buruk yang tak ada ujungnya. Hancur, berantakan, dan dikelilingi oleh kegelapan yang semakin mengerikan.

Dengan langkah perlahan, Bacin bangkit dari tempatnya. Setiap gerakan terasa berat, tubuhnya masih belum sepenuhnya pulih, namun ia tahu ia tidak punya pilihan selain terus berjalan. Jika ia berhenti, ia akan mati. Semua perasaan putus asa, ketakutan, dan kebingungan yang ia rasakan hanya bisa disembunyikan di dalam dirinya. Tidak ada yang bisa ia percayai di dunia yang penuh dengan kegelapan ini.

Langkah demi langkah ia berjalan, menyusuri jalan yang semakin gelap, semakin sunyi, dan semakin menyeramkan. Kabut hitam masih menggantung di udara, menyelimuti segala sesuatu di sekitarnya. Setiap sudut yang ia lewati, bayangan mengerikan muncul, seakan mengikuti setiap jejak langkahnya. Namun kali ini, Bacin sudah tidak peduli lagi. Ia hanya ingin keluar dari tempat ini—terlepas dari semua itu.

Namun, setiap langkah yang diambilnya, ketakutan itu tetap ada. Sesekali, bayangan makhluk-makhluk aneh melintas di sudut pandang, namun Bacin tahu ia harus tetap bergerak maju. Tak ada waktu untuk ragu atau berpikir panjang.

Bacin berhenti di tempat, tubuhnya menegang, telinga mendengar suara ledakan yang mengguncang udara. Ledakan itu datang dari arah depan, disertai dengan dentuman keras yang membuat bumi bergetar. Tiba-tiba, Bacin merasa ada sesuatu yang berubah di udara. Ada yang sedang bertarung, sesuatu yang jauh lebih kuat daripada makhluk-makhluk yang selama ini ia hadapi.

Ia mendekat perlahan, berusaha bersembunyi di balik reruntuhan bangunan yang hancur. Kabut hitam masih mengelilingi, menyelimuti pandangan Bacin, membuatnya harus ekstra hati-hati agar tidak terdeteksi oleh apapun yang ada di depan sana. Perlahan, ia mengintip dari balik sebuah puing besar, dan di sana, ia melihatnya—seorang pria.

Pria itu tampak tidak seperti manusia biasa. Pakaian yang dikenakannya lusuh, namun ada aura yang mengelilinginya, aura yang mengingatkan Bacin pada kekuatan seorang disgrace, seperti dirinya. Namun, yang membedakan pria ini adalah kekuatan yang ia gunakan. Angin, begitu kuat dan mematikan, berputar di sekitar tubuh pria itu, membentuk pusaran yang menghancurkan apapun yang ada di sekitarnya.

Pria itu bertarung dengan penuh keahlian, mengendalikan angin dengan telapak tangannya, melepaskan gelombang angin tajam yang memotong tubuh makhluk-makhluk menyeramkan yang menyerangnya. Setiap serangan angin yang dilepaskan mampu mengoyak tubuh monster-monster itu, menghilangkannya dalam sekejap. Suara ledakan terus terdengar saat angin itu menyapu habis, menghancurkan setiap makhluk yang berani mendekat.

Bacin menyaksikan dengan rasa kagum sekaligus ketakutan. Dia tidak tahu siapa pria ini, tapi kekuatannya sangat mengerikan. Angin yang ia kendalikan bukan hanya angin biasa. Itu adalah kekuatan yang bisa menghancurkan segalanya, seperti kekuatan yang dimiliki seorang disgrace—hanya lebih terarah dan lebih mematikan.

Namun, meski pria itu kuat, Bacin bisa melihat bahwa ia tidak sempurna. Tubuhnya terlihat lelah, napasnya terengah-engah, dan meskipun ia berhasil membunuh makhluk-makhluk itu, masih banyak yang datang. Bacin merasakan suasana yang mencekam, dan ia tahu, pertarungan ini tidak akan mudah bagi siapa pun.

Bacin merasa terjebak dalam dilema. Di satu sisi, pria itu mungkin bisa membantunya keluar dari kekacauan ini, namun di sisi lain, Bacin tidak yakin apakah ia bisa mempercayai seseorang dalam dunia yang penuh dengan kebohongan dan kegelapan ini. Namun, dengan tidak adanya pilihan lain, Bacin memutuskan untuk mendekat lebih jauh, tetap tersembunyi, dan melihat bagaimana pertarungan ini berakhir.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!