Mikayla gadis cantik berusia 19 tahun ini harus menjadi Kekasih Kontrak seorang Dosen, selain menjadi Pacar kontrak ia juga harus menjadi budak ranjang Dosen nya yang bernama Theo Felix yang berumur 29 tahun. Wajah tampan nya memang memikat hati semua kaum hawa, namun sikap nya yang Arogan membuat Mikayla harus banyak bersabar demi kesembuhan Nenek nya yang sedang berada di rumah sakit. Theo selalu melampiaskan kekesalan nya kepada Mikayla, padahal semua itu di sebabkan oleh kelakuan Chealsea yang selama ini mengikatnya tanpa hubungan yang pasti. Sikap Theo yang munafik membuatnya tidak sadar wanita mana yang ia cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fitryas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10
Mikayla menatap Theo penuh tanya, namun Theo malah menyunggingkan sebelah bibirnya sambil mendengus.
“Kau kira aku membayarmu hanya untuk melihatmu memperhatikan pria lain?” Ucap Theo dengan kesal. Dia kira jika sejak jam pelajaran Mikayla terus menatap Farel yang duduk di sebelah jendela.
Karena itulah Theo sangat marah saat ini.
“Tapi pak, kenapa harus celana?” Tanya Mikayla kebingungan.
Theo menarik rahang Mikayla dengan satu tanganya, dia mendekatkan kedua wajah mereka. Bahkan hembusan nafas Theo menyapu seluruh wajah Mikayla karena saking dekatnya.
Theo menatap bibir Mikayla yang terbuka akibat cengkraman kuat di kedua pipinya.
“Karena aku sangat ingin memasuki mulutmu itu,” pekik Theo dengan kesal, kedua mata Mikayla mulai memerah karena panas menahan air mata.
Melihat itu malah membuat Theo semakin membencinya, membenci air mata palsu yang di buat Mikayla agar Theo tidak berani menyentuhnya.
“Kau pikir aku tidak bisa menyentuhmu!” Pekik Theo dalam hati, dia lalu melahap habis bibir itu.
“Epph!!” Pekik Mikayla sambil mendorong tubuhnya menjauh, namun Theo semakin mengeratkan pelukanya dan sesekali meremas bokong sintal milik Mikayla.
Ia mencium gadis itu dengan ciuman kasar, bahkan terus menggigit bibir atas dan bawah Mikayla agar dia membuka mulutnya. Kekesalan yang sejak tadi ia tahan akhirnya bisa ia lampiaskan, Theo pun menjauhkan tubuh Mikayla dan mencengkram kuat kedua pangkal lenganya dan menatapnya dengan intens.
“Kau selama berpacaran denganku, jangan berani menatap pria lain. Apalagi kalau sampai menjalin kasih, aku tidak akan segan-segan menghukum dan menyiksamu!” Ancamnya dengan kedua mata tajamnya, semakin membuat Mikayla ketakutan.
Raut wajah Theo mulai mengendur menjadi tatapan sayu saat melihat bercak darah di bibir ranum wanitanya. Dia mengelus bibir itu perlahan, sambil mengusap pipi putih mulus Mikayla.
“Andai kau tak berulah, mungkin tidak akan terjadi hal seperti ini.” Ucap Theo, dia sendiri tidak sadar jika sudah melukai bibir Mikayla.
Theo tiba-tiba merasa sedih, dia menenggelamkan wajahnya di pundak Mikayla dengan kedua lengan yang menjuntai lemas ke bawah.
Theo tidak menangis tapi tidak juga bahagia, dia memejamkan matanya dan menyenderkan wajahnya di dada Mikayla. Rasa sakit yang mendalam sedang ia rasakan, kesal benci menjadi satu.
Theo tidak mau lepas dari Chelsea, tapi dia juga tidak mau melihat Chelsea bersama orang lain. Sungguh sakit hati ini sering ia rasakan, bahkan Theo sampai tidak punya tujuan hidup. Karena di otaknya hanya ada Chelsea seorang, wanita malang yang selalu terlihat lemah di hadapanya.
Tiba-tiba Theo merasakan usapan halus dari punggungnya, Mikayla mengusap pelan punggung lebar pria itu. Walau dirinya sedang sedih karena Theo, tapi ini sudah menjadi tugasnya untuk menenangkan kekasih kontraknya itu.
Theo perlahan menatap Mikayla masih dengan kepala yang menyender si pundak gadis itu, ia perlahan menarik pelan wajah Mikayla untuk menatapnya.
“Aku sangat kesepian, aku ingin menangis tapi tidak bisa Kay.” Lirih Theo dengan wajah sendunya. Perlahan lenganya yang tadi terjuntai ke bawah, ia angkat untuk menyentuh pinggang Mikayla. “Cium aku.” Pinta Theo yang sejak tadi menatap bibir ranum milik Mikayla dengan tatapan sendunya.
Dada Mikayla berdegup sangat kencang, jarak yang begitu dekat dengan suara berat dan ucapan lembut Theo seolah menghipnotis dirinya. Wajah tampan tak berdosa itu terus menatapnya dengan tatapan sendu.
Tanpa sadar Mikayla pun mendekatkan wajahnya dan menempelkan bibirnya di bibir tebal milik Theo.
Theo hanya memejamkan mata, menikmati bibir kenyal dan basah milik Mikayla yang menempel di bibirnya. Sungguh entah mengapa Theo selalu sangat menikmati bibir ranum milik Mikayla.
Tubuh Mikayla mulai menegang saat lengan Theo menyelusup masuk kedalam pakaianya, lengan kananya mengelus lembut punggung Mikayla, sementara lengan kirinya mulai menyelusup masuk kedalam braa Milik Mikayla.
“Ja-jangan lakukan itu.” Pinta Mikayla tiba-tiba saat Theo berhasil masuk dan meremas dada padat milik gadis itu.
“Beraninya kau menolakku!” Pekik Theo, dengan segera ia menjatuhkan tubuh Mikayla di atas sofa dan mengungkung tubuh gadis itu.
Dengan gerakan cepat Theo mencium kasar bibir Mikayla yang beberapa hari ini selalu menghangatkan hatinya.
Seolah amarah dan kekesalamya kembali melanda hatinya, Theo bahkan mencengkram kedua lengan yang sudah mulai memberontak itu. Akal sehatnya sudah tidak berfusngsi, tujuanya hanya satu melampiaskan kekesalanya saat ini.
Tok… tok… tok…
“Oh shhiiittt!! Sialan!” Pekik Theo kesal sambil menggebrak sofa yang ia pakai. Theo langsung beranjak dari tubuh Mikayla dan berjalan ke arah pintu.
Sementara itu Mikayla langsung duduk dengan jantung yang terus berdegup sangat kencang. Nyaris saja tubuhnya menjadi sasaran kemarahan Theo, dia terus menundukan kepalanya sambil meremat kerah bajunya.
Rasa ingin menangis kembali melandanya, tapi ia urungkan. Mikayla lebih memilih untuk tidak menangis, karena yang ada Theo semakin menggila seperti tadi saat dieinya hendak menangis karena perlakuan kasar Theo.
“Ada apa?!” Tanya Theo dengan raut wajah kesal, dia enggan menyuruh Ronal masuk.
“Kalian harus segera ke butik untuk acara malam ini, dan anda juga harus segera meeting online.” Ucap Ronal mengingatkan kegiatan Theo hari ini, dan dengan sengaja Ronal juga membantu Mikayla dari hewan buas seperti Theo.
Ronal tidak menyangka jika Theo bisa memperlakukan Mikayla seperti itu, dia hawatir wanita polos itu terluka akibat sipat Theo yang mulai gila karena Chelsea.
“Dan untuk masalah Neneknya Nona Mikayla—“
“Ayo jalan!” Titah Theo ia lebih dulu meninggalkan Ronal dari tempat itu agar Asisten pribadinya tidak banyak bicara.
Bukanya mengikuti langkah Theo, Ronal justru malah masuk kedalam ruang kerja Theo, ia mendekati Mikayla yang masih duduk menunduk.
“Mika, ayo kita pergi kamu harus ikut.” Ucap Ronal sambil memberikan jaket miliknya untuk di pakai wanita yang hampir di lecehkan itu.
Ronal tau kejadian itu, karena ia bisa memantau semua aktifitas Theo dari CCTV yang hanya dapat di akses oleh dirinya.
Walau tidak tau kenapa Ronal memberikan jaket itu, Mikayla langsung menerimanya dan memakainya. Lalu ia berjalan mengikuti Tonal yang lebih dulu berjalan.
“Kalian lama sekali!” Pekik Theo yang kini sedang menunggu dan bersamdar di mobil miliknya. “Cepat buka pintunya!” Pekik Theo, lalu tanpa sengaja dia menatap Mikayla.
Keningnya mengerut saat melihat jaket yang tadi di bawa Ronal kini telah terpasang di tubuh Mikayla.
“Lepaskan jaket itu! Kau sangat tidak cocok memakainya.” Ucap Theo, sontak Mikayla pun menatap wajah Theo.
“Kenapa? Jaketnya bagus ko.” Ucap Mikayla merasa tidak enak pada Ronal.
“Ku bulang lepaskan ya lepaskan!” Pekik Theo lagi lalu ia lebih dulu masuk ke dalam mobil dan membanting pintu mobil itu.
.
To be continued…