Aulia, gadis sederhana yang baru saja bekerja sebagai office girl di kantor megah milik CEO ternama yang dikenal kaku dan sulit didekati, tiba-tiba menjadi pesuruh pribadinya hanya karena kopi buatan Aulia.
Hayalannya menjadi karyawan yang baik dan tenang hancur seketika akibat bosnya yang tukang suruh-suruh hal yang tidak-tidak semakin membuatnya jengkel.
Sifatnya yang ceria dan kelewat batas menjadi bulan-bulanan bosnya. Akankah ia mampu bertahan demi uang yang berlimpah? Atau...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejahilan yang Tiada Akhir
...****************...
Seperti biasa, jam makan siang tiba, dan seperti biasa juga, Aulia yang harus nyiapin makan buat si Pak Bos dingin itu.
Sambil membawa nampan berisi makanan, ia melangkah santai ke ruang Aldiano. Begitu masuk, pria itu masih sibuk menatap layar laptopnya dengan ekspresi serius khasnya.
"Pak Bos, waktunya makan!" seru Aulia sambil meletakkan piring di meja.
Aldiano melirik sekilas, lalu kembali mengetik. "Taruh saja di situ."
Aulia menyipitkan mata. "Halah, jangan bilang bapak mau makan sambil kerja?"
"Memangnya kenapa?"
Aulia mendesah dramatis. "Pak, bapak tuh perlu menikmati makanan. Jangan kayak robot yang cuma kerja doang. Yuk, istirahat dulu sebentar!"
Aldiano menutup laptopnya, lalu menatap Aulia dengan ekspresi datarnya. "Kamu ngomong seakan-akan aku nggak pernah makan sebelumnya."
Aulia mendorong piring lebih dekat ke hadapannya. "Ya kali makan doang tapi gak menikmati? Nih, cobain!"
Aldiano akhirnya mengambil sendok dan mulai makan, sementara Aulia duduk di kursi seberang, menyendok makanannya sendiri.
Hening beberapa saat, hanya suara sendok yang beradu dengan piring.
Lalu, tiba-tiba Aulia terkikik pelan.
Aldiano meliriknya curiga. "Apa lagi?"
Aulia mengangkat bahu. "Saya cuma lagi inget sesuatu."
Aldiano kembali makan. "Lupakan."
"Tapi ini lucu banget," lanjut Aulia, senyum jahilnya mulai muncul.
Aldiano meletakkan sendoknya dan menatapnya. "Aulia."
Aulia pura-pura tidak mendengar dan malah berbisik pelan, "Mau nanya, Pak Bos… waktu bapak jatuh kemarin, sempet refleks mikirin apa?"
Aldiano memijat pelipisnya. "Aku tidak ingin mengingat kejadian itu."
Aulia menahan tawa. "Tapi yang saya penasaran, bapak tuh refleks mikir 'Astaga, aku jatuh!', atau 'Wah, gue bakal cium Aulia!'?"
Aldiano meletakkan sendoknya dengan sedikit lebih keras dari biasanya, menatap Aulia dalam diam.
Aulia makin terkikik, lalu berbisik lagi, "Atau jangan-jangan bapak malah mikir, 'Yes, kesempatan nyium pegawai sendiri!'?"
Aldiano menarik napas dalam. "Aulia."
"Apa?"
"Tutup mulut atau ini terakhir kalinya kamu makan siang di sini."
Aulia langsung memasang wajah polos. "Yah, jangan gitu, dong, Pak. Nanti saya kesepian makan sendiri."
Aldiano menatapnya tajam. "Itu bukan urusanku."
Aulia pura-pura mendesah kecewa, lalu kembali makan sambil tersenyum penuh kemenangan.
Meskipun Aldiano tetap dengan ekspresi dinginnya, Aulia sempat menangkap bagaimana pria itu dengan cepat mengambil gelas airnya—dan meminumnya seperti orang yang sedang menenangkan diri.
Gila, kayaknya dia benar-benar kepikiran kejadian kemarin!
Aulia semakin puas.
...****************...
Seperti biasa, saat jam istirahat pagi, pantry kantor berubah jadi tempat nongkrong favorit. Aulia baru saja selesai menyeduh kopi untuk Aldiano dan sekarang menikmati teh di meja bersama teman-temannya.
Rani menghela napas sambil mengaduk tehnya. "Aul, gue masih gak habis pikir. Lo tuh office girl, tapi tiap hari bikin kopi buat bos kita yang super dingin itu. Lo gak bosen?"
Aulia mengangkat bahu santai. "Gimana ya? Udah kebiasaan, sih. Lagian, kalau gue gak bikinin, takutnya dia ngamuk dan meja kantor langsung patah dua."
Fuji tertawa. "Lebay banget lo!"
Vina menyandarkan dagunya di tangan. "Tapi serius deh, tiap hari lo ketemu dia, tiap siang lo masakin dia juga. Gue gak habis pikir kenapa dia bisa nyaman banget sama lo. Emang lo kasih jampi-jampi di makanannya?"
Aulia pura-pura berpikir. "Hmm… mungkin aja. Atau jangan-jangan gue ini penyihir tanpa sadar?"
Sari yang lagi ngemil langsung nyahut. "Kalau lo penyihir, tolong buat gaji kita naik, dong!"
Rizky ikut tertawa. "Iya, kalau bisa bikin Pak Bos jadi ramah juga."
Aulia menggeleng cepat. "Wah, itu mah lebih susah dari naikkin gaji. Lebih gampang bikin hujan duit daripada bikin dia senyum!"
Togi yang dari tadi diam akhirnya menimpali, "Eh, tapi serius. Lo ini satu-satunya orang yang bisa masuk ke ruangan dia tiap hari tanpa bikin dia marah. Ada yang aneh, gak sih?"
Aulia tersenyum jahil. "Mungkin karena gue spesial."
Vina menatapnya curiga. "Tapi kenapa siang-siang doang? Kalau bos lo sampai secandu itu sama makanan lo, harusnya lo juga disuruh masak buat dia malam-malam, kan?"
Aulia yang sedang minum teh hampir tersedak. "Eh… ya mana gue tahu. Mungkin dia kalau malam udah kenyang sendiri."
Intan mendengus. "Lo yakin? Kalau dia gak bisa ngerasain makanan selain buatan lo, terus dia makan apa malam-malam?"
Aulia berusaha tetap santai, tapi dalam hatinya panik. Gawat, jangan sampai mereka tahu soal apartemen!
Untungnya, pintu pantry tiba-tiba terbuka, dan Teddy muncul dengan wajah lelah. "Aulia, Pak Aldiano nyariin."
Aulia langsung bersorak dalam hati. Selamat!
"Aduh, Pak Bos memang gak bisa jauh dari gue, ya," katanya pura-pura bangga sambil berdiri.
Rani mengedip jahil. "Jangan-jangan dia mau nyuruh lo masakin buat makan malam juga!"
Aulia langsung cengengesan. "Duh, jangan nakut-nakutin gitu, dong!"
Dengan cepat, ia pergi sebelum teman-temannya menginterogasi lebih lanjut. Sementara di belakang, teman-temannya masih sibuk menduga-duga.
.
.
Next👉🏻
Dalam dunia kerja, tidak ada adaptasi dengan dikasih waktu berkeliling. Perusahaan manapun waktu adalah uang, dan mereka tidak mau yang namanya rugi.
kalo diterima itu artinya sudah siap langsung bekerja. perkara tidak tahu, biasanya diminta untuk bertanya pada senior/pegawai yang sudah lama bekerja. itu logik bukan hujatan ya.
Tolong riset dulu ya biar logik ceritanya
dibandingkan temui, pilih kata 'menghadap' karena ini lingkungan kerja. Ada SOP jelas yang harus diperhatikan dan ditaati pegawai.
"Silahkan langsung menuju lantai lima belas. Kamu menghadap ke Pak Edwin bagian HRD," jawabnya bla bla
"Permisi. Saya Aulia, Office Girl yang baru. Mau lapor dulu nih, biar dibilang rajin," ujarnya