NovelToon NovelToon
My Ex Husband, story's Daniel dan Denisa

My Ex Husband, story's Daniel dan Denisa

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / cintapertama
Popularitas:1.1M
Nilai: 4.8
Nama Author: Isma Wati

Squel Flight Attendant.


Denisa, dokter berusia dua puluh lima tahun itu telah menjadi janda diusianya yang bahkan belum genap dua puluh tahun akibat obsesinya pada laki-laki yang sangat mencintai kakaknya. Susah payah pergi jauh dan berusaha move on, Denisa dipertemukan lagi dengan mantan suaminya yang sangat ia hindari setelah lima tahun berpisah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isma Wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Anak Kita

Pulsa seratus ribu, dan uang sebesar lima juta rupiah, Denisa menatap transfer itu benar ada masuk kedalam rekeningnya, dan kembali beberapa kali dia menekan angka mengecek pulsanya yang bertambah.

"Aku harus mengembalikan padanya," gumam Denisa, kemudian memasukkan gadget kedalam kantong snelli miliknya.

"Dok, balita muntaber yang dirawat dua hari lalu sudah menunjukkan kemajuannya, berat badannya juga sudah naik, tekanan darahnya normal."

Denisa melihat laporan yang diberikan Sisi "Bagaimana makanya Sus?"

"Sudah lumayan mau, minum air putihnya juga banyak." Denisa mengangguk.

"Besok pagi aku kesini buat cek kelanjutan, kapan dia sudah boleh pulangnya," kemudian Denisa melihat arlojinya "sudah waktunya aku pulang, aku pulang dulu. Malam ini bu Nani nginep ditempat ku ya? Soalnya sudah malam, nggak papakan anak mami ditinggal?" godanya pada Sisi.

"Yaelah Dok, saya udah nggak nyusu sama emak, mau suruh setahun nginep juga nggak papa."

"Iya, biar kamu bisa bawa om-om atau cowok kerumah kan? Awas loh digrebek." Denisa tertawa.

"Ih Dok, jangan kenceng-kenceng, Dokter Nisa salah, saya suka bawa aki-aki kaya yang udah bau tanah tapi masih kuat goyang, mau aku kasih obat biar mau tanda tangan seluruh harta buat aku. Lalu aku kasih sianada."

"Dasar pea, aku dukung," keduanya tertawa atas candaan mereka "bagi hasil, janda satu anak juga butuh dana besar buat masa depan."

"Hahaha Masuk ya Dok, bisa nih kita kerja sama," Sisi menimpali, "eh Dokter tampan kita mau dikemanain? duitnya juga bisa buat ongkang-ongkang kaki seumur hidup, dokter tinggal buka paha lebar-lebar, duit pasti ngalir."

Denisa menepuk pundak Sisi "Hush ngawur, aku nggak ada apa-apa sama dokter Ricko, jangan bikin gosip ah, nggak enak sama para penggemarnya."

"Tapi kalau dokter Ricko lihatnya Dokter Nisa, mau apa? penggemar memang sudah sejak lama ada, tapi tetap pemenangnya yang bersanding dipelaminan."

"Harus aku aminkan nggak sih doa kamu Suster Sisi yang mblaem-mblaem."

"Harus donk Dok, aku dukung pokoknya."

"Ah udah ahh, nggak pulang-pulang nanti, aku duluan ya," Denisa berlalu menepuk pundak Sisi.

"Salam buat Dara dan pengasuhnya Nani ya Dok." teriaknya yang masih didengar Denisa.

"Dasar anak durhakim, iya deh kalau nggak lupa."

Denisa berjalan menyusuri lorong rumah sakit menuju lobby, sudah jam sebelas malam, dia sudah memesan taksi online.

Tak lama taksi yang ditunggunya datang, tujuan Denisa bukan langsung kerumahnya, melainkan ke apartemen mantan suaminya. Denisa harus segera mengembalikan uang yang dikirim oleh Daniel.

Dia tak mau menerima pemberian apapun dari mantan suaminya, dia tidak ingin suatu saat bergantung pada orang lain lagi.

Dan tak butuh waktu lama, dia sudah sampai ditempat yang ditujunya.

Ini sudah begitu larut, keadaan sekeliling sudah sepi. Denisa ragu apa dia pantas atau tidak malam-malam berkunjung ke apartemen yang bukan siapa-siapanya. Tapi dia harus segera menyelesaikannya ini, tak mau menunggu lama.

Kini kubikel besi yang menghantarkannya sudah sampai ke lantai yang dituju. Kaki yang dibalut flatshoes itu melangkah menuju kamar yang masih diingatnya.

Denisa berdiri tepat didepan pintu kamar nomor 031, ragu, baru tersadar kenapa dia tidak menghubungi saja nomor Daniel dan mengajaknya bertemu diluar tanpa harus menemui secara langsung ke apartemennya.

Tapi sangat enggan untuk menghubungi terlebih dahulu, laki-laki itu akan ke geeran jika sampai dia menghubungi terlebih dahulu. Tapi apakah yang dilakukannya saat ini tidak jauh berbeda?

"Akhhh Denisa, kenapa kamu oon banget sih?" Denisa mengetuki keningnya, dia berbalik akan pulang saja dan akan mengembalikannya lain kali jika bertemu laki-laki itu dirumah sakit, dia pasti akan sering datang untuk menemui tunangannya.

Namun tak disangka jika laki-laki itu kini malah berdiri didepanya dengan sebuah koper ditanganya, lelaki tampan itu tersenyum menyebalkan.

'Dari mana dia?' kepo sendiri dalam hati.

"Malam-malam Mami datang? Mau menemui Papi? baru tiga hari tidak bertemu sudah sangat merindu? Ahh wajar, wajah ku memang bisa membuat orang rindu setengah mati," ujarnya dengan sangat, saa-ngat percaya diri.

Denisa terdiam ditempat, sial sekali dia, apalagi mendengar panggilan Daniel membuatnya kesal sekaligus_ ah entahlah, Denisa tak bisa mengungkapkanya, ada rasa senang, tapi bukan senang juga sih.

Daniel melangkah berhenti tepat didepan Denisa "Papi juga rindu Mami," bisiknya tepat didepan wajah Denisa, ditatapinya lamat-lamat wajah cantik itu, dia ingin berkata_ 'aku rindu'.

Sedang Denisa memalingkan wajahnya, tidak bisa dibohongi mantan suaminya memang memiliki daya tarik yang luar biasa, nyatanya sekarang debar jantung Denisa berdetak tak karuan dengan jarak yang sedekat ini.

Apalagi penampilan acak-acakan Daniel malam ini membuatnya terlihat bertambah cool dan tampan, rambut berantakan, lengan kemeja hitamnya digulung hingga ke siku, dengan kedua kencing teratas yang terbuka.

Semakin dewasa, look Daniel terlihat semakin h0t, ditambah sisa parfum duda tampan ini menguar masuk ke hidung Denisa, hingga kulit tubuh Denisa berdesir.

Daniel tipe duda idaman para wanita, eh ngomong-ngomong duda, apakah Amanda tahu jika tunangannya ini seorang duda?

"Aku kesini untuk mengembalikan uang dari anda, Pak," ucapnya kemudian.

Daniel tersenyum, wajah gengsi Denisa begitu menggemaskan, Daniel menarik wajahnya menjauh, cukup tahu jika Denisa masih berdebar didekatnya.

"Kita ngobrol didalam yuk, Mi. Nggak baik malam-malam ngobrol diluar." Daniel melewati Denisa untuk membuka pintu, namun tangannya tak lupa menarik pergelangan tangan Denisa. Denisa membelalak karena terkejut.

Daniel menempelkan kartu akses kamarnya, saat pintu terbuka, dia membawa Denisa masuk dan menutup kembali pintunya.

"Mami datengnya pas banget, apa emang kita masih jodoh ya?" seringainya, "Papi belikan oleh-oleh untuk Mami dan Dara." Daniel berjongkok membuka kopernya.

"Aku kesini cuma mau mengembalikan uangmu." ulang Denisa tujuannya kesini.

"Untuk apa? Itu cuma uang jajan satu minggu, nanti aku akan mentransfer lagi, kasih tau saja jika kurang," ujarnya masih mencari barang untuk Denisa.

Denisa ikut merendahkan tubuhnya, mengambil uang yang sudah disiapkannya, lalu mengambil tangan Daniel yang sibuk mencari sesuatu, meletakkan uang itu ditelapak tangan Daniel.

"Jangan buat kami untuk bergantung pada siapapun, tolong jangan membuat hidup yang sudah tenang menjadi hal sulit kedepannya."

Daniel menatap tak suka, dia yang memang sedang banyak pikiran dan lelah karena pekerjaan dan perjalanan jauh tersinggung mendengar perkataan Denisa.

"Siapa yang membuat sulit? Jangan sombong Denisa, aku memberikan ini untuk anak ku, bagaimanapun dia tanggung jawab ku."

Denisa berdiri masih menatap Daniel dibawahnya.

"Kamu melakukannya tanpa seizinku, hanya beberapa jam ponsel ku berpindah tangan dan kamu sudah mengobrak-abrik isinya, kamu mengganggu privasi ku. Aku terganggu, kamu tahu itu?"

Daniel berdiri membalas tatapan Denisa.

"Karena meminta secara baik-baik pasti sulit," jawab Daniel apa adanya, "kamu memang tidak berubah dari dulu, Denisa. Selalu menganggap pendapat mu paling benar, dosa besar jika kamu menghalangi seorang ayah ingin bertemu dan menafkahi anaknya. Aku cukup berdiam diri selama ini, lima tahun aku tersiksa mencari keberadaan anakku, sekarang saatnya aku melakukan kewajiban ku, termasuk memberi nafkahnya. Jika aku mau, sudah sejak kemarin aku nekat menemui anakku tanpa izin mu, karena untuk menemuinya tak perlu izin dari mu, aku sangat menghargai mu yang membesarkannya seorang diri selama ini."

"Aku dan anakku-"

"Anak kita," ralat Daniel perkataan Denisa,

"kamu tidak bisa membuahi sendiri, tanpa aku,"

Denisa mengatupkan bibirnya. "I-i-yaa aku tahu itu," akunya, "ta-pi kami tidak butuh pemberian mu sama sekali, aku tidak tahu apakah dokter Amanda tahu jika anda itu sudah pernah menikah atau belum. Tapi aku harap, anggap saja kita tidak saling mengenal, tidak pernah terjadi apa-apa. Dokter Amanda begitu mencintaimu, jadi aku mohon jangan melakukan apapun."

"Sebentar lagi kalian akan menikah dan pasti akan memiliki anak, cukup uang anda untuk anak anda kelak, aku bisa memenuhi kebutuhan anakku."

Kesal, Daniel menarik pinggang Denisa membuat tubuh mereka saling menempel tanpa celah, tanganya mencengkram kuat dagu Denisa, membuat Denisa meringis.

"Kamu masih ingat siapa yang membuat kacau selama ini? aku tahu aku salah karena menceraikan mu. Karena saat itu aku belum mencintaimu, tapi bukan berarti seenak kepala mu membuat semua ini tidak pernah terjadi. Kamu tidak bisa membuat Dara kehilangan sosok ayah, Denisa. Sehebat apa kamu sekarang tapi tetap tidak bisa mengubah status jika aku adalah ayah biologisnya, tugas mu memberi tahu Dara jika aku adalah papinya."

"Dan untuk pernikahan ku dengan Amanda, aku menjamin itu tidak akan pernah terjadi, aku tidak mencintainya, aku tidak ingin mengulang kesalahan masa lalu dan kembali terjadi perpisahan. Aku hanya akan menjadi papi satu-satunya untuk Dara. Pertunangan kami terjadi karena permintaan papanya yang sekarat."

"Itu bukan urusanku, aku akan memberitahu Dara saat usianya sudah besar, dia masih terlalu kecil karena aku-"

Daniel melepas cengkramannya di dagu Denisa, dan berpindah memeluk tubuh kecil mantan istrinya yang sangat berani padanya sekarang. Kini kedua tangannya erat memeluk tubuh Denisa.

"Kamu memberi tahu jika aku sudah disurga?" Daniel menggeleng "kamu kecil-kecil licik Denisa. Kamu sudah membuat aku hancur karena kenakalan mu dulu."

Denisa terdiam.

"Bawa Dara padaku atau aku akan merebutnya lewat pengadilan."

Daniel berucap didepan wajah Denisa, sampai bibirnya menyentuh ujung hidung Denisa.

Kemudian keduanya hanya saling diam, mata saling tatap, tapi dengan pikiran yang berbeda.

1
Alfi
untung berpisah ya thor
Alfi
kasian istrimu Daniel ,
Cut SNY@"GranyCUT"
setelah vaca kisah Abian-Delia, lanjut baca ini..
Alfi
outor nya orang lampung ya tor
Lilik Juhariah
ngapain ke apartemennya , ngapain uangnya dibalikin cuma 5;juta ma pulsa, dokter kok lemah lelet
Lilik Juhariah
gila Daniel ini aku yg baca aja ngos-ngosan kuatir Nisa pingsan, jahat banget
Lilik Juhariah
danisa cantik banget
Nizar
ini laki emang plin-plan kali ya.
Debby Feybe Mekutika
Luar biasa
Fifid Dwi Ariyani
trussabar
Fifid Dwi Ariyani
trussemangat
Fifid Dwi Ariyani
trussabar
Rosanti
Luar biasa
Fifid Dwi Ariyani
trussabar
Fifid Dwi Ariyani
teussabar
Fifid Dwi Ariyani
trussehat
Fifid Dwi Ariyani
trussemangat
Fifid Dwi Ariyani
trussehat
Fifid Dwi Ariyani
trussabar
Fifid Dwi Ariyani
trusceria
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!