AREA DEWASA+
"Sudah ku bilang, kalau memang jodoh ku pasti tidak akan kemana!" ucap Marvel sambil memandang wanita yang selama ini menghilang entah kemana.
Sejak sekolah menengah atas, Kiran tidak pernah menduga jika ia akan di sukai oleh seorang pria yang terpaut usia dua belas tahun darinya.
Kiran sangat risih, gadis ini tidak suka dengan tatapan Marvel yang suka melihat dirinya dengan penuh nafsu.
Marvel, seorang pria tampan yang harus rela pernikahannya kandas di saat usia pernikahannya baru berjalan satu hari. Bukan tanpa alasan, semua itu di karenakan mantan istri Marvel tiba-tiba menggugat cerai dan lebih memilih pergi bersama laki-laki lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 14
Saat mengantar Kiran pulang, Marvel hanya diam saja menahan malu karena ketahuan sudah membuntuti Kiran saat di hutan kota beberapa waktu lalu.
Ingin sekali Kiran tertawa berguling-guling menahan kelucuan ini.
Tak berapa lama, mobil Marvel berhenti tepat di depan rumah Kiran. Kiran langsung turun tapi sebelum itu tidak lupa ia mengucapkan terimakasih pada Marvel yang sudah membantunya.
Dengan langkah pincang, Kiran memasuki halaman rumahnya. Baru saja Kiran ingin membuka pintu, Hasan sudah terlebih dahulu membuka pintu.
"Siapa yang sudah mengantar mu hah?" tanya Hasan dengan wajah masam, "jangan coba-coba kau mempermalukan keluarga ini."
"Kamu jalan sama suami orang ya Kiran?" Sika langsung menuduh.
Kiran memutar bola matanya jengah, malas rasanya beradu debat tapi ucapan Sika tidak bisa di biarkan.
"Mata mu buta, apa kalian tidak melihat kaki ku yang terluka ini hah?"
Kiran menunjukan kakinya yang terluka.
"Kiran, kau kenapa?" tanya Hasan panik.
"Aku dan Gama di serempet orang. Orang yang tadi, yang mengantar ku pulang itu lah yang sudah membantu aku dan Gama." Kiran mencoba menjelaskan.
"Kiran, kau pasti mendapatkan uang ganti rugi. Bener gak sih?" ujar Sika.
"Ya, pasti kau sudah mendapatkan uang ganti rugi. Cepat berikan pada ayah mu!" timpal Desi membuat Kiran muak.
"Ayah,....!" Kiran menoleh ke arah ayahnya, "bisakah anak dan istri ayah ini di atur agar tidak mata duitan?"
Mata Sika dan Desi terbelalak tidak terima dengan ucapan Kiran. Kiran yang masa bodoh langsung menerobos masuk kedalam rumah.
"Anak kamu itu ya, benar-benar tidak tahu diri. Tidak ada sopan santunnya sama sekali." Desi mengomel pada suaminya.
"Sudahlah, kalian semua sama saja!" ujar Hasan yang pusing sendiri.
Desi mengumpat, tapi Hasan tidak peduli. Pria itu masuk ke dalam rumah. Hasan sama sekali tidak peduli dengan keadaan Kiran, bahkan acuh tanpa memiliki rasa iba dan kasihan pada musibah yang di alami anaknya.
"Aku sudah muak melihat Kiran di rumah ini bu. Kapan sih kita bisa menendang dia dari rumah ini?"
"Rumah ini milik almarhum ibunya. Kita tidak bisa berbuat banyak!"
"Setidaknya ibu bisa membujuk ayah agar rumah ini secepatnya berganti nama atas nama ibu. Aku sudah tidak sabar ingin menendang Kiran agar dia menjadi gembel di luar sana."
"Sertifikat rumah ini atas nama ibunya dan neneknya Kiran. Ayah tiri mu juga tidak bisa berbuat banyak apa lagi notaris sudah menyimpan surat wasiat yang mengatakan dengan jelas jika rumah ini akan berganti hak milik saat Kiran sudah berusia sembilan belas tahun."
"Dan itu artinya, satu tahun lagi...!"
Desi mengajak anak kesayangannya masuk, ia tidak ingin ada orang lain yang mendengar percakapan mereka. Kedua manusia serakah ini sangat jahat.
Di dalam kamar, Kiran yang sedang beristirahat.
"Aku muak tinggal di rumah ini. Kapan aku bisa terbebas dari dua benalu itu?"
Kiran mengusap wajahnya, tubuhnya sangat lelah apa lagi hatinya. Tiba-tiba saja Kiran di kejutkan dengan Sika yang masuk ke dalam kamar tanpa permisi.
"Mau apa kau?" tanya Kiran tidak suka.
Tak menjawab, Sika malah menyambar dua paper bag yang berada di lantai kamar.
"Ya ampun Kiran, dari mana kau mendapatkan pakaian mahal seperti ini hah?"
Sika membongkar paper bag tersebut karena ia penasaran. Sejak di pintu tadi, Sika sendiri sudah mengincar apa yang di bawa Kiran.
Bug.....
Kiran mendorong Sika, merampas kembali semua barang miliknya.
"Tidak sopan, sana keluar!" usir Kiran.
"Ayah,...ibu,....!" Sika yang manja berteriak memanggil Hasan dan Desi.
"Kau ini kenapa hah,?" tanya Kiran yang merasa sudah tidak aneh lagi dengan kelakuan Sika.
"Ada apa Sika?" tanya Desi yang datang bersama Hasan.
"Lihat Kiran, dia memiliki banyak pakaian mahal. Pasti dia sudah mencuri...!" Sika menuduh Kiran lagi.
"Benar begitu Kiran?" tanya Hasan dengan mata melotot.
"Aku tidak mencuri, orang yang sudah menolong ku yang membelikannya. Pakaian sekolah ku basah dan rusak," jelas Kiran membuat Hasan menghembuskan nafas lega.
Wajah Sika mendadak masam.
"Kiran, kau boleh membagi ku satu pakaian mahal itu. Bolehkan?" ujar Sika dengan senyum ramahnya.
"Enak saja...!" seru Kiran tidak mau, "kalau mau beli sendiri sana!"
"Ayah, ibu,....!" Sika yang manja kembali mengadu.
"Apa salahnya sih kalau berbagi dengan saudara sendiri. Lihat anak mu, pelit...!" Desi membela Sika.
"Kiran, bagi kakak mu satu lembar!" titah Hasan yang sangat menurut dengan ucapan Desi.
"Ayah,....!" suara Kiran meninggi, "ayah sendiri tidak pernah membelikan ku pakaian. Ayah selalu membelikan Sika, lalu apa hak kalian merecoki barang-barang ku?"
"Jangan seperti itu Kiran, Sika kakak mu!" ujar Hasan menekan.
"Keluar....!" usir Kiran dengan berteriak.
Gadis ini ingin melempar jam wekernya, Hasan yang melihat hal tersebut buru-buru mengajak Sika dan Desi keluar dari kamar.
"Perangai anak mu itu sangat jelek. Sesekali harus kau beri pelajaran!" ujar Desi lalu mengajak Sika pergi untuk membeli pakaian baru.
Hasan memijat kepala nyeri, ayah bodoh ini malah merasa bersalah pada Sika dan Desi bukan kepada Kiran.
Hari telah berganti, pagi yang cerah tapi tidak secerah wajah Kiran. Gadis ini di kejutkan dengan kedatangan Marvel ke rumahnya untuk melihat kondisi Kiran.
Sika selalu mencuri pandang, berharap Marvel mengajaknya berkenalan. Hasan yang bersiap untuk berangkat kerja harus duduk dulu untuk menyambut kedatangan Marvel.
"Kiran beristirahat dengan cukup. Tapi dia memaksa sekolah pagi ini," ujar Hasan yang bahkan sama sekali tidak tahu keadaan anaknya.
"Oh ya,...kenalin ini Sika. Kakaknya Kiran...!" ujar Desi yang sejak tadi sudah tidak tahan untuk memperkenalkan Sika.
Sika langsung mengulurkan tangan, tapi Marvel hanya meliriknya dengan acuh.
"Kedatangan ku ke sini hanya untuk memastikan keadaan Kiran. Kiran, kau masih sakit kenapa kau masuk sekolah hari ini?" tanya Marvel yang pada Kiran yang sejak tadi tampak acuh tak peduli.
"Aku bosan di rumah...!" jawab Kiran singkat.
"Kenapa?" tanya Marvel sekali lagi.
"Panas, seperti di neraka jahanam!" celetuk Kiran, "Udah ah, aku mau berangkat sekolah. Nanti terlambat!"
"Biar aku antar!" kata Marvel langsung di tolak oleh Kiran.
"Sekolah Kiran dekat kok, mending ngantar Sika aja ke kampus. Lumayan loh jaraknya. Iya kan suami ku?" Desi menyenggol lengan suaminya.
Sika tersipu malu, ia sangat berharap Marvel mengiyakan jadi dirinya bisa duduk di mobil mewah milik Marvel.
"Om, kaki ku masih sakit. Sepertinya aku butuh tumpangan!" ujar Kiran yang berubah pikiran.
"Oh, ayo berangkat sekarang!" kata Marvel yang tak mau berlama-lama berada di rumah Kiran.
Mereka berpamitan, Desi dan Sika terus mengumbar senyum kepalsuan. Tak berapa lama Kiran dan Marvel pergi, Hasan juga berangkat bekerja.
"Dari mana dia menemukan lelaki kaya seperti itu?"
"Bu, dia tidak hanya kaya tapi juga ganteng. Aku suka padanya!" kata Sika lalu mengerek pada Desi untuk membantunya mendapatkan Marvel.
hhhh ayah macam apa itu, kok lah sama kyk ayah q..
😓
gitu lihat sinopsis nya sama kyk aq sama suami yg jarak umur 12th..
langsung penasaran sama ceritanya 🤭..
tp bagus juga loh, unik malah orang bisa jd hafal..