Cinta Dalam Nestapa Season 4
Andara Prameswari Haryawan.
Gadis cantik berniqob harus mengalami pahitnya hidup dalam berumah tangga. Ia dikhianati oleh suaminya ketika usia pernikahan baru seumur jagung.
Andara tidak percaya jika suaminya selingkuh jika belum di lihat dengan mata kepalanya sendiri. Ia berusaha menyelidiki sendiri dengan caranya hingga bukti menunjukkan apa yang ia cari.
Saat ia ingin mengadukan hal itu kepada semua keluarga, nahas dirinya sudah terlebih dahulu di bunuh oleh suami dan selingkuhannya.
Andara antara hidup dan mati saat meregang nyawa ia berdoa,
"Ya Robb, jika memang cukup disini takdirku. Maka aku ikhlas. Tapi aku meminta satu hal. Aku ingin bangkit kembali dengan wujud yang baru agar bisa menghukum orang yang telah tega membunuhku dan juga janinku! Aku akan menuntut balas atas apa yang ia lakukan padaku dan janinku! Aku akan menjadi maut untuknya!"
Yuk, ikuti kisah Andara
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana pernikahan Andara dan Rama
Sepekan telah terlewati. Andara sendiri sudah mulai sibuk di kantor baru miliknya. Sementara Rama dan juga tuan Arthajaya masih berada di Yogyakarta untuk menyusun rencana lamaran untuk pernikahan Rama dan Andara.
Ibu Nawaning Asih sendiri yang turun tangan untuk membeli seserahan untuk calon menantunya. Beliau tidak mempermasalahkan tentang status Andara. Baginya, hanya Andara menantu yang tepat untuk mendampingi putra bungsunya.
Beliau begitu sibuk menyiapkan segala sesuatunya. Beliau ingin memberikan kesan terbaik untuk Andara dan keluarga besarnya. Rencananya, mereka sekeluarga akan ke Medan besok pagi tanpa memberitahukan pada Andara.
Ibu Nawaning ingin memberikan kejutan untuk calon menantunya itu.
"Udah, toh, Bu. Nanti badannya capek, loh." tegur Rama untuk yang kesekian kalinya pada ibu nawaning yang masih berkutat membungkus semua hadiah seserahan untuk calon menantu pilihan suaminya itu.
"Diam, toh, Nduk! Ibu sedang sibuk ini! Iyo, kan Pak?" jawabnya sembari meminta pendapat dari suaminya yang kini duduk bersama kedua cucunya, anak dari Komandan Farhan dan Fina.
Fina dan Komandan Farhan terkekeh. "Udah, toh, Dek. Biarkan saja Ibu kita membuat sesuatu untuk calon menantunya. Kamu yang nggak kenal ibu aja, sih? Nggak ingat aja kamu dulu saat mas mu ini melamar Mbak mu?" ujar Komandan farhan yang diangguki oleh Fina.
"Masmu benar, Rama. Mbak masih ingat, bagaimana dulu Ibu begitu heboh saat datang ke rumah hingga membuat keluarga mbak itu terkejut bukan main. Dan kali ini, keluarga calon istrimu yang akan Ibu buat jantungan!" Fina tertawa.
Ibu Nawaning terkekeh. Komandan Farhan pun ikut tertawa. Tuan Arthajaya memeluk putra bungsunya itu.
"Ibumu kalau bersangkutan dengan pilihan Ayah, selalu seperti itu! Ibu mu orang pertama yang menyetujui calon istri kalian berdua sebelum kami mengutarakan pada kalian. Terbukti, kalian bahagia bukan?" ucap Tuan Arthajaya yang diangguki oleh mereka semua.
"Benar. Jika menyangkut menantu pilihan Ayahmu, ibu yang paling bersemangat! Pilihan Ayahmu tidak pernah salah, Nduk! Sudah, semuanya sudah selesai. Segera bersiap! Pesawat kita akan berangkat malam ini! Ibu harus istirahat sebentar, sebelum kita ke Bandara!" imbuh Ibu Nawaning dengan segera berlalu di ikuti oleh tuan Arthajaya di belakangnya.
Rama tersenyum tipis melihat kedua orangtuanya yang selalu akur dan harmonis itu.
"Ya, sudah. Mbak dan mas mu harus bersiap. Kamu pun bersiap. Ingat, jangan kabarkan calon istrimu tentang hal ini. Kalau kamu mengabrakannya, tunggu saja Ibu merajuk dan menghukummu hingga tujuh hari tujuh malam!"
Komandan Farhan dan Fina tertawa. Rama pun ikut tertawa.
"Tenang aja, Mas. Aku tidak akan mengatakan apapun padanya. Lagipula, ia sedang sibuk dengan kantor barunya hari ini," jawab Rama yang diangguki oleh keduanya sambil berlalu.
Rama tersenyum sendiri memikirkan nasibnya dan juga Andara. Ia tak menyangka, jika masih di berikan kesempatan hingga bisa bersatu kembali dengan cinta pertamanya itu.
Ke esokan harinya.
Pukul delapan waktu Medan, di kediaman Abi Ragata dan Ummi Ira sedang heboh menyambut tamu yang datang secara tiba-tiba tanpa berkabar.
Ummi Ira sampai panik di buatnya. Beliau segera menghubungi semua anak dan menantu untuk segera kembali ke rumah karena suatu hal. Mereka yang di hubungi, secepat kilat kembali.
Begitu pun dengan semua keluarga besarnya datang satu jam kemudian. Rumah berlantai dua itu menjadi riuh dengan gelak tawa dari Rama dan juga Arga.
Mereka sedang menertawakan kekocakan yang terjadi pada Zee dan Zidan yang saat itu sedang memadu kasih di pagi hari malah terganggu dengan kedatangan keluarga Rama.
Zidan yang menjadi bahan olokan adik ipar dan sepupu istrinya hanya bisa tersenyum malu. Sudah biasa dirinya seperti itu. Dirinya yang super sibuk mengurus perusahaan keluarga baru saja pulang dari luar kota tadi subuh.
Selepas subuh, ia langsung meminta haknya. Akan tetapi, pukul delapan pagi, kamar keduanya sudah di gedor dengan panik oleh Ummi Ira. Sebab calon besannya sudah datang dan tidak mengabari dulu.
Jadilah kedua manusia yang sedang melepas rindu itu harus bekerja cepat. Dan itu, menjadi bahan olokan keluarganya. Ada dua orang anggota Ummi Ira yang tidak bisa pulang. Yaitu Atika dan Prince.
Keduanya masih dalam tugas masing-masing. Rumah keluarga besar itu pun kembali sunyi setelah tuan Arthajaya menyampaikan kenginannya.
"Maafkan kedatangan kami yang mendadak. Membuat keluarga besar Andara menjadi heboh," ujarnya sambil terkekeh-kekeh.
Ibu Nawaning tersenyum saja.
"Tidak apa-apa tuan Arthajaya! Kami hanya terkejut, itu aja, sih." Jawab Abi Ragata yang diangguki oleh ummi Ira.
"Betul! Kalian datangnya tidak berkabar dulu. Makanya saya panik. Kalian datang saat saya belum mandi dan masih sibuk dengan kebun sayur milik saya di belakang!" Ummi Ira terkekeh.
Semua yang mendengarnya pun ikut terkekeh.
"Kalau saya beritahu, bukan kejutan, dong, namanya Besan! Kami sengaja tidak mengabarkan Andara masalah ini. Karena ini akan menjadi kejutan untuk putri kita! Biarlah ia bertugas dengan pekerjaannya. Kita para orangtua, akan sibuk menyiapkan pernikahannya!"
Semua keluarga saling pandang dan menatap bingung pada Ibu Nawaning yang begitu bahagia saat membicarakan tentang pernikahan Andara.
"Pernikahan? Pernikahan Andara? Dengan siapa?" tanya Ummi Ira masih juga bingung.
Abi Ragata terkekeh sembari memeluk erat istrinya itu yang masih sama lugu dan polosnya.
"Istriku, Ibu Nawaning membawa Rama kesini untuk melamar putri kita, loh. Masih belum paham juga?" ucap Abi Ragata pada Ummi Ira yang kini manggut-manggut tanda mengerti.
Tak lama setelahnya ia terpekik lagi. Semua yang melihatnya pun ikut tertawa dengan aksinya itu.
...****************...
Like, komen dan hadiahnya ye?