Ig: Tantye 005
Juara Favorit pembaca Air mata Pernikahan 2
Menikah karena perjodohan membuat Harun membutuhkan waktu lama untuk mencintai istrinya-Haura. Di hari Aniversarry mereka yang pertama, pria itu berencana mengatakan cintanya pada Haura.
Namun, kebenaran tentang wanita itu membuat Harun mengurungkan niatnya. Alih-alih mengatakan cinta, Harun malah mengusir Istrinya dari rumah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susanti 31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 30 ~ Tabir Pernikahan
Ezra, pria itu melempar hasil tes DNA ke atas meja sambil menatap Harun tajam. Dia sangat geram melihat tingkah Harun yang seakan-akan paling tersakiti dalam hal ini.
"Terserah apa kau mau percaya atau tidak. Aku hanya bisa membantumu sampai di sini saja sebagai seorang sahabat. Itu hasil darahmu juga darah Haura yang diam-diam aku ambil."
Harun langsung mengambil kertas yang baru saja dilempar oleh Ezra, memeriksa apa yang tertulis di dalam kertas tersebut. Pria itu terhenyak melihat hasilnya 99% positif.
Dia memandangi kertas bergantian dengan Ezra. "Kau serius kalau Haura sedang hamil anakku?"
"Untuk apa aku berbohong padamu? Tidak ada gunanya. Selama ini dia memintaku menyembunyikannya karena tidak ingin kau menuduhnya yang tidak-tidak. Harus kau ketahui selama ini dia menderita, bukan hanya fisik tapi batin juga. Hamil tanpa suami sangat menyiksa dan ...."
Ezra menghela nafas panjang melihat Harun yang meninggalkan ruangannya begitu saja padahal dia belum selesai bicara.
Harun terus saja berjalan dengan langkah lebar menuju parkiran mobil, tujuan pria itu adalah rumah untuk memberitahukan kebenaranya pada Elena dan Vivian, juga membatalkan pernikahan yang akan terjadi satu minggu lagi.
Saat akan melajukan mobil, ponsel Harun berdering cukup nyaring, membuat pria itu urung menancap gas. Menjawab panggilan dari seseorang yang selama ini dia tunggu kabarnya.
"Bagaimana?"
"Saya sudah mendapatkannya, apa bisa bertemu sekarang? Filenya terlalu besar untuk saya kirim."
"Baiklah." Menganggukkan kepala padahal pria di seberang telpon tidak mungkin melihatnya.
Harun segera meninggalkan lingkungan rumah sakit menuju alamat yang baru saja dikirimkan oleh temannya. Jantung Harun berpacu sangat hebat sekarang, terlebih setelah tahu dia telah menelantarkan istri dan calon anaknya.
Harusnya sejak awal dia peka akan kehamilan istrinya, bukan malah terus menuduh berulang kali.
"Bodoh, harusnya kau jujur kalau sedang hamil, aku tidak mungkin mengusirmu dari rumah." Memukul setir kemudi sesekali karena sangat kesal. Rasanya sesak membayangkan Haura menderita seorang diri.
Dia yang hanya mengalami kehamilan simpatik merasa sangat lelah dan sering demam, lalu bagaimana dengan Haura?
Pria itu menginjak pedal gas secara dadakan lalu memutar setir kemudi memasuki kawasan warung kopi cukup estetik khusus anak muda. Dia lantas turun dan menghampiri teman kuliahnya yang sedang berkutat dengan laptop.
Harun duduk di hadapan pria bertopi tersebut.
"Akhirnya kau datang juga, saya ada urusan penting setengah jam lagi." Pria itu mencabut flashdisk yang terpasang di laptopnya lalu menyerahkan pada Harun.
"Hanya waktu yang kau sebutkan, kan?"
"Hm."
Pria itu meletakkan struk pembayaran yang baru saja dia lakukan dengan seseorang yang ahli dalam bidang It.
"Saya mendapatkannya secara ilegal karena pemilik hotel sangat keras kepala."
"Kirimkan rekeningmu, akan saya transfer sekarang juga," ucap Harun tanpa pikir panjang.
Setelah berbicara panjang lebar dan menyelesaian pembayaran satu sama lain yang jumblahnya mengalahkan gaji Harun satu bulannya di rumah sakit.
Pria itu pulang kerumahnya untuk memeriksa rekaman CCTV yang mungkin saja memberikannya beberapa petunjuk tentang perselingkuhan yang telah Haura lakukan selama ini.
Tanpa menyapa siapapun, Harun langsung saja masuk ke kamarnya lalu mengunci pintu rapat-rapat. Mengambil laptop, kemudian menyambungkan Flashdisk yang dia dapatkan dari temannya.
Harun mulai meneliti rekaman tersebut, dimana Haura baru saja memasuki hotel jam 2 siang seorang diri. Wanita itu tampak kebingungan seperti mencari seseorang sebelum akhirnya duduk di kursi tunggu sambil memainkan ponselnya.
Selang beberapa lama, seorang wanita menghampiri Haura dengan membawa sebotol air minum. Duduk di samping Haura sambil menyerahkan air minum tersebut.
Harun mengambil nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan video selanjutnya, dimana Haura jatuh pingsan selang beberapa menit setelah menghabiskan setengah air yang diberikan seorang wanita.
Istrinya dibopong oleh pria yang dipanggil oleh seseorang memasuki sebuah kamar. Kamar di mana dia menemukan Haura jam 9 malam bersama seorang pria.
"Jadi apa yang dikatakan Haura semuanya benar? Dia dijebak oleh seseorang?" Mata Harun berkaca-laca, penyesalan mulai berdatangan di hatinya karena dibutakan oleh amarah dan Ego sehingga tidak mendengarkan setiap perkataan Haura.