NovelToon NovelToon
Teluk Narmada

Teluk Narmada

Status: tamat
Genre:Tamat / Teen Angst / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Masalah Pertumbuhan / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Angin pagi selalu dingin. Ia bergerak. Menerbangkan apa pun yang sekiranya mampu tuk diterbangkan. Tampak sederhana. Namun ia juga menerbangkan sesuatu yang kuanggap kiprah memori. Di mana ia menerbangkan debu-debu di atas teras. Tempat di mana Yoru sering menapak, atau lebih tepatnya disebabkan tapak Yoru sendiri. Sebab lelaki nakal itu malas sekali memakai alas kaki. Tak ada kapoknya meskipun beberapa kali benda tak diinginkan melukainya, seperti pecahan kaca, duri hingga paku berkarat. Mengingatnya sudah membuatku merasakan perih itu.

Ini kisahku tentangku, dengan seorang lelaki nakal. Aku mendapatkan begitu banyak pelajaran darinya yang hidup tanpa kasih sayang. Juga diasingkan keluarganya. Dialah Yoru, lelaki aneh yang memberikanku enam cangkang kerang yang besar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 3

Namaku, Shinea. Orang-orang yang akrab denganku biasanya memanggilku, Cine. Usiaku 14 tahun. Kelas 8. Aku tinggal di salah satu pulau di Indonesia. Termasuk pulau yang kecil, yakni pulau Lombok. Tempat yang paling banyak dikenal dengan sebutan pulau seribu masjid. Begitulah kenyataannya. Belum sampai 5 kilometer aku melalui perjalanan untuk pergi ke pantai. Entah sudah berapa masjid yang terlewat.

Kurasakan sesuatu yang berat menindih pundakku. Ini dia. Si tukang tidur. Ke mana pun dan dalam keadaan apa pun. Ia selalu tidur.

"Baiklah, Queen. Kita bahkan belum seperempat jalan tapi kamu sudah menjelajahi alam mimpi seperti itu!" seruku sambil mendorong kepalanya menjauh karena merasa geli pada pundakku.

Si tukang tidur itu membuka matanya yang sayu. Membunyikan bibir sembari menggeliat. Lalu menguap lepar di balik telapak tangannya.

"Sudah sampai? Mana pantainya?"

Aku menepuk dahi.

Tiba-tiba, bis yang kami tumpangi menikung tajam. Seketika membuatku yang duduk paling tepi terhimpit teman-temanku yang kehilangan keseimbangan. Itu karena kami duduk di kursi paling belakang. Di mana bisa muat hingga lima orang.

Seorang lelaki yang duduk di depanku melongokkan kepalanya. Hanya memperlihatkan separuh wajahnya.

"Apa!?" ketusku kepada lelaki itu galak.

"Ada yang punya kantong kresek?" pintanya.

"Nah, ini lagi satu tukang mabuk kendaraan. Nggak di mobil, bus, bahkan motor pun tetap aja suka mabuk," ucapku tegas.

Kini wajah lelaki itu terlihat semuanya. Lalu tiba-tiba memperagakan seperti orang akan muntah. Seketika membuatku berdiri dan hendak menjauh, namun malah membuat kepalaku terhantuk jendela.

"KAI!"

Lelaki bernama Kai itu tertawa puas. Dilanjutkan dengan mengayunkan tangannya ke arahku seperti seorang anak yang hendak meminta uang kepada ibunya.

"Apa?"

"Kantongnya, Cine!"

"Emangnya aku pernah bilang kalau mau ngasih?" ujarku sambil melirik ke arah lain.

"Ya, udah. Berarti aku akan muntah ke arah kamu."

"Jorok! Awas aja kalau berani-berani. Jangan harap bisa lepas dari pukulan superku!"

Sekali lagi, bus kembali bergoyang. Kali ini lebih kencang. Lagi-lagi aku terhantuk. Suaranya keras pula. Itu membuat Kai berekspresi seperti orang kesakitan.

"Uh, itu pasti sangat sakit. Siapa kamu?" celetuk Kai mencoba mengejekku.

"Sok asik!" ketusku.

"Oh, kirain udah amnesia karena terhantuk 2 kali."

Terdengar suara tawa dari 3 orang lainnya di dekat Queen. Sebab di tukang tidur itu sendiri sudah kembali tertidur. Namanya memang sudah cocok. Queen. Ratu tidur. Bukan lagi putri tidur.

Suara tawa yang membuatku menoleh. Begitu juga dengan Kai. Tentu saja aku tahu apa yang mereka tertawakan. Aku pun tahu maksud di balik tawa tersebut.

"Udahlah. Kalian mah cocok banget. Ribut terus setiap hari. Berantem terus setiap hari," cetus Niji yang duduk paling ujung sana.

"Apanya yang cocok kalau berantem terus?" Aku bertanya tidak terima.

"Ya, namanya juga jodoh. Sekarang mungkin sering berantem. Ke depannya, malah saling suka," sahut seseorang yang duduk di sebelah Niji.

Sejenak. Aku melemparkan pandangan ke arah Kai. Makhluk paling usil itu cengegesan. Seperti menunggu aku yang terlebih dahulu menanggapi.

"Oh, ya. Nggak dulu deh kalau sama dia," ujarku sembari melemparkan pandangan ke arah Niji dan dua orang di dekatnya.

"Iya, Cine mah cocoknya sama yang barbar. Kayak itu, siapa namanya yang terkenal kriminal di desanya Cine dan Niji itu?" Kai bertanya dengan melirik sekitar sembarang, tanda sedang berpikir.

Apa-apaan lagi ini. Tidak ada angin tidak ada hujan malah menyebut seseorang yang jelas-jelas belum pernah ditemuinya. Berita tentang kenakalan lelaki itu memang sudah menyebar ke banyak tempat. Ya, tentu saja orang yang dimaksud Kai adalah Yoru.

❀❀❀

Kami telah sampai di lokasi study tour. Lokasinya adalah pantai Narmada. Sebuah pantai indah dan unik. Indahnya adalah, karena pantai ini sangat bersih dan pasirnya berwarna putih bersih. Uniknya, pantai tersebut terlihat warna warni karena kerang-kerang di pantai itu melimpah dan cantik berwarna-warni. Apalagi ketika matahari sedang terik-teriknya. Berkilau seperti istana berlian. Oleh sebab itu, tak sedikit juga orang yang menyebut pantai ini sebagai pantai pelangi.

Ember berukuran sedang yang aku bawa sudah siap diisi oleh manik-manik alam ini. Ibu sangat suka berkreasi. Ia sangat kreatif. Kerang-kerang ini akan aku berikan kepadanya. Nantinya, ia sulap menjadi bermacam-macam aksesoris cantik.

Kegiatan study tour sudah terlaksana. Kami diberikan waktu untuk menikmati pantai atau berkegiatan secara bebas sebelum pulang. Sehingga, aku memilih untuk berjalan sendiri untuk mengumpulkan kerang-kerang cantik ini. Terus melangkah jauh. Hingga rombongan terlihat sangat kecil dari pandangan. Aku berhenti saat menyadari bahwa mereka sudah terlihat seperti ukuran semut.

"Kerang-kerang ini membuatku terhipnotis." Aku berkata pada diriku.

Tanpa sadar, ada sesosok yang terlihat. Hanya berjarak tak lebih dari 3 meter. Bukan lagi orang-orang dari kejauhan yang terlihat seperti semut itu. Kerang-kerang ini benar-benar menghipnotis. Sampai-sampai tidak menyadari keberadaan orang ini. Lebih mengejutkannya lagi, Yoru!

Napasku berembus berat. Pandangan kami tertaut. Selintas, aku melihat ekspresi terkejutnya. Walaupun ia langsung menampakkan ekspresi datar. Seperti biasanya.

Haruskah aku berlari? Tapi, sejujurnya aku ingin tetap di sini. Mungkin untuk mendapatkan jawaban. Tentang apa yang ia lakukan di sini. Atau tentang dirinya. Entah dari kapan, aku ingin tahu lebih banyak hal tentang si lelaki nakal ini. Mata dan beberapa bagian wajahnya yang babak belur masih terlihat jelas. Wajar saja. Itu baru sekitar 3 hari lalu.

"Menjauh dari semua manusia. Manusia tak layak menjadi temanku menjalani hidup." Yoru bertutur dengan pandangannya yang mengarah ke laut.

"Apa yang kamu lakukan di sini sendirian, Yoru?" Aku bertanya.

"Sebab setiap kali bertemu manusia. Tak akan lepas dari berbagai jenis luka," urainya tanpa menanggapi perkataanku.

Angin kencang menggoyang-goyangkan rambut gondrongnya yang kusut. Kemeja lusuh itu lagi. Jika saja aku yang memakai itu dan dilihat ibu. Sudah pasti akan dijadikan kain lap. Tapi Yoru, entah baju apa pun yang menjadi inner-nya. Selalu seja kemeja lusuh berwarna krem polos itu yang tak pernah lepas dari tubuhnya. Entahlah. Aku tak tahu pasti sebab aku tidak bertemu dengannya setiap hari. Tapi aku selalu melihatnya mengenakan itu setiap kali bertemu dengannya.

"Hanya dengan melihatku bersama manusia. Lantas terkaman bak hewan buas itu terlaksana. Buas dan menyakitkan. Kukira, mataku akan buta karenanya. Bukankah lebih baik memang seperti itu? Hidup tanpa luka tak ada sisi menariknya. Dengan darah mengucur. Itu membuatku menyadari, bahwa anggota tubuhku masih berfungsi, yaitu rasa sakit." Yoru bertutur lagi.

Telapak tangan yang kuat seolah meremas sanubari. Sakit sekali rasanya mendengar penuturan Yoru. Entah apa yang sebenarnya terjadi. Tapi, ia seolah memindahkan endapan perasaannya kepadaku. Sesak sekali. Seperti ada gumpalan derita yang ia rengkuh selama ini. Apa pun itu. Aku yakin bahwa sebenarnya ia sangat menderita.

"Yoru, jadilah temanku!"

1
_capt.sonyn°°
ceritanya sangat menarik, pemilihan kata dan penyampaian cerita yang begitu harmonis...anda penulis hebat, saya berharap cerita ini dapat anda lanjutkan. sungguh sangat menginspirasi....semangat untuk membuat karya karya yang luar biasa nantinya
Chira Amaive: Thank you❤❤❤
total 1 replies
Dian Dian
mengingatkan Q sm novel semasa remaja dulu
Chira Amaive: Nostalgia dulu❤
total 1 replies
Fie_Hau
langsung mewek baca part terakhir ini 😭
cerita ini mengingatkan q dg teman SD q yg yatim piatu, yg selalu kasih q hadiah jaman itu... dia diusir karna dianggap mencuri (q percaya itu bukan dia),,
bertahun2 gk tau kabarnya,,, finally dia kembali menepati janjinya yg bakal nemuin q 10 tahun LG😭, kita sama2 lg nyusun skripsi waktu itu, kaget, seneng, haru..karna ternyata dia baik2 saja....
dia berjuang menghidupi dirinya sendiri sampai lulus S2,, masyaAllah sekarang sudah jd pak dosen....

lah kok jadi curhat 🤣🤦
Chira Amaive: keren kak. bisa mirip gitu sama ceritanya😭
Chira Amaive: Ya Allah😭😭
total 2 replies
Iif Rubae'ah Teh Iif
padahal ceritanya bagus sekali... ko udah tamat aza
Iif Rubae'ah Teh Iif
kenapa cerita seperti ini sepi komentar... padahal bagus lho
Chira Amaive: Thank youuuu🥰🤗
total 1 replies
Fie_Hau
the first part yg bikin penasaran.... karya sebagus ini harusnya si bnyak yg baca....
q kasih jempol 👍 n gift deh biar semangat nulisnya 💪💪💪
Chira Amaive: aaaa thank you🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!