Jerat PINJOL

Anak-anak Dea sudah bangun semuanya, 3 anak Dea langsung memeluknya dengan erat, memeluk sambil mendoakan ibu mereka.

Andi tersenyum tipis, bahagia sekali melihat 4 orang ini, senyum mereka tulus dan itu yang Andi harapkan, hal ini menjadi mimpi Andi saat menikahi Dea.

"Papa gak kasih ucapan ke Mama? Mama Aku ulang tahun, Papa." Nina langsung protes saat Andi masih diam saja, tidak ikut memeluk Dea seperti Nino dan Nana.

"Coba tanya Mama, Papa udah ucapin selamat ulang tahun belum?" jawab Andi dan Nina langsung bertanya pada Dea.

"Bener Ma?"

"Iya, Papa yang duluan ucapin selamat ulang tahun ke Mama," jawab Dea dan Nina tersenyum, Papa nya tidak membohongi dirinya.

"Tapi gak apa sekarang peluk lagi, Pa. Biar kita kompak terus," pinta Nino dan Andi tertawa.

Andi mendekati Dea lalu melebarkan tangannya, Dea mau tidak mau masuk ke dalam pelukan Andi, Kesal boleh kesal tapi Dea masih menjaga perasaan Anak-anaknya.

"Nah begitu dong," ucap Nino dengan semangat.

Dea buru-buru melepaskan dirinya dari pelukan Andi karena sebenernya Dea merasa risih berpelukan seperti ini.

Anak-anak diminta mandi oleh Dea, Dea mulai memasak untuk sarapan pagi, selesai memasak Dea masuk ke dalam kamar, menyiapkan pakaian kerja Andi, Rutinitas yang terus terjadi setiap hari, jangan tanya bagaimana rasa melakukan rutinitas ini setiap harinya, rasa capek iti sudah pasti datang dan kadang saat setan melintas, rasa capek ini berubah menjadi rasa bosan dan emosi bisa meledak kapan saja.

"Aku kirim kue ultah mu nanti siang, aku udah pesen. Kamu jalan jam berapa? Ucap Andi, Andi juga bertanya tentang rencana Dea yang akan bertemu dengan sahabat-sahabat nya.

"Abis anak-anak pulang sekolah, sekitar jam 4, gak perlu kue ulang tahun, buang-buang duit doang," jawab Dea dengan nada yang dingin, jangan pikir Dea tidak bisa membalas apa yang Andi lakukan, bukan kah selama ini Dea sudah bersabar menghadapi mood Andi yang sering kali berubah-berubah dengan begitu cepat.

"Kamu masih BT sama aku?" tanya Andi, Andi bertanya sambil memakai kemeja kerjanya.

"Enggak tau juga," jawab Dea sambil pergi meninggalkan kamar, Dea harus menyiapkan bekal anak-anaknya dan Dea pikir pembahasan ini tidak bermutu.

30 kemudian rumah menjadi sepi, semua orang beraktifitas hanya Dea yang merasa dirinya nothing to do, hanya merapihkan pekerjaan rumah dan rumah tanpa menghasilkan uang.

Masih dengan mode mencuci baju, Dea duduk sambil memeriksa handphone nya, beberapa chat masuk dari pinjol, penawaran lagi batas kenaikan limit dari pinjaman yang sudah Dea bayar kemarin dan pengingat tagihan yang akan jatuh tempo beberapa hari lagi.

"No, gue gak mau buka lubang lagi, gue harus hapus akun pinjol yang udah lunas, gue gak boleh terus gali lubang tutup lubang," monolog Dea dengan sungguh-sungguh, mempunyai hutang itu sangat membebani dirinya, rasa cemas selalu datang dan tentu saja gelisah.

Dea mulai mencari aplikasi Opipay, aplikasi ini sudah Dea bayar lunas saat di rumah Lili kemarin. Masuk ke aplikasinya dan mencoba menghapus akun dari bagian pengaturan.

Sial, rencana Dea untuk menghapus akun tidak bisa di lakukan, untuk proses hapus akun memerlukan waktu 1 bulan dan artinya itu jebakan dari pinjol untuk orang seperti Dea.

Bagaimana tidak dianggap jebakan, Orang seperti Dea pasti akan tertarik lagi untuk mengajukan pinjaman saat dirinya merasa butuh, padahal pinjaman itu berbunga tinggi, terbantu diawal tapi mencekik di belakangnya tapi Dea tidak bodoh, dia sudah bertekad untuk tidak berhutang lagi, Dea melakukan Uninstall aplikasi Opipay di handphone nya, salah satu cara sederhana agar dirinya tidak fokus pada aplikasi itu.

"Adakamu tinggal 1 x bayar lagi, semoga ada keajaiban biar gue bayar ini hutang-hutang tanpa perlu berhutang lagi," doa Dea sungguh-sungguh.

Dea lebih extra bekerja hari ini, sore ini Dea akan bertemu sahabat-sahabatnya dan jangan pikir itu mudah untuk seorang Dea, orang yang tidak pernah berpergihan untuk sekedar minum kopi atau makan diluar bersama sahabatnya ini sudah menulis banyak pesan untuk Nana anak pertama Dea.

"Ini obat panas kalo Ade tiba-tiba demam," ucap Dea pada Nana, Nina dan Nino ikut berdiri di belakang Dea, ingin mengetahui apa yang dipesankan Dea pada Nana.

"Makanan udah siap makan semuanya, Kue ultah abisin aja, gak perlu sisain buat Mama," ucap Dea lagi dan Nana tertawa.

"Ma, Mama ini cuma mau jalan makan-makan tapi repotnya udah model orang mau berangkat Umroh aja, banyak banget pesennya," Nana terkekeh karena melihat tulisan yang dibuat Dea, mulai dari nomor handphone Ardhan yang aktif, nomor Pak Udin, security komplek juga Nomor telphone Koko Alung, toko galon dan gas yang siap delivery 24 jam.

"Mama enggak lama kan?" tanya Nina, Nina sedikit khawatir di tinggal oleh Dea, Nina sudah sangat terbiasa dengan Dea di rumah dan kepergian Dea ini menjadi sesuatu hal yang luar biasa untuk Nina.

"Mama pergi enggak lama sayang, Mama cuma mau makan bareng Om Ardhan, Tante Lili dan Tante Ifa doang," jawab Dea, ini pertanyaan Nina yang kesekian kalinya setelah mengetahui Dea akan pergi.

"Kenapa makannya enggak di rumah ini aja? Masakan Mama kan enak," tanya Nina lagi, si bungsu ini seolah tidak menginjikan Ibunya pergi ke luar rumah, apalagi terlihat Dea sudah lebih cantik sore ini, Dea sudah merias wajahnya walaupun tipis tapi ini diluar kebiasaan Dea yang selalu polos tanpa make up saat di rumah.

"Cari suasana baru lah, today is special day my Mom," jawab Nino dengan bahasa inggris ala kadarnya dan Dea tertawa mendengarkan jawaban dari Nino.

"Mama enggak akan lama Na, boleh kan Mama pergi?" tanya Dea sambil berjongkok di depan Nina, Suara mesin mobil sudah terdengar di depan rumah, artinya Ardhan sudah tiba.

Nina belum menjawab, Nana berlari membuka pintu.

"Drama dulu yah, Kak?" tanya Lili pada Nana, Nana terkekeh dan suara Lili yang sudah masuk ke dalam rumah di dengar oleh Dea.

"Biasalah Tan, Anak manja takut di tinggal kabur Mama nya," ejek Nino menjawab pertanyaan Lili yang kini semakin mendekati Dea dan Nina.

"Ade mau ikut?" tanya Lili pada Nina, Dea terkekeh dan Nina menggelengkan kepalanya.

"Aku banyak PR Tante Li, kalo aku ikut Mama nanti PR nya gak beres," jawab Nina, tangan Nina terus memegang tangan Dea dan Dea tersenyum.

"Yah udah, Ade kerjain PR, Mama nya pergi dulu sama Tante Li, nanti pulang nya Tante Li bawain coklat, gimana?" tawar Lili dan Nina menganggukkan kepalanya, Setuju dengan tawaran dari Lili.

Drama Nina yang akan ditinggal oleh Dea akhirnya selesai juga, kini Dea sudah duduk di mobil Ardhan.

"Lu kok gak jemput Ifa sih, Dhan?" tanya Dea dan Ardhan menoleh ke arah Dea.

"Gue udah mau jemput tapi dia mau datang sendiri aja, soalnya abis jalan sama kita dia masih mau jalan," jawab Ardhan.

"Dia mau jalan kemana yah, De. Perkiraan kita beres aja jam 7, masa iya dia mau jalan malem-malem?" balas Lili yang duduk di samping Ardhan, Dea juga berpikir hal yang sama dengan Lili tapi Lili bertanya hal itu terlebih dahulu.

"Acara kantor lakinya," jawab Ardhan yang rupanya sudah berkomunikasi lengkap dengan Ifa.

"Oohhhh," jawab Lili dan Dea kompak, rasanya lega mendapatkan jawaban itu dari Ardhan.