Berniat memberi kejutan kepada sang kekasih, Zifana justru yang terkejut karena ia memergoki sang kekasih sedang bercinta dengan sahabatnya sendiri. Rasa sakit itu kian dalam ketika Zifana mengetahui kalau sahabatnya sedang dalam keadaan hamil.
Zifana pun pergi dan membawa rasa sakit itu. Ia berjanji akan membuat kedua orang itu membayar mahal atas pengkhianatan yang sudah mereka lakukan.
Bisakah Zifana membalas pengkhianatan itu dan menemukan kebahagiaannya?
Simak kisahnya di sini dan jangan lupa selalu beri dukungan untuk Othor Kalem Fenomenal, Guys 😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Zifana-30
Ketika Jason sudah bersedia untuk menjadi ayah dari bayi yang mungkin akan dikandungnya, Rere pun merasa sangat lega. Selanjutnya, ia meminta Jason agar menyuapinya. Ia ingin segera pulih dan bisa beraktivitas seperti biasa karena setelah ini, ia berencana akan mencari pekerjaan untuk menyambung hidupnya. Ia tidak yakin akan kembali ke rumah orang tuanya lagi setelah ia kabur dan mereka tidak mencari sama sekali.
"Aduh, perih. Aku kelilipan," rintih Rere sambil mengedipkan mata berkali-kali.
Jason yang merasa cemas pun langsung menaruh piring dengan segera dan membantu meniup mata Rere agar debu yang masuk tadi segera hilang.
Jarak mereka sangatlah dekat. Jason menangkup wajah Rere dan fokus meniup mata wanita tersebut, sedangkan Rere hanya diam dan mengamati wajah Jason dari dekat. Wajah yang sebenarnya sudah ia kagumi sejak lama dan ia ingin berada di posisi itu selama mungkin.
Mereka tidak menyadari bahwa di ambang pintu ada Zifana yang sedang berdiri terpaku bersama Joshua. Gadis itu terus saja menatap ke arah mereka dengan tatapan yang sudah dijelaskan. Bahkan, Zifana merasakan ada gelayar rasa sakit yang menelusup masuk ke hatinya ketika ia melihat pemandangan itu.
Mungkinkah ini yang dinamakan cemburu.
Zifana menepis perasaannya sendiri. Tidak sepantasnya ia merasa cemburu kepada mereka. Bukankah Jason bukanlah kekasihnya? Rere juga sudah bersahabat dengan Jason sejak lama. Gadis itu menyadarkan hatinya sendiri.
"Ehem!" Joshua sengaja berdeham dengan keras untuk mengalihkan perhatian kedua orang yang sedang duduk berdekatan di brankar.
Jason menoleh ke belakang dan terkejut ketika melihat sahabatnya sedang berdiri bersama dengan Zifana. Dengan gegas, Jason mendekati mereka bahkan tanpa mengucap sepatah kata pun, langsung mengajak Zifana pergi dari sana.
"Kau mau bawa adikku ke mana, Son!" bentak Joshua menghentikan langkah Jason yang sudah menjauh beberapa langkah dari ruangan itu.
"Jos, izinkan aku berbicara dengan adikmu. Sebentar saja. Aku mohon." Jason begitu meminta.
Melihat sorot mata sahabatnya, Joshua pun akhirnya mengiyakan karena setelah ini ia tidak yakin apakah Jason bisa menemui Zifana atau tidak karena lelaki itu akan memberi batasan kepada siapa pun yang dekat dengan adiknya. Semua itu ia lakukan untuk menjaga keselamatan adiknya.
Ketika bayangan Jason maupun Zifana tidak lagi terlihat, Joshua pun berjalan masuk dengan gaya gagah lalu duduk di tepi brankar. Sorot matanya yang menajam membuat Rere yang duduk di depannya seketika menunduk takut.
"Hai, Nona. Maaf, aku menjengukmu hanya membawa tangan kosong karena tadi dadakan. Jadi, aku tidak sempat membawa apa pun untukmu," kata Joshua. Duduk di samping Rere yang terlihat makin gugup. Bahkan, tubuh Rere terlihat gemetar karena khawatir Joshua akan menyakitinya.
"Ti-tidak apa-apa. Kau tidak perlu repot-repot. Terima kasih karena kau sudah bersedia menjengukku," ucap Rere terbata.
"Baiklah. Nona, maaf kalau aku lancang, tapi aku hanya ingin bertanya padamu. Apa ada hubungan spesial antara kau dan Jason? Atau ada sebuah perasaan yang lebih dari teman di antara kalian?" tanya Joshua tanpa basa-basi.
"Aku dan Jason hanyalah sebatas sahabat dan tidak lebih." Rere menjawab cepat.
"Apa kau mencintainya, Nona?" tanya Joshua lagi.
Mulut Rere terbungkam rapat. Untuk pertanyaan satu ini, wanita itu tidak bisa menjawabnya. Tidak mendapat jawaban sama sekali dari wanita di depannya, sontak membuat Joshua merasa yakin kalau Rere menyimpan perasaan lebih dari sahabat kepada Jason.
"Nona, kau tidak perlu menjawabnya karena aku sudah tahu apa jawabannya." Joshua menjeda ucapannya sesaat. "Karena aku yakin kalau kau mencintai Jason maka keputusanku sudah benar. Aku akan membuat Zifana jauh dari Jason."
"Kenapa? Aku memang mencintai Jason lebih dari sahabat, tapi bagi Jason aku hanyalah sahabatnya tidak lebih. Justru, yang aku rasakan itu Jason sepertinya sudah menaruh rasa kepada adikmu," kata Rere membuat Joshua tertegun.
"Apa maksudnya?" tanya Joshua yang justru bingung.
"Jason sudah mencintai adikmu, tapi dia belum menyadarinya. Aku ada rahasia penting yang harus kau ketahui, tapi kuharap kau tidak bilang kepada siapa pun, termasuk Jason sekalipun," pinta Rere. Joshua pun menimbang untuk memikirkan. "Apa kau mau berjanji?"
"Baiklah." Tidak ada alasan bagi Joshua untuk tidak mengiyakan. Ia pun mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan oleh wanita itu. Sebuah fakta yang membuatnya benar-benar tercengang.
***
Jason duduk berdua bersama Zifana di sebuah restoran. Lelaki itu sengaja memesan private room agar lebih bebas ketika mengobrol dengan Zifana. Ia tidak ingin ada yang mengganggu bahkan lelaki itu sampai mematikan ponselnya.
"Apa yang akan kau katakan?" Zifana membuka suara untuk memecah keheningan di antara mereka.
Jason tidak langsung menjawab, terlebih dahulu menatap lekat gadis di depannya. Gadis yang seringkali mengusik pikirannya. Tidak berjumpa sehari saja, Jason merasakan rindu.
Ah ... rindu. Mungkinkah ia sudah mulai mencintai gadis itu.
"Kenapa kau diam saja!" Suara Zifana yang meninggi seketika mengejutkan Jason dari lamunan.
"Em, tidak. Aku hanya ingin berbicara padamu. Joshua memintaku memecatmu, tapi asal kau tahu, sampai kapan pun aku tidak akan pernah mau memecat kau dari perusahaanku," kata Jason tegas.
"Tapi ...."
"Zi, kumohon. Aku tidak mau dekat dengan wanita mana pun. Aku sudah merasa cocok denganmu. Aku takut pekerjaanku akan berantakan kalau harus mencari penggantimu." Jason menggenggam tangan Zifana, tetapi langsung ditepis kasar oleh wanita itu.
"Maaf, tapi sepertinya aku tetap akan berhenti dari perusahaanmu. Kalaupun kau meminta uang denda satu triliun pun, aku akan meminta papa untuk membayarnya. Mungkin setelah ini aku akan pergi jauh sekali. Menjauh dari siapa pun dan hidup dalam ketenangan."
"Kau mau ke mana, Zi? Jangan pergi jauh dari sini!" Jason tampak khawatir. Sungguh, ia tidak mau jika sampai harus berpisah dari Zifana.
"Entah. Yang jelas aku ingin menjauh dari siapa pun seperti dulu. Aku justru lebih nyaman. Aku hanya khawatir jika terlalu lama di sini maka aku akan kembali terluka sama seperti saat Jayden selingkuh. Lagi pula, ada Rere di sini. Jadi, kau tidak punya alasan apa pun untuk membuatku tetap tinggal di sini." Zifana menghirup napas dalam. Ini terasa berat untuknya, tetapi ia tidak mau jika hatinya akan jatuh cinta pada hati yang salah.
"Zi, kumohon. Aku tidak mau kalau sampai kau pergi dariku. Aku sungguh tidak bisa jauh darimu, Zi. Rere hanyalah sahabatku tidak lebih. Aku hanya menganggap dia sahabat. Percayalah padaku, Zi." Jason meraih tangan Zifana dan menggenggamnya erat meskipun gadis itu menolak.
"Aku ...."
"Aku mohon jangan pergi jauh dariku. Aku benar-benar tidak bisa jika harus kehilanganmu. Zi ... kalau boleh jujur, sebenarnya hatiku sudah jatuh cinta padamu."