"Ingat Queensha. Aku menikahimu hanya demi Aurora. Jadi jangan pernah bermimpi jika kamu akan menjadi ratu di rumah ini!" ~ Ghani.
Queensha Azura tidak pernah menyangka jika malam itu kesuciannya akan direnggut secara paksa oleh pria brengsek yang merupakan salah satu pelanggannya. Bertubi-tubi kemalangan menimpa wanita itu hingga puncaknya adalah saat ia harus menikah dengan Ghani, pria yang tidak pernah dicintainya. Pernikahan itu terjadi demi Aurora.
Lalu, bagaimana kisah rumah tangga Queensha dan Ghani? Akankah berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja_90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Missing
Queensha segera turun dari motor yang mengantarkannya sampai depan pintu gerbang sekolah taman kanak-kanak bertaraf internasional. Wanita itu segera berlari mendekati satpam yang baru saja hendak masuk ke pos keamanan.
"Permisi, Pak. Apa di dalam masih ada murid sekolah yang belum pulang? Kebetulan saya adalah salah satu orang tua murid di kelas 0 kecil," ujar Queensha dengan nada panik. Keringat mulai bercucuran akibat teriknya sinar matahari di siang hari.
Ahmad memperhatikan penampilan Queensha dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Penampilan wanita di hadapannya memang terkesan sangat sederhana jika dibandingkan dengan orang tua dari murid di sekolah tersebut.
Tak mengenakan pakaian branded apalagi perhiasan mencolok yang mampu menyilaukan pandangan. Hanya mengenakan celana jeans biru langit dipadu dengan blus warna putih serta wajah yang dipoles senatural mungkin. Walaupun Ghani memberikannya kartu ATM berisikan puluhan juta rupiah di rekeningnya, tetapi Queensha tak memanfaatkan kesempatan itu untuk berbelanja sampai tabungan sang suami ludes.
"Apa Ibu orang tua dari Aurora Syafiatunissa?" tanya pria berseragam. Sebelum memberi izin untuk masuk ke halaman sekolah, dia ingin memastikan terlebih dulu untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan.
Queensha mengangguk cepat. "Benar. Saya Ibu sambungnya Aurora."
"Baiklah. Kalau begitu Ibu bisa masuk ke dalam. Tadi, Miss Shinta menitipkan Neng Aurora pada saya karena beliau ke toilet. Paling sekarang putri Ibu sudah bersama gurunya lagi," papar Ahmad.
Queensha menghela napas panjang, menghilangkan semua kekhawatiran yang sempat bersemayam di dalam dada. Seakan terjalin ikatan batin yang kuat di antara Queensha dan Aurora, wanita itu merasa seperti akan terjadi hal buruk menimpa putri sambungnya. Oleh karena itu, dia memutuskan memesan ojek online agar bisa secepatnya menjemput Aurora di sekolah.
Maka keduanya melangkah menuju taman yang tak jauh dari gerbang masuk sekolah. Tatkala kaki jenjang itu melangkah, debaran hebat menghantam dada. Sesaat Queensha merasa sesak di dada seakan ada batu besar yang tiba-tiba saja dilemparkan tepat ke bagian dada wanita itu.
'Kenapa jantungku terus memompa tak beraturan. Sebenarnya apa yang terjadi pada putriku? Perasaan ini ... rasanya sulit untuk diungkapkan.'
Queensha mempercepat langkahnya, menyusul Ahmad yang telah lebih dulu berjalan di depan sana. Dia memangkas jarak agar tak jauh tertinggal. Langkah kaki semakin dipercepat saat mendengar Ahmad mengatakan bahwa sebentar lagi mereka akan sampai di tujuan.
"Loh, kok kosong, Pak? Tadi Bapak bilang kalau anak saya ditinggal di sini? Lalu, kenapa tempat ini malah kosong?" Queensha menuntut penjelasan Ahmad dengan sejelas-jelasnya. Bagaimana bisa tempat itu dalam keadaan kosong sementara beberapa waktu lalu pria itu mengatakan bahwa Aurora sedang duduk di bangku taman.
Ahmad menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal. "Ke mana perginya anak itu? Perasaan tadi sebelum ditinggal dia masih duduk di sini." Pria itu tampak kebingungan karena tak menemukan Aurora di sekitaran taman sekolah.
"Pak, kenapa diam saja? Di mana anak saya?" kata Queensha dengan meninggikan nada suaranya. Dia sudah tidak bisa bersabar ingin menemui Aurora.
"Ehm ... a-anu ... tadi sih sebelum saya tinggal dia masih duduk di sini, Bu. Namun, kok sekarang menghilang ya? Mungkin anak Ibu sedang diantar Miss Niken pergi ke kamar mandi." Ahmad belum menyadari bahwa sebetulnya gadis yang dia tolong adalah orang yang diutus Mia untuk mengalihkan perhatiannya dari layar monitor di pos keamanan.
"Kok mungkin sih, Pak! Jadi Bapak tidak tahu pasti di mana anak saya sekarang berada?" tandas Queensha dengan meninggikan nada suara. Wanita itu sedikit kesal mendengar jawaban Ahmad.
Dengan gugup Ahmad menjawab, "Terakhir kali sih saya melihat, anak Ibu memang sedang duduk di sini. Kemudian saya menolong seorang gadis yang sedang kebingungan, mencari alamat seseorang. Nah, setelah itu saya tidak tahu lagi ke mana perginya anak Ibu."
Rasanya tungkai Queensha tak lagi mampu menopang beban tubuhnya. Dia tidak sanggup untuk berdiri hingga terduduk lemas di bangku. "Ya Tuhan, bagaimana jika terjadi hal buruk menimpa Aurora? Apa yang harus kukatakan pada Pak Ghani? Dia dan keluarganya pasti menyalahkanku karena tidak becus menjadi Rora."
Tak berselang lama, miss Shinta keluar dari toilet yang berada di sudut dekat anak tangga. Dia menatap keheranan saat melihat raut wajah Queensha penuh kecemasan. 'Kenapa Bu Queensha kelihatan cemas sekali? Apa yang terjadi selama aku tinggal? Lalu, kenapa Pak Ahmad tampak begitu ketakutan?'
Wanita itu menghampiri orang tua dari muridnya dengan tatapan penuh tanda tanya. "Permisi. Ada apa ya ini? Kenapa Bu Queensha kelihatan sedih sekali."
Queensha bergegas bangkit dari kursi. Dengan mata berkaca-kaca dan raut wajah penuh kecemasan dia bertanya, "Miss Shinta, apa Ibu membawa Aurora ke suatu tempat? Kenapa dia tidak ada di sini?" tanyanya tanpa basa basi.
Mata miss Shinta melotot mendengar pertanyaan Queensha. "Saya tidak membawa Aurora ke mana-mana, Bu. Tadi saya minta dia menunggu di sini sampai saya ataupun Ibu datang menjemput."
Queensha mengusap wajahnya dengan kasar. Apa yang ditakutkan menjadi kenyataan. Aurora, anak sambungnya itu menghilang dan tak tahu dibawa pergi oleh siapa.
"Ya Tuhan, ke mana harus kucari Aurora?" Wanita itu mulai merasa risau, khawatir Aurora diculik kemudian dijual ke luar negeri untuk diambil organ dalamnya.
Miss Shinta membungkukan sedikit badannya di hadapan Queensha. "Bu Queensha jangan cemas, kita pasti menemukan keberadaan Aurora. Sekarang sebaiknya kita ke pos jaga, memeriksa rekaman CCTV." Lantas, wanita itu menoleh ke belakang. "Pak Ahmad, bantu saya mencari keberadaan Aurora. Kita harus segera mencarinya."
Dengan dibantu Shinta, Queensha berjalan terseok-seok menuju pos pengamanan. Ahmad segera menjalankan tugasnya dengan baik. Dia amati setiap layar monitor yang ada di ruangan tersebut.
Rekaman itu menampilkan secara jelas bagaimana Aurora bisa pergi meninggalkan bangunan dua tingkat itu dengan seorang wanita asing yang menggandeng jemari mungil si kecil. Semua kejadian terekam jelas di layar monitor. Hingga tiba waktunya di mana wajah wanita paruh baya itu terpampang nyata di depan sana.
"Pak, tolong perbesar bagian itu!" titah Queensha sambil menunjuk layar monitor. Amarah seketika merajai segenap jiwa dan raga wanita itu. Dada kembang kempis disertai sorot mata tajam bagaikan binatang buas yang siap menerkam mangsanya.
"Mama Mia. Rupanya kamu dalang di balik ini semua." Tanpa banyak cakap Queensha segera mengeluarkan telepon genggam dari dalam sling bag yang tersampir di antara pundak dan ketiak.
Di waktu bersamaan, telepon genggam Queensha berbunyi. Nama si penelepon muncul di layar gawai milik wanita itu.
"Mama?" Dengan gerakan cepat Queensha menggeser warna hijau pada layar gawainya. "Halo, di mana kamu sembunyikan putriku? Aku enggak akan segan membuat perhitungan dengan kalian kalau sampai Aurora kenapa-napa. Cepat katakan, di mana dia sekarang!"
...***...
😂😂😂
Bahkan lulu sampai memperingati ghani harus menjaga queensha 🤔