Guru killer, yang ada dibenak semua orang pasti seorang guru yang galak dan suka menghukum siswanya bukan?
Begitu pula yang dialami oleh Evangeline Dorius (18 tahun) yang sangat tidak menyukai seorang guru killer karena selalu menyulitkannya atau memberinya tugas yang banyak.
Namun, apa jadinya jika guru killer itu jatuh cinta kepada dirinya? Bagaimana reaksi Eva terhadap pernyataan cinta Pak Theo?
Ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NKS Iravati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 - Kelinci Percobaan
Di kolam yang dipenuhi oleh bunga teratai tempat mereka janjian, Eva datang lima menit lebih awal pun duduk, menunggu yoga yang akan datang.
"Eva!" Seru seseorang memanggil namanya. Siapa lagi kalau bukan Yoga.
Eva pun berdiri lalu menoleh ke asal suara. Sementara Yoga berdiri tepat di depannya dengan nafas yang tidak beraturan karena sehabis berlari.
Yoga perlahan mendekati Eva lalu menarik kedua pergelangan tangan Eva. Menggenggam erat kedua tangannya. Yoga memejamkan matanya dengan menarik lalu menghembuskan nafasnya secara teratur agar tidak gugup.
Eva juga tak kalah gugupnya, bagaimana tidak tangannya digenggam dengan erat oleh Yoga.
"I Love You." Ucap Yoga yang menatap dalam manik mata Eva.
"Ya, I Love You." Ucap Yoga lagi dengan nada meyakinkan.
Deg!
Eva pun mematung dengan jantungnya yang berdetak kencang. 'Apakah penantianku mencintainya dalam diam terbalaskan?" Eva membatin.
Sejenak Eva memejamkan matanya, lalu menarik nafas dalam-dalam. Baru saja dia ingin berbicara namun, harus terhenti karena Yoga yang juga ikut berbicara.
"Payah! Aku tidak pernah berpikir akan mengatakan hal ini kepada seorang gadis sebelumnya, tapi aku sungguh mencintaimu, sungguh aku mencintaimu." Ujar Yoga.
Eva pun hanya tersenyum simpul mendengar pernyataan cinta Yoga kepada dirinya.
"Kuharap aku bisa mengatakannya ini kepadanya tapi, beberapa kali aku pikir ingin mengatakannya dan saat aku mendekatinya aku mau bilang padanya dan pada akhirnya karena gugup aku tidak bisa mengatakannya." Lanjut Yoga.
Eva terdiam meresapi kata-kata yang barusan keluar dari lisan Yoga. Setiap kata dan jedanya dia teringat jelas dibenaknya.
Rasanya? Tentu saja sakit. Jantungnya bagai ditikam oleh beberapa belati, yang menusuk dalam. Sejenak perkataan awal Yoga yang manis membawanya melayang ke angkasa namun pada akhirnya menghempasnya jatuh, sejatuh-jatuhnya.
Laki-laki pertama yang dikenalnya, cinta pertamanya sukses membuat hatinya hancur berkeping-keping.
Apakah ini yang dinamakan pahitnya cinta pertama? Mungkin iya. Ada beberapa orang yang pada akhirnya jatuh cinta dengan sahabat masa kecilnya dan ada yang tidak bahkan sebagian hanya bisa memendam perasaan bertepuk sebelah tangan.
"Jadi aku harus bagaimana?"
Eva pun tersadar dari lamunannya. Lalu tersenyum getir.
"Aku tidak bisa mengatakannya…."
"Pada siapa?" Tanya Eva dengan matanya yang sudah berkaca-kaca namun, dia tahan agar tidak menetes. Untung saja pencahayaan minim sehingga Yoga tidak mungkin melihat genangan air matanya.
Yoga pun menjawabnya dengan wajah tanpa dosa. "Pada siapa lagi, ya pada Gisell."
Eva terdiam.
"Oke, kita ulangi lagi ya. Aku jadi diriku sendiri dan kau jadi Gisell. Hey, tatap aku." Ucap Yoga. Menyadarkan Eva yang terdiam.
Yoga pun memulainya. "Huft! Oke, aku, a-aku, aku, huft! Gisell, I love you." Ujarnya cengengesan.
Eva menatap manik coklat milik yoga dengan menahan lelehan air matanya agar tidak terjatuh. Dengan perasaan yang tidak dapat diartikan Eva pun menjawabnya. "I Love You Too."
Yoga pun tersenyum dengan bangganya. "Dia akan menerimanya kan?" Tanya Yoga memastikan.
Eva pun mengangguk dengan senyum yang mengembang di wajahnya. Dengan senangnya Yoga pun memeluk erat Eva.
Mereka pun berpelukan beberapa menit. "Aku akan bilang padanya." Ucap Yoga. Lalu melepaskan pelukannya dan pergi meninggalkan Eva.
"Mau kemana?" Eva bertanya.
Yoga berbalik menoleh ke belakang. "Tentu saja menemui Gisell, aku akan mengatakannya sekarang. Terimakasih Eva." Teriaknya.
Eva pun terdiam menatap kepergian Yoga yang semakin lama semakin menghilang dari pandangannya.
Setelahnya air mata yang sedari tadi dia tahan akhirnya pecah juga. Tubuhnya hampir luruh ke tanah, dia pun berjongkok lalu menenggelamkan wajahnya di tangan yang sudah dilipatnya di atas lututnya.
"Hiks…. Hiks…. Hiks…. Kenapa ini bisa terjadi kepadaku? Hiks…."
Hatinya sangat sakit saat ini, bisa-bisanya orang paling berharga baginya, menjadikannya kelinci percobaan untuk menyatakan perasaannya kepada gadis lain.
Di Sela tangisannya, tiba-tiba saja sebuah jaket bertengger di bahunya.
Bersambung…..
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Eva be like:
Aku kepada reader yang baca tapi kagak like👇:
...(Oke, jika mau liat masa Eva pacaran bisa baca di cerpen aku judulnya sama cuma nama tokoh, dan alur berbeda dengan novel) 🙂...