NovelToon NovelToon
Kode Rahasia Di Hati

Kode Rahasia Di Hati

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Identitas Tersembunyi / Mata-mata/Agen / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Lily Dekranasda

Lucy adalah mata-mata yang tidak pernah gagal menjalankan misinya. Namun, kali ini misinya membawa dia menyamar sebagai pacar palsu miliarder muda, Evans Dawson , untuk memancing musuh keluar dari persembunyiannya.

Ketika Evans tanpa sadar menemukan petunjuk yang mengarah pada identitas asli Lucy, hubungan mereka yang semula hanya pura-pura mulai berubah menjadi sesuatu yang nyata.

Bisakah Lucy menyelesaikan misinya tanpa melibatkan perasaan, atau semuanya akan hancur saat identitasnya terbongkar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dunia Bisnis Dawson

Seiring berjalannya waktu, Lucy semakin terlibat dalam kegiatan bisnis di perusahaan Dawson Enterprises. Evans sepertinya sengaja menciptakan alasan agar Lucy berada di sisinya, terutama dalam pertemuan-pertemuan penting. Lucy awalnya merasa tidak nyaman dengan perhatian yang begitu besar dari Evans, tetapi ia tidak bisa menyangkal bahwa ia menikmati tantangan baru yang diberikan kepadanya.

Hari ini, Lucy mendapat undangan untuk menghadiri rapat dengan salah satu klien terbesar perusahaan, sebuah perusahaan teknologi internasional yang berbasis di Jepang. Rapat dijadwalkan di ruang pertemuan utama yang terletak di lantai paling atas gedung, dengan pemandangan panorama kota yang memukau.

Lucy tiba lebih awal dari waktu yang dijadwalkan. Ia memastikan semua dokumen dan presentasi sudah tersusun rapi di meja. Beberapa menit kemudian, Evans masuk, mengenakan setelan jas hitam yang sempurna seperti biasa. Senyumnya mengembang saat melihat Lucy yang sudah siap.

“Pagi, Lucy,” sapa Evans dengan nada lembut.

“Pagi, Tuan Dawson,” jawab Lucy sambil berdiri. “Semua dokumen sudah disiapkan, dan saya memastikan proyektor berfungsi dengan baik.”

Evans tertawa kecil. “Kau tahu, Lucy, aku tidak pernah meragukan kemampuanmu. Kau selalu tahu cara mengatur segalanya dengan sempurna.”

Lucy tersenyum sopan, mencoba menjaga sikap profesionalnya. “Terima kasih, Tuan Dawson. Apakah Anda ingin saya melakukan sesuatu yang lain sebelum rapat dimulai?”

Evans duduk di kursi utama, lalu memandang Lucy dengan tatapan serius. “Aku hanya ingin kau tetap di sini selama rapat. Aku yakin kau bisa memberikan perspektif yang berbeda.”

Lucy tertegun. “Saya? Perspektif saya mungkin tidak relevan untuk topik yang akan dibahas.”

Evans menggeleng. “Jangan meremehkan dirimu sendiri. Kau lebih dari sekadar sekretaris, Lucy.”

Lucy merasa pipinya memerah, tetapi sebelum ia bisa menjawab, pintu terbuka, dan beberapa eksekutif serta klien memasuki ruangan. Percakapan itu terpotong, tetapi tatapan Evans terus melekat padanya.

Rapat dimulai dengan perkenalan formal. Perwakilan dari perusahaan teknologi Jepang, seorang pria berusia sekitar lima puluhan bernama Mr. Tanaka, menyampaikan visi perusahaan mereka. Pembahasannya berlangsung lancar hingga tiba pada bagian presentasi Evans.

Lucy berdiri, membagikan dokumen kepada semua yang hadir, sedangkan Evans berdiri dan memulai presentasi dengan percaya diri. Lucy memperhatikan cara Evans berbicara, tenang, jelas, dan penuh karisma. Namun, ketika sesi tanya-jawab dimulai, sebuah pertanyaan sulit dari Mr. Tanaka membuat suasana menjadi tegang.

“Strategi Anda sangat ambisius, Tuan Dawson,” kata Mr. Tanaka dalam bahasa Inggris yang agak kaku. “Tetapi bagaimana Anda memastikan bahwa produk ini akan memenuhi standar global?”

Evans terdiam sejenak, tampak memikirkan jawabannya. Lucy, yang duduk di sebelahnya, merasa bahwa ini adalah kesempatan untuk menunjukkan kemampuan yang selama ini ia sembunyikan.

“Maaf, bolehkah saya menambahkan sesuatu?” Lucy angkat bicara dengan suara tenang namun tegas.

Semua mata di ruangan itu beralih padanya. Evans tampak terkejut, tetapi ia memberi isyarat agar Lucy melanjutkan.

“Produk ini dirancang berdasarkan analisis pasar yang mendalam,” kata Lucy, menatap langsung ke arah Mr. Tanaka. “Kami juga telah bekerja sama dengan konsultan internasional untuk memastikan bahwa setiap fitur memenuhi kebutuhan konsumen global. Selain itu, kami membuka pintu untuk masukan lebih lanjut dari pihak Anda agar produk ini benar-benar sempurna.”

Mr. Tanaka mengangguk perlahan, tampak terkesan. “Kata-kata Anda sangat meyakinkan. Saya senang mendengar bahwa perusahaan Anda terbuka untuk kolaborasi.”

Evans tersenyum lebar, matanya berbinar penuh kebanggaan.

Setelah rapat selesai dan klien meninggalkan ruangan, Evans mendekati Lucy yang sedang merapikan dokumen.

“Lucy,” panggilnya.

Lucy mendongak. “Ya, Tuan Dawson?”

Evans menatapnya dengan tatapan penuh arti. “Aku tidak tahu kau memiliki kemampuan seperti itu. Kau benar-benar menyelamatkan situasi tadi.”

Lucy mengangkat bahu dengan santai. “Saya hanya mengatakan apa yang menurut saya benar.”

Evans tertawa kecil. “Kau luar biasa. Aku semakin yakin bahwa membawa kau ke dalam dunia bisnis ini adalah keputusan yang tepat.”

Lucy hanya tersenyum tipis, tetapi hatinya berdebar. Perasaan aneh itu kembali lagi, sesuatu yang tidak seharusnya ia rasakan terhadap seorang klien.

Setelah rapat, Evans mengajak Lucy makan siang di restoran mewah di dekat kantor. Lucy awalnya ragu, tetapi Evans meyakinkannya bahwa ini adalah bentuk apresiasi atas kontribusinya di rapat tadi.

Mereka duduk di meja yang terletak di sudut ruangan dengan pemandangan kota yang menakjubkan. Pelayan datang membawa menu, dan Evans memesan untuk mereka berdua.

“Saya bisa memesan sendiri, Tuan Dawson,” protes Lucy dengan nada bercanda.

Evans tersenyum jahil. “Aku tahu, tapi biarkan aku yang melakukannya kali ini.”

Saat makanan datang, mereka mulai berbicara tentang berbagai topik, mulai dari pekerjaan hingga kehidupan pribadi. Percakapan itu terasa ringan, namun Lucy tidak bisa mengabaikan cara Evans menatapnya—seolah-olah ia adalah pusat dunia pria itu.

“Lucy,” kata Evans tiba-tiba, “kau benar-benar berbeda dari siapa pun yang pernah aku temui.”

Lucy mengernyit. “Berbeda bagaimana?”

Evans meletakkan garpunya dan menatapnya serius. “Kau cerdas, tegas, dan memiliki keanggunan yang sulit dijelaskan. Aku merasa beruntung bisa bekerja denganmu.”

Lucy merasa wajahnya memanas. Ia mencoba mengalihkan perhatian dengan meminum airnya, tetapi tatapan Evans tetap membuatnya gugup.

“Terima kasih, Tuan Dawson,” jawabnya pelan. “Tapi saya hanya melakukan pekerjaan saya.”

Evans menggeleng. “Tidak, Lucy. Kau melakukan lebih dari itu. Kau membuatku melihat dunia ini dengan cara yang berbeda.”

Lucy tidak tahu harus berkata apa. Ia hanya bisa tersenyum kecil, meskipun hatinya mulai kacau.

Setelah makan siang, mereka kembali ke kantor. Lucy merasa bahwa hari itu penuh dengan momen yang membingungkan, tetapi ia tidak bisa mengabaikan fakta bahwa ia menikmati perhatian Evans.

Di sisi lain, Evans semakin yakin dengan perasaannya. Ia tahu bahwa Lucy bukan wanita biasa, dan ia tidak bisa membayangkan kehidupannya tanpa kehadiran wanita itu. Namun, ia juga sadar bahwa Lucy adalah teka-teki yang sulit dipecahkan, dan ia bertekad untuk menemukan jawaban dari rahasia yang tersembunyi di balik senyuman wanita itu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!