Menjalani kepahitan hidup bertubi-tubi, membuat Anya akhirnya terjebak dalam dunia malam yang tak pernah dibayangkannya. Suatu hari sepulang bekerja dalam keadaan setengah mabuk, Anya menabrak seorang pria. Pria itu ternyata kengalami amnesia hingga Anya terpaksa menampungnya untuk sementara waktu.
Siapa sangka jika pria tanpa identitas yang sebelumnya papa dan sebatang itu termyata adalah seorang pengusaha kaya yang dinyatakan hilang dalam sebuah kecelakaan misterius, bahkan sudah dianggap meninggal
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izzati Zah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Hari ini adalah jadwalnya Anton untuk melakukan fisioteraphy. Anya baru ingat sesuatu hal yang penting. Bukankah rumah sakit tempat Anton akan melakukan teraphy sama dengan rumah sakit tempat Heru bekerja. Bagaimana kalau mereka bertemu dan Heru akan menganggunya lagi? Sebersit kekhawatiran terlintas di benak Anya. Tapi kemudian sebuah pesan masuk ke ponsel Anya. Dari Alina, dan Anya segera membukanya.
Heru sudah tidak bekerja di rumah sakit itu lagi, kamu tidak perlu memindahkan perawatan Anton dari sana...
Begitu isi pesan itu. Oh, jadi Alina sudah mengatur segalanya dengan begitu rapi dan sempurna. Pastilah dia punya uang dan kekuasaan yang tinggi untuk melakukan itu semua, begitu pikir Anya. Tapi Anya tak perlu ambil pusing dan bisa kembali bernafas dengan lega, karena mulai sekarang dia tidak perlu bertemu dengan Heru lagi. Dan semua itu berkat jasa Alina, wanita asing yang tidak lain adalah isteri Heru.
"Sudah siap?", Tanya Anya saat melihat Anton keluar dengan kursi rodanya.
"Sudah, ayo berangkat..."
Anya menyempatkan membeli beberapa jajanan di dekat rumah sambil memesan taksi online. Mereka belum sempat sarapan jadi rencananya, mereka akan menyantap jajanan yang di beli di dalam mobil nanti sebagai gantinya sarapan supaya lebih praktis dan efisien.
Sampai di rumah sakit, mereka pergi ke bagian pendaftaran, lalu menuju ke bagian fisioteraphy. Disana Anton masuk sendiri sementara Anya menunggu di luar ruangan. Sesekali Anya mengintip ke dalam lewat jendela kaca yang ada disana. Ternyata sudah banyak perkembangan yang dialami Anton sejak pertama memulai teraphy. Anya bisa melihat Anton sudah bisa mulai melangkah, meski masih tertatih sambil berpegangan. Hanya satu dua langkah, kemudian kembali jatuh.
Di dalam ternyata Anton bisa melihat Anya yang sedang berdiri di depan jendela sambil memperhatikannya. Tanpa sengaja pandangan mereka bertemu dan Anton tersenyum. Entah mengapa Anya jadi salah tingkah sendiri, lalu segera mengalihkan pandangannya ke arah lain dan segera beranjak dari tempatnya berdiri.
Setelah itu Anya memilih untuk duduk di kursi tunggu. Sampai kemudian sesi fisioteraphy Anton selesai dan akhirnya Anton keluar dari ruangan dan menghampiri Anya.
"Maaf membuatmu lama menunggu dan harus menghabiskan waktumu dengan sia-sia disini...", kata Anton saat sudah sampai di depan Anya.
"Tidak apa-apa...aku lihat perkembanganmu sudah lumayan?"
"Ya begitulah, aku sudah tidak sabar untuk segera bisa berjalan dan melakukan aktivitas seperti orang normal...doakan saja semoga aku cepat pulih..."
Mereka lalu pulang kerumah. Dan begitu sampai di rumah Anya memutuskan langsung masuk ke kamar untuk beristirahat. Badan Anya masih terasa lelah dan pegal, sementara matanya masih mengantuk. Sebab semalam Anya baru pulang pukul dua dini hari setelah melayani seorang pelanggannya.
Saat menjelang sore hari, Anya terbangun karena mendengar suara yang cukup keras dari arah dapur. Anya lalu keluar kamar dan bergegas ke arah sumber suara. Di dalam dapur Anya melihat sebuah piring pecah dan beberapa perkakas dapur yang jatuh di lantai.
"Apa yang kamu lakukan disini?", Tanya Anya pada Anton yangasih berdiri di dapur.
"Maaf, aku ingin membuat sesuatu, tapi malah mengacaukan semuanya..."
"Pergilah ke kamarmu, biar aku yang membersihkannya..."
Mendengar kata-kata Anya yang tegas, Anton langsung menurut pergi ke kamarnya dengan kursi rodanya.
Anya lalu mulai membersihkan pecahan piring dan perabot lain yang jatuh ke lantai.
Namun saat mulai membersihkan pecahan piring, Anya reflek berteriak.
"Aw!", pekiknya karena terkejut melihat darah mengalir di jarinya.
Tangan Anya terkena pecahan kaca. Mendengar teriakan Anya yang cukup nyaring, Anton reflek bergegas menghampiri Anya.
"Ada apa, apa kamu terluka?", Tanya Anton dengan khawatir.
Tapi kemudian Anya mengangkat wajahnya dan justru menatap Anton dengan pandangan takjub.
"Kamu....kamu sudah bisa berdiri?"