( Zona Cinta Manis )
Midea Lestari harus menelan pil pahit ketika difitnah sudah menabrak seorang wanita yang tengah hamil besar hingga tewas. untuk menebus kesalahan yang bukan karena perbuatannya, ia harus mendekam di balik jeruji besi dan merelakan masa depannya.
Satu bulan mendekam dipenjara, akhirnya Dea dibebaskan karena keluarga korban membayar jaminan untuknya. sebagai gantinya Dea terpaksa menikah dengan Shady Hutama, duda tampan yang istrinya tewas dalam kecelakaan itu. Dea menjadi ibu pengganti untuk putri Shady yang bernama Naura.
Bagaimana lika liku kehidupan rumah tangga Shady dan Dea? Apakah Dea bisa meruntuhkan kerasnya hati Shady yang selalu menaruh dendam padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pinkanmiliar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30 - Pernyataan Cinta
"Mama!"
Naura berlari kearah Dea dan langsung memeluk gadis yang sudah dianggapnya sebagai mamanya.
"Naura? Kamu disini sayang?" tanya Dea dengan mensejajarkan tubuhnya dengan Naura.
"Iya, Ma. Naula kangen sama mama!" Naura memeluk Dea dengan erat.
Sementara itu di belakang Dea, Arshad tertegun melihat pemandangan yang membuat dirinya tak lagi bertanya-tanya tentang kebenaran status Dea. Pastinya Arshad berpikie jika gadis kecil itu adalah putri Dea. Karena gadis kecil itu memanggil Dea 'mama'.
Shady tersenyum penuh kemenangan kearah Arshad. Hati dokter muda tentunya benar-benar patah hati sekarang. Tanpa mau berlama-lama lagi, Arshad segera pergi dari rumah Dea.
Sepeninggal Arshad, Shady menghampiri Dea dan Naura. Dea memalingkan wajahnya ketika melihat Shady mendekat.
"Ayo kita masuk! Kau pasti lelah setelah mengajar tadi." Shady merangkul bahu Dea. Ingin rasanya Dea menepis tangan Shady, tapi Dea tidak ingin membuat Naura bersedih. Ia hanya mengikuti keinginan Shady untuk masuk ke dalam rumah.
Tiba di dalam rumah, Dea disambut oleh ayah dan ibunya yang tersenyum padanya. Dea bertanya-tanya bagaimana bisa kedua orang tuanya menerima Shady begitu saja? Sementara Shady sudah banyak menyakiti hatinya.
"Pak, Bu. Dea masuk ke kamar dulu. Dea mau istirahat!" Dea menurunkan Naura yang berada dalam gendongannya dan menyerahkannya pada Shady.
Shady kecewa dengan sikap Dea. Namun sebisa mungkin ia menerima semua penolakan Dea. Kesalahannya terlalu besar untuk bisa dimaafkan dengan mudah.
Di dalam kamarnya, Dea merebahkan tubuh lelahnya di kasur empuk sederhana miliknya. Ia memijat pelipisnya pelan.
"Mau apa lagi mas Shady datang kemari?" gumam Dea.
Sebuah ketukan di pintu kamarnya membuat Dea terpaksa harus bangun dari tempat tidur. Itu adalah suara Marni, ibunya.
"Ada apa, Bu?" tanya Dea setelah membuka pintu.
"Bisa ibu bicara sebentar, Nduk?"
Dea mengangguk. Mereka berdua duduk di tepi ranjang.
"Nduk, tuan Shady sudah menceritakan semuanya pada ibu dan bapak."
Dea tampak terkejut dengan pernyataan ibunya.
"Apakah mas Shady juga bercerita soal kecelakaan nyonya Nola?" batin Dea merasa cemas.
"Ibu tahu tuan Shady sudah salah dalam bertindak, tapi dia sudah menyesali semua perbuatannya. Dia ingin memperbaiki hubungan kalian. Pernikahan kalian."
Dea memicingkan matanya. Ia tak percaya jika kini ibunya berpihak pada Shady.
"Lihatlah Naura! Dia masih sangat kecil tapi sudah kehilangan ibunya. Kamu sendiri yang memiliki tiga orang adik, pasti tahu bagaimana rasanya jika anak sekecil itu harus kehilangan orang tuanya."
" Jadi, mas Shady tidak cerita soal kecelakaan itu?" Kembali Dea membatin.
"Bicaralah baik-baik dengan tuan Shady. Ibu yakin jika dia serius ingin memperbaiki hubungan kalian. Lagipula, dia tidak mendaftarkan perceraian kalian."
Dea masih diam. Rasanya ia enggan untuk berkomentar.
"Nduk, ibu dan bapak sudah ikhlas jika kamu memang sudah dipersunting oleh tuan Shady. Dia pria yang baik dan mau mengakui kesalahannya. Ibu yakin dia adalah jodohmu, Nduk."
Dea menghela napasnya. "Bagaimana ibu tahu dia orang baik atau tidak? Sementara ibu baru pertama kali mengenalnya."
"Tiga kali, Nduk. Bukankah tuan Shady sudah kemari sebanyak tiga kali? Dan yang pertama itu ... ibu yakin sebenarnya dia khawatir denganmu. Makanya dia datang menyusulmu, tapi dia beralasan jika ada pekerjaan disini. Ibu yakin itu hanya alasan saja." Marni mengulas senyumnya. Marni tahu jika Dea adalah anak penurut. Yang pastinya akan mengikuti apa yang orang tuanya katakan.
"Dea lelah, Bu. Dea mau istirahat dulu!" Tak ada cara lain selain menghindar dari obrolan yang tak menyenangkan ini, menurut Dea.
"Baiklah. Kamu istirahat dulu saja. Ibu tinggal dulu ya!"
Dea kembali merebahkan tubuhnya di ranjang.
"Aduh! Kenapa jadi begini sih?" gerutu Dea.
#
#
#
Malam menjelang, semua anggota berkumpul untuk makan malam bersama. Suasana bertambah ramai dengan kehadiran Shady dan Naura.
Naura yang lucu dan menggemaskan membuat Nana, Juna, dan Azmi menyukai kehadiran gadis kecil itu.
"Umm, Nana. Bukannya kamu harusnya sudah masuk kuliah ya?" tanya Shady untuk mencairkan suasana.
"Iya, Tuan. Sebenarnya aku sudah mendaftar ke beberapa perguruan tinggi, tapi..." Nana menundukkan wajahnya.
Shady menatap Karsa dan Marni. Sepertinya ia tahu apa yang menjadi kendala Nana.
"Jangan panggil 'tuan'. Panggil saja seperti biasa. Oh ya, kalau kamu mau, kamu bisa kuliah di Jakarta saja. Di universitas yang sama dengan Dea dulu." Shady mengulas senyumnya.
"Tidak perlu!" Dea yang baru saja datang langsung menjawab tawaran Shady.
"Sudah cukup, Mas! Jangan membuat keluargaku juga berhutang budi padamu!" ucap Dea.
"Dea! Jaga ucapanmu kepada suamimu!" lerai Marni.
Dea menatap malas kearah Shady. Hingga akhirnya Dea mengalah dan memilih diam selama makan malam berlangsung.
Usai makan malam, Dea menghirup udara segar di halaman depan rumahnya. Rasanya penat saat kembali bertemu dengan orang yang banyak menorehkan luka di hatinya.
"Dea!" Sebuah suara yang tidak asing ditelinga Dea.
Dea memilih akan masuk ke dalam rumah, tapi Shady mencegahnya.
"Bisakah kita bicara?" tanya Shady dengan suara yang terdengar lembut di telinga Dea.
Dea menatap Shady tajam. "Untuk apa Mas datang kemari lagi? Dengan membawa Naura? Apa Mas sengaja melakukan hal ini? Apa Mas mempengaruhi keluargaku hingga mereka dengan mudahnya percaya dengan omong kosongmu ini!"
"Maafkan aku. Aku hanya ingin memperbaiki semuanya. Semua hal yang kulakukan di masa lalu, aku ingin memperbaikinya," balas Shady.
"Kita sudah berpisah, Mas. Jadi tidak ada yang perlu diperbaiki!" tegas Dea dengan mata memerah. Ia tak tahan dengan sikap Shady yang seolah ingin membuatnya luluh.
"Tidak! Kita belum berpisah, Dea. Aku tidak pernah mengurus perpisahan kita."
Dea memegangi kepalanya. Ia muak dengan semuanya.
"Lalu apa yang Mas inginkan sekarang? Aku sudah lelah, Mas!" tanya Dea mencoba mengalah.
"Aku menginginkanmu!"
Mata Dea membola. Ia tidak ingin memperpanjang masalah ini. Ia memilih untuk pergi.
Namun secara tidak terduga, Shady menarik tangan Dea dan membawanya masuk ke dalam mobil. Kemudian ia melajukan mobilnya keluar dari halaman rumah Dea.
"Kita mau kemana, Mas?" tanya Dea tidak suka.
"Kita harus bicara! Dan rumahmu tidak cocok untuk kita bicara. Karena kau akan terus berkilah!"
Dea tidak menjawab lagi. Ia memilih diam sepanjang perjalanan.
Ternyata Shady membawa Dea ke sebuah pantai yang pernah mereka datangi waktu dulu. Dea turun dari mobil dan merasakan angin laut yang berhembus cukup kencang.
Dea mengusap lengannya yang kedinginan. Tiba-tiba dari arah belakang Shady memakaikan jaket ke tubuh Dea.
"Udara dingin ini kuharap bisa menghangatkan suasana hatimu," ucap Shady.
Dea hanya diam dan menunduk. Shady mengajaknya untuk duduk di tepi pantai.
"Dea, aku tahu aku punya banyak salah padamu. Aku terlalu naif untuk bisa mempercayaimu. Tapi itu dulu. Sekarang aku menyadari jika aku tidak bisa hidup tanpamu. Begitu juga dengan Naura. Dia sangat menyayangimu."
Dea menatap lekat pria yang kini ada dihadapannya. Pria yang sudah memberikan bermacam rasa untuk hidupnya.
"Kembalilah padaku, Dea. Menjadi istriku dan juga ibu untuk Naura."
Dea memalingkan wajahnya. Rasanya ia tak sanggup untuk menatap Shady terlalu lama. Ia tak ingin larut dalam pesona yang diberikan Shady.
"Aku mencintaimu, Dea. Semoga belum terlambat untukku menyatakan ini. Aku serius! Aku mencintaimu, Dea."
dan yg mengirim bunga ke makam nola adalah rasya.
ceritanya bagus