NovelToon NovelToon
KISAH MEREKA YANG LUAR BIASA

KISAH MEREKA YANG LUAR BIASA

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sci-Fi / Light Novel
Popularitas:693
Nilai: 5
Nama Author: Ryn_Frankenstein

Apa itu kekuatan ? Apa itu bakat ? Dan apa itu keistimewaan ? Jika kamu memiliki kekuatan besar atau bakat dalam dirimu, apa yang akan kamu lakukan ? Menggunakannya untuk kebaikan, atau sebaliknya ?

"Memiliki kekuatan besar maka datanglah tanggung jawab yang besar." kurang lebih seperti itu kata-kata dari Ben Parker, meskipun hanya karakter fiksi, tapi kata-katanya sangat tidak biasa. Dan sekarang, cerita ini akan menceritakan kisah orang-orang yang luar biasa.

Note : update 2 hari sekali.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ryn_Frankenstein, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 21 : Goldwing, Chapter 08.

.

Keesokan harinya, di pagi hari, Indra membuka kedua matanya dengan perlahan, ia melihat sekelilingnya, lalu matanya tertuju jam dinding.

"Jam 9 pagi." gumamnya.

Beberapa detik kemudian ia terbelalak dan langsung bangkit berdiri sehingga selimut yang menyelimuti tubuhnya jatuh ke lantai. Indra mulai menyadari kalau dirinya masih berada di puncak, setelah menurunkan kain selimut di kursi, ia segera berlari menuju pintu luar.

Pria itu tak ingin berlama-lama lagi, bisa-bisanya ia tertidur nyenyak sedangkan orang-orang di kota sedang dalam bahaya. Baru keluar dari pintu depan vila dan mengeluarkan kedua sayapnya, tiba-tiba kedua indra pendengarannya menangkap suara yang tak asing baginya.

"Kau mau kemana Indra ?"

Seketika Indra membeku, mendengar suara itu, ia langsung paham siapa yang orangnya. Dengan perlahan, ia membalikkan tubuhnya dan memandangi Deni yang berjalan ke arahnya. Perlahan kedua sayapnya juga menghilang. Tak disangka tuanya sudah berada disini, tapi anehnya kenapa tuannya itu tak terkejut melihat kedua sayapnya.

Pria itu pun teringat akan nona mudanya, pasti dia yang telah bercerita semuanya. Dalam hatinya ia mengumpat gadis muda itu karena mulutnya sangat ember.

"Kau belum sarapan, ayo sarapan dulu." ucap Deni, dan langsung memegang lengan tangannya Indra dan membawa kembali ke dalam vila.

.....

Hari telah siang, di tempat lain, terlihat seorang pria dewasa duduk di kursi kerjanya, di depannya ada beberapa laporan di meja. Dia terlihat serius dalam diamnya karena ia tengah berfikir tentang kejadian tadi malam, dan ia sangat penasaran siapa sosok di balik baju besi itu, lalu terdengar suara ketukan pintu ruangannya.

"Masuk saja." jawab pria itu.

Lalu terlihat seorang pria berpakaian berjas hitam masuk ke dalam ruangannya.

"Siapa kau ?" ucap pria dewasa dengan siaga dan segera memegang senjata di balik mejanya, karena yang masuk ke dalam ruangannya bukanlah bawahannya, melainkan orang asing, dan dari wajahnya saja bukan orang asia.

"Tak perlu khawatir pak Sandi, aku datang kesini bukan mencari masalah denganmu." ucap pria berjas hitam itu dengan bahasa inggris.

Lalu ia duduk di sofa panjang yang ada di ruangan itu. "Aku datang kemari karena ingin membahas sesuatu."

Pria bernama sandi itu segera berdiri dari kursi kerjanya, lalu ia berjalan ke arah sofa yang ada diseberang tempat duduk pria asing itu. Lalu ia berkata dengan berbahasa inggris. "Katakan, tapi sebelum itu, jelaskan siapa anda ? Bagaimana anda tau tempat ini ?" ucapnya dengan bahasa formal dan sedikit fasih.

Sandi merasa curiga dengan pria asing ini, dari tampangnya saja bukan orang asia, jelas sekali dia merupakan orang barat. Dan anehnya bagaimana bisa pria ini bisa masuk ke dalam markasnya tanpa ada halangan, sedangkan anak buahnya ada dimana ? Kemana mereka tak mencegahnya.

"Bahasa inggrismu bagus juga. Baiklah namaku Bastian Becker, agen The Wall, dan sungguh mudah bagi kami untuk memasuki tempat-tempat rahasia di berbagai tempat. Sangat unik sekali tempat rahasia para intel Negara ini." kata pria asing itu, dan seketika membuat Sandi membeku mendengarnya.

Pria bernama Bastian berkata lagi. "Dan anehnya kenapa semua orang disini mudah dikelabui dengan hal yang sepele." ucapnya dengan senyuman ramahnya.

Tiba-tiba Sandi langsung mengarahkan pistolnya ke arah Bastian. "Kau apakan orang-orangku ?" tanyanya dengan nada dingin, meski ia tau, kalau diri bukan apa-apa untuk seorang agen The Wall.

Bukannya diam takut karena ancaman, tapi Bastian hanya menunjukkan senyuman ramahnya saja. Lalu dengan tenangnya bersandaran di sofa dan berkata. "Orang-orangmu masih hidup semua, hanya saja mereka mematuhi laporan yang mereka dapat, setelahnya mereka pergi semuanya dan menjalankan tugasnya seperti biasa."

"Apa maksudmu ?" sahut Sandi dengan ekspresi bingungnya, karena ia belum menerima laporan kalau semua anak buahnya telah berangkat bertugas.

Biasanya hanya sebagian orang-orang akan pergi bertugas, jika sudah setengah hari, maka mereka akan kembali ke markas atau tempat tinggalnya, dan pekerjaannya dilanjutkan oleh sebagain orang-orang berikutnya.

"Orang-orang seperti kalian dengan setianya meletakan earpiece di telinga kalian semua meskipun diluar jam kerja." jawab Bastian.

Earpiece adalah alat komunikasi yang biasanya dipakai dalam hal-hal tertentu, biasanya ada juga orang biasa memakainya hanya untuk mendengarkan lagu atau menelpon. Tapi ada juga dipakai oleh orang-orang yang tak biasa, contohnya para pengawal atau agen rahasia, biasa mereka memakainya ketika menjalankan tugas.

"Kau membajak alat komunikasi kami ?" kata Sandi yang masih mengarahkan pistolnya, tapi ekspresi wajahnya terlukis bahwa dirinya terkejut.

Dengan santainya Bastian menganggukkan kepalanya. "Ya..., jika tidak, aku tidak akan bisa masuk ke dalam markas kalian."

"Bisakah kau menurunkan pistolmu itu, aku bukan musuhmu, aku kemari ingin berbicara langsung denganmu." lanjutnya.

"Apa buktinya kalau kau bukan musuh ?" tanya Sandi dengan kekeh, ia terus menodongkan pistolnya.

"Kau dan orang-orangmu sedang bertugas untuk mendapatkan informasi sekaligus mengungkap dalang dibalik kekacauan yang terus bermunculan selama bertahun-tahun ini. Tidak, selama belasan tahun. Sampai saat ini kau belum menemukan siapa dalangnya." kata Bastian menjelaskan.

"Tapi, yang jelas target kalian bukanlah orang biasa, dia bukan sekedar seorang mafia terhebat. Dasarnya, dia orang yang genius." ucap pria itu menambahkan.

Sandi terdiam sejenak, pistolnya di tangannya perlahan ia turunkan, lalu ia letakan di atas meja. Bastian tersenyum melihatnya, lalu ia berkata. "Dan disamping itu, kau juga sedang mencari informasi tentang manusia bersayap secara rahasia dari orang-orangmu dan atasanmu, benarkah begitu ?"

"Bagaimana bisa...?" sahut Sandi terbelalak.

Lalu Bastian menegakkan tubuhnya dalam duduknya dan meletakan kedua tangannya di lututnya. "Tentu saja, kami tau semuanya, karena dialah alasan atasanku mengutusku untuk datang ke Negara ini."

"Apa yang kau inginkan darinya ?" kata Sandi bertanya dengan tenang dengan tatapan tajam.

"Aku hanya ingin mengajaknya pergi dari negara ini, karena di negara kalian ini telah mengklaimnya sebagai seorang yang harus ditangkap." jawab Bastian dengan tenang dan tegas.

"Ini adalah negara hukum, karena setiap dia datang, dia selalu bertindak main hakim sendiri." jawab Sandi dengan nada tegasnya.

Bastian terkekeh mendengarnya, lalu ia membalas. "Dia hanya seorang yang dianugerahi kekuatan istimewa, dan tak ada salahnya dia menggunakan kekuatannya untuk menolong dan membantu orang-orang. Lagi pula, aksinya tak pernah ada yang kehilangan nyawa dari para pelaku yang ia hajar 'kan ?"

"Apa alasan kalian ? Karena HAM (Hak Asasi Manusia) ? Dia juga punya HAM sebagai warga negara ini." lanjutnya.

"Dia bukan manusia." sahut Sandi yang masih kekeh, andaikan bukan karena perintah hukum negaranya, ia pasti mendukung manusia bersayap itu.

Lalu Bastian berdiri dari duduknya. "Sepertinya kau tak memiliki informasi tentang latar belakangnya. Dia adalah manusia seperti kita, dia memiliki sayap karena hasil jebakan oleh kumpulan orang-orang tersesat, karena itulah dia mendapatkan kekuatan." Lalu ia berjalan menuju pintu keluar ruangan.

Mendengar kata-kata Bastian barusan, Sandi pun langsung menyadarinya. "Kau punya informasi tentang siluman burung ?" tanya Sandi sambil berdiri dari duduknya.

Bastian berhenti tepat di depan pintu sambil memegang gagangnya. "Tentu saja, karena kami memiliki semua informasi orang-orang hebat di semua negara. Sayangnya kami tidak akan menyerahkan informasi itu kepada orang-orang seperti kalian, terutama kepada negara-negara yang banyak oknum." ucapnya dan pergi keluar.

"Tunggu..!!" kata Sandi setelah sambil beranjak dari duduknya. Dia berjalan cepat ke arah pintu keluar ruangnya.

Setelah keluar, ia berlari cepat, dalam benaknya dirinya harus mencegah pria asing bernama Bastian itu pergi, karena ia ingin mendapatkan informasi sosok yang ia sebut sebagai siluman burung. Anehnya, saat ia berlari di dalam ruangan dan lorong markasnya, ia tak menemukan siapapun. Jangankan orang asing itu, tapi orang-orangnya juga tak ada.

"Siapa dia sebenarnya ?" gumamnya bertanya-tanya.

Karena tak menemukan orang yang ia cari, pada akhirnya ia pun masuk kembali ke dalam markasnya sambil berfikir keras, siapa sosok Bastian, dan bagaimana bisa orang itu bisa memiliki semua informasi dari manusia burung.

.....

Sementara di tempat lain, di puncak dekat perbatasan kota D dan kota A, di sebuah bila yang besar terlihat seorang pria dewasa tengah menelepon seseorang, entah apa yang ia bicarakan, setelah selesai, ia pun menutup teleponnya. Lalu ia berjalan mendekati seorang pria yang tak lain Indra yang tengah duduk di kursi kayu, disamping itu Indra juga telah menjelaskan asal mula dirinya mendapatkan kekuatannya.

Kini mereka berada di belakang vila, rupanya vila milik Deni memiliki halaman taman kecil di belakangnya. Lalu ia menyuruh Indra berdiri dan mengikutinya, sedangkan si Indra, ia patuh saja sama atasannya itu. Beberapa saat yang lalu, Deni dan istrinya mengucapkan terima kasih padanya karena telah menyelamatkan putrinya, dan juga dia diberi sarapan.

Kini Indra terus mengikuti Deni yang berjalan di depannya, entah apa tujuannya karena berjalan menjauhi vila lewat jalan belakang. Lalu mereka melewati kebun teh, pria itu hanya menjawab cukup ikuti saja dulu ketika Indra bertanya tentang kemana mereka akan pergi. Setelah beberapa lama mereka pun memasuki hutan, padahal ada tulisan dilarang masuk, dan itu membuat Indra kebingungan, karena dirinya dan atasannya itu masuk dan mengabaikan larangan tersebut.

Deni hanya menjelaskan tempat ini memang dilarang untuk dimasuki orang-orang. Hanya orang-orang tertentu saja yang boleh masuk secara Deni yang membuat aturan tersebut. Dan ia sudah memutuskan kalau Indra boleh masuk, karena tak hanya dipercaya, tapi juga ingin memastikan sesuatu apa yang ia yakini saat ini, terlebih lagi Indra memiliki sesuatu yang tak dimiliki oleh orang lain.

Setelah lama masuk ke dalam hutan yang cukup lebat, beberapa saat kemudian terlihat sebuah rumah tua, dan benar saja Deni berjalan mendekat ke arah rumah tersebut. Lalu mereka masuk karena pintu rumah itu tak dikunci. Setelah masuk Deni menunjukkan sebuah pintu coklat tua di depannya.

"Coba kau sentuh pintu ini." ucap Deni.

"Baik pak." sahut Indra, ia langsung mendekat, dan menyentuh pintu tersebut.

Setelah disentuh, Indra terdiam, maksudnya ia tak merasakan apa-apa. Beberapa detik kemudian, tiba-tiba pintu itu bercahaya dan membuat Indra serta Deni menutup kedua matanya. Setelah beberapa saat kemudian cahaya yang menyilaukan pun meredup dan lenyap, kedua laki-laki itu pun membuka matanya.

"Lah kok...?" kata Indra terkejut melihat pintu yang dia sentuh, yang tadinya pintu itu usang kini berwarna emas mengkilap.

Tak hanya Indra saja, Deni juga terkejut melihatnya, lalu ia tersenyum kecil. "Sudah kuduga." gumamnya.

"Pak Deni, apa maksudnya ini ?" kata Indra bertanya.

"Mungkin sudah saatnya aku bercerita, tapi jujur saja, aku tak tau apa dibalik pintu ini, yang jelas aku memiliki tugas dari ayahku untuk menjaga tempat ini." jawab Deni mulai menjelaskan.

Sebelum Deni dilahirkan, ayahnya sudah menjaga tempat ini sudah lama, beliau mendapatkan tugas ini sejak generasi sebelumnya, lebih tepatnya kakeknya Deni. Bahkan saat generasinya kakeknya Deni, dia juga mendapat tugas untuk menjaga tempat ini, bisa dikatakan tugas menjaga rumah tua sudah diturunkan dari kakek leluhurnya Deni, dan tak ada kejelasan yang pasti apa tujuannya.

Tapi sebelum para kakek buyut mewariskan tugas mereka, mereka hanya menyampaikan kalimat, "Sang Raja Burung telah mempercayai tugas ini kepada keluarga kita, dan kita harus terus menjaga tempat ini sampai orang itu muncul. Entah dia benar-benar datang atau tidak, kita harus terus menjaganya dan terus wariskan tugas ini kepada keturunan kita sampai dia benar-benar hadir diantara kita."

Mendengar penjelasan dari Deni, Indra terdiam sambil mengangkat alis sebelahnya. "Apa pak Deni menganggap aku adalah orang itu ?" dengan ragu ia bertanya.

Deni tersenyum. "Tentu saja, karena kau adalah pewaris dari kekuatan sang Raja Burung." ucapnya.

Indra terkekeh kaku, lalu ia berkata. "Pak Deni, seriusan loh, aku sudah menjelaskan asal usul kekuatanku 'kan tadi ?"

"Tetap saja Indra, asal usul kekuatanmu itu menjelaskan kalau kau memang ditakdirkan mendapatkan kekuatannya." balas Deni dengan serius.

Sejenak Indra terdiam dan menatap pintu emas di hadapannya, lalu ia menoleh ke arah Deni. "Ada satu yang membuatku penasaran saat ini. Apakah pak Deni sudah menyadari kalau aku punya kekuatan ini sejak awal pertemuan kita ?"

Deni menggelengkan-gelengkan kepalanya. "Tidak, aku benar-benar tak tau. Sepertinya ini memang takdir yang mempertemukan kita, atau mungkin ada sosok yang bermain di balik layar dan menjadikan kita adalah pionnya." jawabnya dengan serius.

Indra menghela nafasnya, lalu ia kembali menatap pintu emas, lalu ia genggam gagang pintunya. Tiba-tiba pintu itu bersinar lagi, tapi kali ini lebih terang dari sebelumnya, pintu terus cahaya bahkan lebih lama, pantas saja tempat ini cukup jauh dari pemukiman. Mungkin sudah hampir dua menit, cahaya yang menyilaukan pun redup seketika.

Kedua laki-laki itu membuka kedua matanya, Indra pun sudah membuka kedua matanya, kali ini ia hanya melihat sebuah tembok udang saja, dan pintu emas yang tadi sudah hilang entah kemana.

"Indra ?"

Indra menoleh ke arah Deni yang masih berdiri di belakangnya. Pria itu mengerut dahinya karena pria yang merupakan atasannya terlihat tengah menatapnya dengan tatapan terkejut bukan main.

"Pak Deni, ada apa ?"

"Kau gak sadar ? Lihatlah dirimu, Indra...!!" kata Deni menyuruh pria itu, lalu tersenyum kamu tapi dari wajahnya terlihat puas.

Indra segera melihat kedua tangannya, seketika dirinya terbelalak, lalu ia terkejut bukan main setelah melihat pakaian yang ia pakai. "Apa ini...!?!?"

.....

Disisi lain, di waktu bersamaan, terlihat sosok pria tengah memperbaiki pakaian besi di sebuah tempat yang sangat rahasia. Benar dia adalah sosok yang sudah membuat kekacauan tadi malam, dan kali ini dirinya akan beraksi lagi untuk membuat kekacauan di kota untuk mengalihkan perhatian agar barang dagangannya aman sampai tujuan.

"Kita akan bermain lagi."

.

.

.

.

.

.

Bersambung.....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!